Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Toba Dreams, Drama Manusia antar Budaya dan Agama

20 November 2015   13:47 Diperbarui: 4 April 2017   16:43 2409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah film dengan latar keindahan Danau Toba yang kurang tereksplorasi dengan baik oleh juru kamera, terbantu dengan alunan musik uning-uningan yang ditata apik oleh Vicky Sianipar.

Berniat seolah memborong semua dilema kehidupan manusia dalam satu durasi yang cukup panjang untuk sebuah film, 2 jam 15 menit. Apakah ini kemauan penulis novel TB Silalahi atau sang sutradara Benny Setiawan? TB Silalahi dalam film ini juga berperan sebagai produser executive dan co-sutradara.

Film Toba Dreams dalam rangka Festival Film Indonesia mendapat 6 nominasi, ganjaran yang pantas untuk sebuah garapan film yang benar-benar baik. Film ini dibintangi beberapa artis tenar dan sarat pengalaman, seperti Mathias Muchus, Jajang C Noer, Vino G Bastian, Marsha Timothy, Haykal Kamil dan lain-lain.

Toba Dreams, sebuah janji cinta

Film ini berawal dari dipurna bhaktikan Sersan Mayor Tebe (Mathias Muchus), yang telah mengabdi pada negara dengan baik dan tanpa cela. Pulang ke rumah minta kepada anaknya agar sertifikat di pigura, lalu mengajak keluarganya keluar dari rumah dinas di Jakarta dan kembali ke kampungnya di Toba Samosir, Sumatera Utara.

Meski ditentang oleh anak pertamanya Ronggur (Vino G. Bastian), Tebe tetap pada pendiriannya. Ronggur keberatan pindah, karena sudah memiliki pacar cantik di Jakarta, padahal dia belum bekerja dan hanya berantem saja. Karena kepandaian membujuk ibunya, akhirnya keluarga Tebe pindah ke Sumatera Utara. Tinggal di rumah bolon tanpa kamar, dan mandi di danau.

Tebe gemar mengatur anak-anaknya, seperti saat dia mengatur anak buahnya di medan tempur. Ronggur dimintanya ke sekolah pendeta, anak ke dua Sumurung (Haykal Kamil) diminta masuk ke Akademi Militer, sedangkan si bungsu Taruli, diminta masuk SMA terbaik di Soposurung.

Sifat ke tiga anak Tebe berbeda-beda, satu-satunya yang paling memahami Tebe hanya sang isteri. Ronggur paling keras kepala sama dengan sifat Tebe dan melawan setiap usulan Tebe. Sumurung lebih santun, meski melawan namun dengan cara halus, misal saat Sumurung menyatakan tidak layak masuk Akademi Militer dan ingin masuk ke Sekolah Pendeta. Sementara si bungsu sangat penurut, meski dibelakang sebenarnya memberontak.

Ronggur galau dan sering menghabiskan waktu mabuk-mabukan di lapo tuak, akhirnya memutuskan niat ke Jakarta, untuk menemui pacarnya Andini (Marsha Timothy). Ternyata Andini sudah dijodohkan oleh orang tuanya dengan anak seorang Jenderal. Karena kecewa, Ronggur lalu mencari rumah temannya Tommy (Ramon Y. Tungka), namun sudah disita KPK, karena ayahnya terlibat kasus korupsi. Tommy dengan dua adiknya tinggal di rumah neneknya dan bekerja menjadi sopir taksi.
Daripada luntang lantung, Ronggur akhirnya menjadi sopir taksi juga dan berhasil membawa kabur pacarnya tiap pulang dari kampus.

Kehidupan Ronggur berubah 180 derajat, ketika ketemu bandar narkoba yang mobilnya mogok dan naik ke dalam taksinya. Karena kagum dengan mental kuat Ronggur, bandar narkoba menawarkan pekerjaan membawa kue. Semula Ronggur menolak, karena tipu daya sang bandar narkoba, akhirnya bersedia bergabung. Meski setelah tahu Ronggur meninggalkan kawanan narkoba tersebut.

Gara-gara Ronggur dihina oleh ayah Andini dan pacar "baru" Andini, maka Ronggur nekad kembali ke bandar narkoba agar cepat kaya, meski sudah dinasehati oleh Tommy. Keberhasilan mendapatkan banyak uang dari bisnis narkoba, membuat Ronggur ingin membalas budi terhadap Tommy dan adik-adiknya, namun Tommy tetap mengusir Ronggur karena tidak setuju dengan bisnis narkoba.

Setelah kaya, ia melamar Andini dengan alasan bertanggung jawab atas bayinya. Karena saking cinta, Andini akhirnya menikah di tanah Batak tanpa restu orang tuanya. Suasana perkawinan Batak di sebuah gereja kecil direkam dengan sempurna dan memberikan nilai tambah pada film ini, termasuk arak-arakan setelah keluar dari Gereja.

Setelah menikah, Ronggur mencoba meninggalkan dunia hitam, hidup bahagia dengan anak isterinya. Berusaha memanjakan adiknya Taruli yang melanjutkan kuliah di Bandung, namun ditentang oleh ibunya. Sampai suatu hari bandar narkoba mendatangi dia lagi dengan ancaman akan membunuh keluarganya, bila Ronggur tidak mau bergabung lagi, guna menyelamatkan posisi bisnis yang gawat akibat kerasnya aparat hukum jaksa yang idealis dan pesaing baru dalam bisnis narkoba.

Setelah berhasil membunuh dan menghabisi kekuatan bandar narkoba baru, Ronggur ditugaskan untuk membunuh jaksa idealis tersebut. Pada sebuah bar yang merupakan markas bandar narkoba, Ronggur menemukan Tamy adik Tommy, dibawa pulang dan menemukan Teddy (adik Tommy dan Tamy) meninggal karena narkoba. Ronggur diusir oleh Tommy yang hampir membunuhnya.

Dalam kebimbangannya, Ronggur menemui isteri dan anaknya sedang sholat, ia lalu menemui Sumurung yang sudah menjadi pendeta dan mendapat nasehat. Akhirnya Ronggur menghabisi kelompoknya, karena tidak bersedia membunuh sang jaksa.

Di sisi lain, Andini berhasil mengenalkan Choky anaknya pada ayah ibunya, lalu ke tanah Batak untuk menemui Tebe. Tebe dapat bercengkrama dengan Choky cucunya dan menerima perbedaan agama karena Choky diasuh dalam agama Islam oleh Andini. Sampai suatu hari tiba kabar bahwa Ronggur menjadi buronan kepolisian karena membunuh kawanan bandar narkoba.

Ronggur kabur ke tanah Batak karena rindu pada anak isterinya, namun dia harus bersembunyi dari kejaran polisi. Berkat bantuan Togar (Boris Bokir Manurung)  sahabatnya di masa kecil, dia disembunyikan di sebuah keramba di Danau Toba.

Tebe curiga dan memaksa Togar memberitahu persembunyian Ronggur, dan oleh Tebe dipaksa untuk menyerahkan diri pada polisi. Saat menyerah, ia ditembak oleh penjahat tersisa. Dan dimakamkan di tanah Batak dengan upacara yang dipotret dengan baik oleh juru kamera.


Seusai pemakaman, saat perpisahan dengan cucunya, Tebe menghadiahkan songkok Makassar kepada cucunya yang bercita-cita menjadi Jenderal dan Presiden. Saat Choky memberikan salut, Tebe merasakan yang memberi salut adalah Ronggur dalam busana taruna militer. Mereka berpisah, Andini, Choky dan Taruli kembali ke Jawa.


Sarat Nilai Kemanusiaan

Film ini memotret dengan indah kehidupan pedesaan di tepi danau Toba, perkawinan kristen di gereja Batak yang dilanjutkan dengan arak-arakan  dan pemakaman Kristen, namun kurang mengeksplorasi keindahan Danau Toba. 

Pesan paling dalam dari film ini adalah di dalam rumah harus selalu ada doa, supaya tidak hampa. Doa boleh dipanjatkan dengan cara (agama) apapun. Film ini berniat melambangkan kekuatan NKRI agar hidup damai dalam keberagaman.

Lalu konsep sukses dan hebat bagi seorang laki-laki. Diutarakan dalam dialog yang menarik. "Laki-laki sukses itu bukan yang kaya, tetapi yang baik" dan "Laki-laki hebat bukan mereka yang berhasil melewati ribuan pertempuran, tapi yang selalu menyediakan waktu untuk keluarganya".

Dan tema atau judul film ini dijelaskan dalam dialog Togar "Kau pikir di Danau Toba ini tak ada mimpi? Punya kapal banyak, punya hotel, menjadikan Danau toba sebagai tujuan wisata internasional, itu mimpi kami". Mimpi ToBa adalah mimpi sang penulis novel TB Silalahi, mimpi untuk memperbaiki keharmonisan dalam keluarga, mimpi memperbaiki generasi yang akan datang dan mimpi untuk memajukan Danau Toba sebagai daerah wisata unggulan.

Tanpa bermaksud mempengaruhi penilaian Dewan Juri, film ini patut mendapat penghargaan karena kualitas ceritanya dan saratnya dengan nilai-nilai kemanusiaan. Semoga FFI mengganjarnya dengan Piala Citra.

Data film

TB Silalahi Centre & Semesta Production

Produser: Rizaludin Kurniawan
Sutradara: Benny Setiawan
Pemain:
Mathias Muchus
Jajang C Noer
Vino G Bastian
Marsha Timothy
Haykal Kamil
Boris Bokir Manurung
Ramon Y. Tungka

Genre : Drama

 

(Sebuah puisi tentang Anak dari pujangga Kahlil Gibran)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun