Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Makna Filosofis Ketupat Lebaran

19 Juli 2015   11:21 Diperbarui: 19 Juli 2015   11:21 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang ingin saya tuliskan dibawah ini adalah kisah turun temurun di Jawa Tengah. Semoga saja belum ada yang menuliskan, bila ada kesamaan mohon dimaafkan, tujuan utama hanya ingin berbagi, bukan menjadi plagiator.

Setiap Lebaran, masyarakat Jawa Tengah selalu membuat atau memasak ketupat, untuk disajikan kepada keluarga atau tamu yang datang berkunjung. Biasanya ketupat disajikan bersama opor ayam, sambal goreng hati, sayur labu dan empal. Bahkan seminggu setelah Lebaran, ada festival yang dirayakan dengan tajuk Bakda Kupat.

Pembuatan ketupat yang menggunakan daun kelapa (janur) yang dianyam sedemikian rumit menandakan banyaknya dosa manusia dan berbentuk segi empat ini rupanya memiliki makna filosofis yang dalam.

Menurut filosofis Jawa, ketupat atau yang sering dilafalkan dengan kupat merupakan kependekan dari kata
"Ngaku Lepat" dan "Laku Papat".

"Ngaku Lepat" memiliki arti mengakui kesalahan.

Tradisi sungkeman menjadi implementasi "Ngaku Lepat" bagi orang Jawa.

Prosesi sungkeman yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun atau maaf, dan prosesi ini masih membudaya hingga kini.

Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan mohon ampun dari orang tua.‬

Sedangkan saling memohon maaf diantara saudara atau teman dilakukan dengan saling menyentuh jari tangan yang ditangkupkan, atau kadang digantikan dengan saling berjabat tangan dan dilanjutkan dengan menempelkan jari di hati.

Jadi dengan berakhirnya bulan Ramadhan, setelah berpuasa sebulan lamanya, pada Idul Fitri, semuanya kembali fitri atau suci atau bersih dari semua dosa atau kesalahan. Saling mohon ampun atau maaf sangat penting, agar manusia terjauhkan dari sifat saling mendendam.

Sedangkan "Laku Papat" mengandung makna empat tindakan yang harus dilakukan setelah berakhirnya bulan Ramadhan, saat merayakan kemenangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun