Pembuat Ilabulo sebenarnya banyak, namun kualitasnya berbeda, sehingga harga jual dan rasanya juga berbeda. Ilabulo yang premium dibuat dengan menggunakan isi yang lengkap dan terbaik. Itulah sebabnya, pembeli yang kurang teliti atau belum berpengalaman harus siap-siap kecewa bila membeli Ilabulo dengan kualitas bukan yang terbaik.
Kesalahan utama dari pembuat Ilabulo terbaik adalah terlalu percaya diri dan belum mengenal ilmu pemasaran. Cara pemasarannya hanya dari mulut ke mulut, meski cara ini secara ilmu pemasaran diakui sebagai cara terbaik. Dan ironisnya, belum dijual tanpa merek. Dijual pada sebuah kedai serupa warung tegal di kebanyakan warung di daerah pantai Utara Jawa, tanpa papan nama yang memberikan ciri khas, hanya papan nama ala kadarnya, yang diberikan oleh salah satu operator telepon seluler, yang sekaligus lokasi pembakaran kudapan tersebut. Ciri khas yang kasat mata adalah tingginya asap, artinya sedang membakar ratusan bungkus Ilabulo.
[caption id="attachment_386165" align="aligncenter" width="300" caption="Isi sebuah Ilabulo (Sumber : Rian)"]
Pemilik kedai Ilabulo di jalan Diponegoro, Gorontalo adalah pemilik sekaligus juga yang membuat adonan dan melakukan pemanggangan di atas bara dengan arang dari tempurung kelapa serta melayani pembeli. Pemilik hanya dibantu beberapa orang karyawan yang juga keluarga dan tetangga rumah, yang sekaligus bertugas sebagai pembakar Ilabulo.
Bila pesanan banyak, anaknya sibuk menulis bon sambil menerima uang pembayaran, pada hari pengambilan pesanan sudah terbungkus rapi, siap ditenteng masuk bagasi pesawat setelah dilabeli nama pemiliknya, supaya tidak tertukar dengan milik orang lain.
Karena sifat produksinya industri rumahan, maka tidak pernah ada konsep persediaan barang di gudang sekian banyak, padahal kudapan ini asal disimpan dengan baik dapat dimakan sampai tiga hari. Turun dari pesawat, setiba di rumah disimpan ke dalam kulkas, dan baru dipanaskan dengan microwave bila mau disantap.
Pemiliki kedai Ilabulo juga sama sekali belum memikirkan ekspansi bisnis, misal memisahkan rumah tempat tinggal dan tempat produksi, meningkatkan total produksi, dan menggunakan merek. Bila pesanan sudah tidak sanggup dilayani, dengan tulus ditolaknya.
Hal ini sangat disayangkan, jadi diperlukan tenaga pendampingan yang memahami konsep produksi dan pemasaran, agar bisnis rumahan ini dapat didaya gunakan. Selain itu, bila terjadi pengembangan bisnis, akan memberikan kontribusi positif bagi lingkungannya.
Bukan sesuatu yang berupa ilusi atau mimpi bila Ilabulo suatu saat dapat menjadi ikon oleh-oleh Gorontalo, perlu dipikirkan pengemasan yang praktis, isi 10, 20 atau 50. Dan bagaimana bisa didapatkan dengan mudah setiap waktu dan di banyak lokasi penjualan, misal di bandara, orang mau terbang tinggal beli dan tenteng. Niscaya orang akan tertarik membawanya, sebagai contoh kasus dapat belajar dari penjual duduli di bandara  yang sudah ada saat ini.
Hal lain yang perlu diperhatikan, karena Ilabulo ini bersifat makanan matang, adalah bila makanan tidak terjual semua, harus dipikirkan penempatan yang layak, agar makanan tidak cepat basi, yang dapat menjadi salah satu sumber kerugian.
Bila manajemen ditata dengan baik, akan melakukan kegiatan pemberdayaan yang unik dan berkelanjutan. Melakukan kegiatan pemberdayaan di bidang usaha, yang sekaligus bermanfaat bagi komunitas terdekat yakni tetangga rumahnya.