Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kampanye Pilpres Dari Perspektif Marketing

29 Juni 2014   18:07 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:17 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bila capres-cawapres yang sedang dicalonkan disetarakan dengan produk / jasa, maka masa kampanye adalah masa mempromosikan produk / jasa yang dilempar ke pasar.

Bila ingin menguasai pasar (masyarakat), maka harus dilibatkan pakar pemasaran guna meningkatkan brand awareness dari capres-cawapres, agar dapat menyentuh akal (mind) dan emosi (heart) dari masyarakat.

Maka masing-masing tim sukses capres-cawapres harus memahami 5P. (Product, Price, Positioning, Place dan People) saat berkampanye.

Sama halnya dalam pemasaran produk / jasa, maka pakar pemasaran dalam tim sukses wajib mengetahui 5P dari pesaingnya.

Yang pertama, tim sukses harus mampu menunjukkan kelebihan capres-cawapres yang diusungnya, tanpa menggunakan kampanye negatif atau hitam.

Tim sukses harus bicara berdasarkan atas fakta, jadi bukan sekedar menutup kelebihan lawan atau menghitamkan dengan kampanye negatif atau hitam. Karena bisa menjadi bumerang, atau membunuh diri sendiri. Karena kampanye negatif atau hitam yang tidak berdasar fakta dapat dengan mudah dimentahkan oleh pihak lawan, sehingga tidak menjadi issue kekuatiran atau ancaman.

Yang kedua, tim sukses harus mampu mengemukakan hal yang penting bagi masyarakat atau menangkap imaginasi masyarakat.

Karena masa kampanye sangat singkat, yaitu hanya satu bulan, maka perlu slogan yang merupakan inti dari program yang akan dilaksanakan. Tim sukses harus bisa menangkap imajinasi bersama khalayak ramai.

Misalnya masyarakat pemilih sudah bosan dengan kondisi ekonomi atau sosial, maka diluncurkan slogan "saatnya berubah" atau "sudah tiba waktunya". Masyarakat bosan dengan korupsi pejabat, maka slogan yang tepat "gantung koruptor" atau "katakan tidak pada korupsi" akan mendapat dukungan masyarakat.

Rakyat kebanyakan tidak ingin berpikir seperti seorang teknokrat atau sarjana. Mereka cuma memberikan suara sesuai dengan isi hatinya.

Sebagai contoh yang paling sederhana dan mengena, di dunia marketing adalah slogan "Dimana saja, kapan saja, siapa saja, minum xxxxx" atau "Makannya apa saja, yang penting minumnya xxxx". Maka di era kampanye pilpres saat berbicara soal kebocoran uang negara, maka dimunculkan slogan "bocor, bocor,bocor". Slogan ini lebih didengar dan melekat pada rakyat kebanyakan.

Bila saat kampanye, tim sukses bersama capres / cawapres masuk ke kampung atau pasar, membicarakan topik yang berat, adakah yang tertarik atau paham ?

Maka tim sukses yang mampu menciptakan slogan yang tepat dan sederhana jauh lebih mengena dan didengar daripada yang berkampanye dengan tema yang berat.

Trend atau kecenderungan pemilih sangat penting. Bila positip, elektabilitas akan naik, maka strategi kampanye dapat dianggap berhasil. Tetapi kalau stagnan, artinya strategi kampanye dapat dikatakan tidak berhasil.

Contoh kasus, di Australia, pemilihan umum sangat sering dilakukan, dari tingkat state hingga tingkat federal. Setiap partai punya mesin partai yang kerjanya mengarahkan pada keinginan masyarakat pemilih.

Nah, tim sukses yang didukung mesin partai yang konsisten dan partisan akan memetik kemenangan, sama halnya dengan promosi produk / jasa yang tepat mengena pada keinginan calon pembeli (pemilih).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun