Selama libur lebaran, sempat "escape dari Indonesia" karena kesulitan mendapatkan tiket pulang untuk wisata nusantara. Padahal awalnya sudah berencana untuk menjelajah kepulauan Derawan di Kalimantan Timur.
Kesempatan libur lebaran tahun ini dimanfaatkan untuk mengunjungi negara tetangga terdekat, Singapore. Singapore sejak dulu terkenal pandai mengemas sarana pariwisata dengan trick pemasaran yang jitu.
Kegesitannya meraih peluang juga patut diacungi jempol. Saat perjudian resmi, casino di Batam ditutup, Singapore langsung menggaet investor dari Las Vegas untuk membuka casino di Singapore. Malaysia yang merupakan negara Islam juga memiliki Genting Highland yang tertutup bagi warga pribumi, tetapi membuka pintu lebar-lebar untuk wisatawan manca negara menghamburkan dan menghabiskan dananya di negaranya.
Berawal dari bandara
Mengamati cara Singapore membujuk wisatawan manca negara untuk menghamburkan dana disana, diawali dari bandara Changi, disitu dengan mudah dapat ditemukan "Map of Singapore" dan booklet "Where Singapore", semuanya gratis dan tersedia di setiap sudut bandara.
Map of Singapore berupa flyer 24 halaman bolak balik dengan 4 lipatan @ 6 halaman full colour, dan mestinya dibeayai oleh pemilik lokasi wisata. Mestinya, para pengelola majalah kawasan di Jakarta dan sekitarnya dapat membuat peta Jabodetabek dan menyebarkannya secara cuma-cuma di bandara Soekarno-Hatta.
Isi dari flyer ini peta Singapore dengan lokasi hotel berbintang, tempat wisata (places of interest), apartemen yang disewakan, tempat belanja, kedutaan dan nomor telepon penting. Lalu ada peta jaringan MRT (Mass Rapid Transportation). Sisanya adalah iklan dari tempat-tempat wisata yang ingin lebih mendapat perhatian.
Jabodetabek dapat menirunya dengan memasukkan peta Jabodetabek, peta jaringan bus-way dan feeder-nya, hotel, tempat belanja / mall, tempat makan / restoran, nomor telepon penting dan kedutaan. Sisanya tentu dapat diisi dengan iklan untuk mendanai pencetakan flyer dan booklet wisata.
Iklan yang ada
Ada iklan one day tour ke Sentosa, city tour, singapore by night, wildlife experience, dan tempat bersejarah (heritage).
Bila mau diidentikkan dengan Jabodetabek, bisa ditampilkan, Kepulauan Seribu, Dunia Fantasi, Kemang, Pecenongan, Ragunan, Taman Safari, Taman Burung TMII, Kota Tua, dan Istana Bogor.
Digital life mall, yang setara dengan Mangga Dua Mall di Jakarta.
Clarke Quay, setara dengan kawasan kuliner di Kemang atau Flavor Bliss di Tangerang.
Kawasan belanja (Orchard, Kampong Glam, Little India, dan Chinatown) setara dengan Grand Indonesia, Kelapa Gading, Summarecon Mall Serpong, Summarecon Mall Bekasi, Bay Walk Mall, dll.
Waterpark dan Sea Aquarium bisa disetarakan dengan banyak waterpark di Jabodetabek serta Sea World di Ancol.
Yang terakhir ada Event Highlight, yang mencantumkan acara tiap tiga bulanan. Misalnya Food Festival, Garden Festival, Night Festival, dll. Yang dapat disetarakan dengan Jakarta Fair, Festival Kuliner Nusantara, Jakarta Great Discount, Jak Jazz, dll.
Sedangkan booklet 36 halaman full colour "Where Singapore" yang juga diterbitkan tiap 3 bulan, juga berisikan identik, mulai dari event highlights, shopping, food, dan festival, serta dilengkapi peta ringkas Singapore dan peta jaringan MRT. Booklet serupa dapat dicetak untuk mempromosikan wisata Jabodetabek.
Kawasan tematik
Jika Malaysia juga terus berpromosi dengan Visit Malaysia Year, Indonesia yang lebih kaya budaya dan tempat wisata eksotik, mestinya dapat meraih peluang lebih besar. Indonesia harus mampu menciptakan kawasan wisata tematik, seperti halnya Johor Bahru dengan Legoland-nya.
Perlu tekad kuat
Kementerian Pariwisata harus bekerja sama dengan kalangan swasta untuk mengemas lokasi wisata di Indonesia, sehingga wisatawan Indonesia dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi atau Papua tidak perlu ke Singapore / Malaysia, tetapi cukup menjadi wisatawan nusantara, agar tidak membawa keluar devisa negara.
Bila kita mau jujur, toko-toko maupun gerai kuliner yang terdapat di mall-mall Singapore dan Malaysia, isinya hampir sama dengan yang sudah ada di mall-mall Jabodetabek.
Papan informasi perlu dilengkapi guna memudahkan wisatawan mencari lokasi, pusat informasi harus ditambah, infra struktur diperbaiki mulai dari transportasi hingga koridor ke lokasi wisata, agar wisatawan tidak kepanasan / kehujanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H