Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jujur

4 Agustus 2014   15:28 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:28 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi karya Sri Mapanji Jayabaya (abad 12), bait ke 6-11:

6. Wong bejat munggah pangkat
7. Akeh ndandhang diunekake kuntul
8. Wong salah dianggap bener
9. Wong lugu kebelenggu
10. Wong mulya dikunjara
11. Sing culika mulya, sing jujur kojur

Bila disebutkan pada bait ke 11 "yang jujur kojur", terjemahan bebasnya "yang jujur akan hancur", apakah kita harus selalu bersikap jujur dalam hidup ini?

Budi pekerti

Dalam ilmu budi pekerti, setiap orang tua atau guru senantiasa harus mengajarkan pada anak-anaknya atau anak didiknya agar selalu bersikap jujur.

Anak-anak diajarkan agar jangan berbohong, mengatakan apa yang diketahuinya dengan benar dan apa adanya. Anak yang baik adalah anak yang selalu jujur dan sedikit mungkin berbohong.

Bahkan dalam keluarga ada istilah bohong putih (white liar), yaitu berbohong demi kebaikan pihak lain. Contohnya, seorang adik yang melihat kakak iparnya selingkuh, demi kerukunan rumah tangga si kakak, maka si adik tidak akan menceritakan pengalaman yang diketahuinya, tetapi disampaikan dengan cara yang agak terselubung "harap hati-hati jaga suamimu, karena ada wanita yang sedang menggodanya".

Bisnis

Jujur dalam berbisnis mungkin sulit dilakukan dengan sepenuh hati, tetapi  paling tidak menghindari apa yang di sebut merugikan orang lain. Contoh tidak jujur yang masih patut dilakukan atau dapat ditolerir, si A (pembeli) bertanya kepada si B (penjual) tentang dimana  barang berasal,  karena si A tidak rela si B mengambil laba terlalu besar dan ingin membeli langsung dari sumber nya. Tentu saja si B tidak mau bersikap jujur menyebutkan dimana asal barang tersebut.

Dalam kasus ini yang keterlaluan adalah sikap si A, karena bila dia sebagai si B, apakah akan menjawab pertanyaan itu dengan jujur. Karena bila ia menjawab dengan jujur maka ia akan kehilangan peluang memperoleh laba sebagai hasil penjualan.

Dalam kasus di atas, si B memang tidak jujur menjawab dimana dia membeli atau mendapatkan barang tersebut. Karena dalam kasus ini  adalah hak si B untuk tidak memberitahukan tempat asal barang atau tidak harus menjawab dengan jujur atas pertanyaan si A.

Bagi kalangan pedagang, tidak jujur bukanlah dosa karena tujuannya adalah membantu pelanggan dengan imbalan mendapat laba penjualan. Contoh kasusnya "Apakah Anda menjual tablet Samsung terbaru seri xxx ??" Si penjual menjawab: "Ada, tunggu sebentar ya,  saya ambilkan di gudang dulu".

Kemudian si penjual menelepon koleganya atau menyuruh salah satu anak buahnya untuk mengambil tablet seri xxx di toko temannya atau toko saudaranya dan diakui sebagai barang miliknya, yang ada di gudangnya.

Asalkan harga sama saja dan tidak bertambah mahal, maka tindakan itu menurut si pedagang bukan suatu kebohongan atau ketidak jujuran. Si pedagang juga menambahkan, bahwa ia bersikap tidak jujur itu kalau menjual barang berkualitas jelek dengan harga yang tidak pantas dan disebutkan sebagai barang bagus.

Kalau menjual barang bagus, dengan harga lebih mahal juga bukan pembohongan atau ketidak jujuran, karena barang itu milik si pedagang, maka si pembeli bila mau memiliki barang itu, maka harus menukar dengan sejunlah uang yang disepakati. Kalau sudah sepakat, itu bukan bohong atau tidak jujur. Maka si pembeli harus pandai-pandai menawar harga, sebelum menyetujui atau sepakat dengan harga tertentu.

Kesimpulan

Dalam kasus bisnis, bila pedagang harus selalu jujur, maka ia akan kehilangan peluang memperoleh laba penjualan. Selama pedagang tidak menjual barang berkualitas jelek atau rusak atau bekas, dan pembeli menyetujui harga yang disepakati, si penjual masih pantas mendapatkan laba penjualan.

Sedangkan dalam kasus anak terhadap orang tua, si anak sebaiknya menjawab pertanyaan orang tua dengan jujur.  Meski akibat jawaban yang jujur, si anak bisa kena marah, namun kejujuran seorang anak patut dihargai, sehingga orang tua tidak perlu marah berlebihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun