4. Sekolahku Bhineka
Dalam topik ini, mahasiswa memainkan peran sebagai anggota organisasi sekolah seperti kepala sekolah, dinas pendidikan, ketua yayasan, komite orang tua, dan siswa dengan karakteristik yang berbeda-beda dan harus menyelesaikan berbagai permasalahan yang diberikan oleh fasilitator. Melalui aktivitas ini, mahasiswa diajak untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, komunikasi, dan kolaborasi dalam menciptakan solusi yang damai dan inklusif.
5. Sekolahku yang Damai
Pada topik ini, mahasiswa mengidentifikasi ancaman, kerentanan, dan kapasitas yang bisa ditingkatkan untuk memperkuat sekolah sehingga dapat terhindar dari risiko. Aktivitas ini mendorong mahasiswa untuk berpikir strategis dan memahami pentingnya manajemen risiko dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan damai.
Dalam pelaksanaan diklat WKG ini ditemukan beberapa kendala seperti materi audio-visual atau media aktivitas yang tidak bisa dimuat. Namun, kegiatan tetap dapat terlaksana dengan baik berkat fasilitator yang sudah profesional dan mampu mengatasi kendala tersebut dengan fleksibilitas dan kreativitas, sehingga peserta tetap dapat mengikuti kegiatan dengan antusias. Adapun kegiatan diklat WKG berakhir dengan sesi post-test tepat pada pukul 16.30 untuk mengevaluasi perkembangan pemahaman peserta setelah mengikuti seluruh rangkaian kegiatan.
Terselenggaranya Diklat WKG ini menunjukkan langkah konkret UM dalam mendukung terciptanya lingkungan pendidikan yang inklusif dan damai di Indonesia. Melalui kegitan ini, UM berharap para calon guru mampu menjadi pendidik yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kepekaan sosial dan semangat kebhinekaan yang tinggi serta mampu mengimplementasikan nilai-nilai tersebut di sekolah masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H