Dongeng sering kali menggambarkan perjuangan tokoh utama yang harus mengatasi berbagai rintangan untuk mencapai tujuan mereka. Cerita ini membantu anak-anak untuk memahami berbagai emosi dan sudut pandang mereka, yang pada akhirnya memperkuat empati mereka.
Sebagai contoh, dalam cerita "Si Bebek Buruk Rupa," anak-anak diajarkan untuk tidak mengejek atau mengucilkan orang lain karena penampilan mereka. Mereka belajar untuk melihat keindahan yang ada di dalam diri seseorang, terlepas dari apa yang terlihat di luar. Dengan membayangkan perasaan tokoh dalam cerita ini, anak-anak belajar untuk menghargai atau menghormati perbedaan dan menjadi lebih peduli terhadap orang lain.
Proses ini juga membantu anak-anak mengembangkan kemampuan sosial mereka. Dengan memahami emosi dan pengalaman tokoh dalam dongeng, mereka menjadi lebih peka terhadap perasaan orang lain di kehidupan nyata yang ada diluar.
Dongeng juga berfungsi sebagai sarana untuk mengenalkan anak-anak pada budaya dan tradisi mereka. Cerita rakyat seperti "Malin Kundang," "Timun Mas," atau "Legenda Danau Toba" tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan Gambaran dan pemahaman tentang kebijaksanaan, moralitas dan cara hidup masyarakat pada masa lalu. Cerita-cerita ini mengajarkan tentang konsekuensi dari Tindakan, pentingnya menghormati orang tua, keberaniaan, kejujuran dan rasa Syukur.
Melalui dongeng, anak-anak belajar tentang identitas budaya mereka dan memahami pentingnya menghormati tradisi. Contohnya seperti cerita "Keong Mas" mengajarkan tentang kesetiaan dan ketulusan hati, yang merupakan nilai-nilai penting dalam budaya Indonesia. Dongeng seperti ini membantu anak-anak memahami warisan budaya mereka dan menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas mereka.
Selain itu, dongeng juga dapat menjadi jembatan untuk mengenalkan budaya lain kepada anak-anak. Dengan mendengar cerita dari berbagai negara, anak-anak dapat memahami bahwa meskipun budaya berbeda, banyak nilai universal yang tetap relevan di seluruh dunia.
Di era digital, dongeng telah mengalami transformasi menjadi media yang lebih modern, seperti buku elektronik, film animasi, dan aplikasi interaktif. Media ini memberikan pengalaman baru bagi anak-anak, tetapi juga menimbulkan tantangan dalam menjaga esensi tradisional dari bercerita. Di era zaman sekarang anak-anak biasanya membaca atau mendengarkan dongeng di media sosial seperti youtube atau dengan sebagainya.
Contohnya seperti film animasi seperti "Frozen" yang terinspirasi dari cerita "The Snow Queen" memperkenalkan dongeng kepada generasi baru dalam format yang lebih menarik. Namun, pengalaman mendengarkan cerita langsung dari orang tua atau kakek nenek tetap memiliki keunikan tersendiri. Interaksi langsung ini memungkinkan anak-anak untuk bertanya, berdiskusi, dan memperluas imajinasi mereka melalui dialog. Selain itu, cerita dari orang tua atau kakek nenek sering kali mengandung elemen nostalgia, membawa kita untuk mengenang masa lalu, mengenal sejarah keluarga, atau belajar dari tantangan yang mereka hadapi di masa muda. Keunikannya lainnya adalah seperti adanya keterikatan emosional yang mendalam, yang tidak hanya menjadikan cerita sebagai sarana hiburan tetapi juga sebagai untuk memperkuat ikatan keluarga.
Penting bagi orang tua untuk tetap mempertahankan tradisi bercerita, meskipun teknologi telah menawarkan berbagai alternatif. Dengan cara ini, anak-anak tidak hanya menikmati cerita tetapi juga mendapatkan pengalaman emosional yang memperkuat ikatan keluarga. Anak-anak tidak hanya menerima informasi atau hiburan, tetapi juga merasakan pendekatan, perhatian, dan kasih sayang yang tulus.
Banyak karya sastra modern yang terinspirasi oleh dongeng. Misalnya, cerita-cerita seperti "Putri Salju" atau "Cinderella" telah diadaptasi menjadi novel, puisi, atau bahkan karya drama. Elemen dongeng seperti karakter heroic atau pahlawan, konflik utama, dan pesan moral sering dijadikan dasar untuk membangun cerita baru dalam sastra. Baik dongeng maupun sastra memiliki struktur narasi yang serupa, seperti pengenalan, konflik, klimaks, dan resolusi. Keduanya juga berfungsi untuk mendidik, menghibur, dan menyampaikan pesan moral kepada pembaca atau pendengar.
Dongeng sering menjadi pengalaman pertama anak-anak dengan dunia sastra. Melalui dongeng, mereka belajar menikmati cerita, menghargai keindahan bahasa, dan memahami pesan yang disampaikan. Hal ini menjadi dasar untuk mengapresiasi karya sastra yang lebih kompleks di kemudian hari.