Mohon tunggu...
Sutha Asta Alfaraby
Sutha Asta Alfaraby Mohon Tunggu... -

"Banyak membaca akan membuat kita semakin bijak. Terus Menulis akan membuat kita semakin mengenal diri." \r\n Supardi Talib. 'twitter: @Sutha_07 .\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sumber Angka 60 Miliar Masih Teka Teki

3 Maret 2012   02:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:36 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan seputar asal muasal kepemilikan uang senilai 60 Miliar oleh Dhana Widyatmika (DW) belum terjawab. Sampai sekarang pun masih simpang siur. Ini mengindikasikan bahwa apa yang diberitakan tidak mempunyai bukti kuat. Bisa dibilang berita tersebut hanya isu aktual tapi kebenarannya belum bisa dibuktikan.

Uang sebesar itu memaang sangat fantastis jika dimilki oleh seorang pegawai negeri sipil dengan golongan III/C. Tentu kita tahu berapa gaji seorang PNS dengan pangkat setingkat itu. Tidak mungkin cukup untuk mengumpulkan uang sebanyak itu. Tetapi yang menjadi pertanyaan, darimana asal pemberitaan uang sebesar itu dimilki oleh DW? Bahkan  pihak kejaksaan sendiri bingung dengan angka 60 Miliar itu. Dalam laporan PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan), Ke komisi 3DPR RI mengenai rekening gendut pegawai negeri sipil, nama Dhana Widyatmika tidak pernah diikutsertakan.

Secara pribadi, bukan berarti saya ingin membela sosok DW. Tetapi saya hanya ingin kita tidak terlalu mudah dipanas panasi oleh pemberitaan media.  Biarkan para penegak hukum yang membuktikan jika memang ada uang sebesar itu.

Di sisi lain, kasus ini tentunya mempunyai dampak yang akan ditimbulkan. Terutama masalah perpajakan secara luas. Berhubung yang bersangkutan merupakan mantan pegawai Direktorat Jenderal Pajak (DJP), tentu kasus ini memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap citra dan eksistensi DJP.

Kalau kasus ini diberitakan secara besar besaran tanpa ada bukti atau sumber berita yang jelas kebenarannya, tentu akan menimbulkan stigma negative terhadap DW secara pribadai dan kepada DJP secara luas.

Tidak ada yang mendukung  untuk melindungi oknum, apalagi menyembunyikan perbuatan yang melawan hukum. kalau memang salah yah disalahkan, diproses secara hukum. Tetapi media juga harusnya profesional dalam pemberitaan. Jangan hanya karena ingin melariskan berita sehingga apa yang diberitakan terkesan dibuat buat dan direkayasa. Kritis memang perlu, tetapi jangan sampai krisis data dalam pemberitaan.

Maksud saya disini adalah berita yang terlalu “lebay” bisa memberikan pengaruh yang sangat buruk terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan. Apalagi saat ini merupakan musim penyampaian Surat pemberitahuan (SPT) yang merupakan salah satu kewajiban utama para wajib pajak.

Apa jadinya jika para wajib pajak ramai ramai melakukan pemogokan massal untuk tidak melakukan kewajiban perpajakan hanya karena suatu berita yang cenderung provokatif. Bisa jadi penerimaan Negara terhambat, target tidak terpenuhi. sementara anggaran belanja semakin membengkak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun