Mohon tunggu...
Sutar Soemitro
Sutar Soemitro Mohon Tunggu... -

karyawan swasta

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Solusi Kisruh: PSSI Akui IPL dan ISL

13 Januari 2012   15:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:56 2574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_163633" align="aligncenter" width="640" caption="ilustrasi/admin(shutterstock.com)"][/caption]

Siapapun yang memimpin PSSI, entah tetap Djohar Arifin atau benar terjadi pemilihan ketua baru, dualisme liga tetap akan jadi persoalan serius. Bukan perkara mudah untuk menyatukannya, siapa pun ketuanya. Kedua liga sudah terlanjur berjalan, tak mungkin salah satu liga atau keduanya untuk diberhentikan di tengah jalan.

Seperti saran Mennegpora Andi Mallarangeng, solusi paling efektif saat ini adalah PSSI mengakui IPL dan ISL sebagai liga resmi.

Untuk menghindari sanksi FIFA, kedua liga dianggap sebagai dua wilayah. Bisa saja wilayah satu IPL, sedangkan wilayah dua ISL. Juara nasional nanti diadu antara masing-masing juara, termasuk untuk penentuan jatah ke Liga Champions dan AFC Cup musim depan. Saya rasa ini solusi yang lebih efektif daripada harus KLB karena memakan biaya yang besar dan beresiko besar kubu Bakrie berkuasa kembali.

Harbiansyah Hanafi yang jelas-jelas dedengkot ISL saja mengusulkan ide ini, tim-tim ISL lain pasti lebih bisa menerima ide ini.

13264695231835251675
13264695231835251675

Barulah pada musim depan kita benar-benar hanya punya satu liga resmi. Liga level satu tetap diisi 18 tim. Siapa yang berhak? Begini mekanismenya. Lima tim terbaik masing-masing dari IPL dan ISL otomatis lolos, tambahannya adalah melalui play off. Peserta play off adalah peringkat 6-10 dari IPL dan ISL, ditambah peringkat 1-5 Divisi Utama IPL dan ISL. Play off dibagi dalam 4 grup dengan sistem kompetisi penuh atau setengah kompetisi. Jika setengah kompetisi, maka yang menjadi tuan rumah adalah peringkat 6 IPL dan ISL, dan peringkat 1 Divisi Utama IPL dan ISL. Pembagian grup dibagi rata dengan sistem seeded. Juara dan runner up masing-masing grup akan melengkapi jumlah peserta level satu menjadi 18 klub.

Untuk tim-tim kembar, sebelum play off sudah harus dipersatukan kembali. Misalnya PSMS IPL peringkat 3, sedangkan PSMS ISL peringkat 7, maka peringkat yang dipakai adalah peringkat yang lebih tinggi, yaitu peringkat 3 IPL sehingga PSMS otomatis lolos ke level satu. Sedangkan jatah play off yang seharusnya dimiliki PSMS ISL dilimpahkan kepada peringkat 11 ISL. Karena jumlah peserta IPL saat ini hanya 12 klub, yang berarti memungkinkan kehabisan jatah klub untuk ikut play off (apalagi setelah rekonsiliasi klub-klub kembar), peserta penggantinya diambil dari klub Divisi Utama IPL secara berjenjang. Begitu juga mekanisme untuk Divisi Utama.

Yang terpenting, sebelum play off, permasalahan semua tim kembar sudah benar-benar harus selesai dan telah menjadi satu kembali. PSSI harus netral dalam rekonsiliasi ini, jangan lagi mengulang apa yang dilakukan terhadap Persija. Jika diperlukan, bisa saja bahas rekonsiliasi klub kembar ini di kongres tahunan sehingga merupakan keputusan bersama yang pasti jauh lebih netral dan bebas kepentingan.

Untuk beberapa kota yang masih memiliki lebih dari satu klub, alangkah lebih baik jika dimerger, dilebur, atau apalah namanya sehingga cukup diwakili satu tim saja. Kecuali untuk kota sebesar Jakarta, bolehlah punya klub lebih dari satu. Itu saja seperti kita lihat bersama, jumlah suporter Persija dan Persitara sangat jomplang. Kota-kota yang tercatat memiliki lebih dari satu klub antara lain Malang (Arema dan Persema), Padang (Semen Padang dan PSP), dan Blitar (PSBK dan PSBI). Kalau bisa malah sekalian kota yang berdekatan, seperti Bandung (Persib dan Persikab), Tangerang (Persita dan Persikota), atau Bogor (PSB dan Persikabo) sekalian saja dilebur.

Untuk Persema, daripada terus menerus rugi, lebih baik melebur saja ke dalam Arema. Dilihat dari jumlah dukungan suporter, nilai jual, hingga prestasi klub, Persema sangat jauh tertinggal dari Arema. Jika merger sulit terlaksana karena Aremania menentang, mungkin lebih baik Persema melebur ke dalam Arema. Nama tetap Arema, sedangkan pemain dan pengurus diseleksi ulang dari kedua tim. Begitu juga dengan PSP, lebih baik melebur ke dalam Semen Padang. Sedangkan untuk PSBK dan PSBI dimerger saja, dengan tim baru bernama Blitar FC.

Nama liga baru pakai nama yang netral: LIGA INDONESIA. Kedua liga (IPL dan ISL) tak dirugikan. Sedangkan divisi-divisinya bisa memakai Liga 1, Liga 2, Liga 3, dan seterusnya. Lagi-lagi kedua liga juga tidak dirugikan karena tidak mengambil unsur nama dari salah satu pihak.

Untuk operator liga, nanti ditentukan lewat kesepakatan bersama lewat kongres tahunan. Sedangkan orang-orang di dalamnya dipilih melalui RUPS, begitu juga tentang pembagian sahamnya. Adil kan?

Dengan diakuinya kedua liga, kita juga bisa melihat kembali tim nasional seutuhnya yang berasal dari klub IPL dan ISL, ditambah pemain yang bermain di luar negeri. Cukup Diego yang menjadi tumbal kisruh ini. Jangan ada lagi pemain yang menjadi korban.

Sekali lagi perlu ditekankan, ini adalah rekonsiliasi. Di mana-mana yang namanya rekonsiliasi pasti masing-masing pihak harus berkorban, tidak bisa memuaskan semua pihak. Jangan ada yang merasa paling benar sehingga memaksakan kehendaknya. Semua pihak harus sama-sama memulai dari nol. Pengurus PSSI yang sah jangan lagi menekan para pembangkang, sebaliknya para pembangkang jangan lagi apriori dan menentang. Kedua pihak harus mau menahan egonya demi kebaikan dan kemajuan bersama. Selama proses rekonsiliasi ini, masing-masing kubu jangan lagi mengumbar statement-statement yang memanaskan suasana. Lebih baik kedua pihak terus berkomunikasi intensif bagaimana caranya menyamakan pandangan.

Rakyat Afrika Selatan saja yang saling bunuh selama berpuluh tahun bisa rekonsiliasi dan saling memaafkan sehingga sekarang maju pesat sampai bisa selenggarakan Piala Dunia, masa kubu pro IPL dan pro ISL yang cuma berkorban sedikit nggak bisa? Rakyat Poso dan Ambon yang juga sudah banyak menjadi korban nyawa saja bisa rekonsiliasi, para pemilik kepentingan di sepakbola nasional harusnya bisa juga melakukan hal yang sama.

Jangan dilihat apa yang harus dikorbankan, tapi lihatlah perdamaian dan kemajuan yang akan kita peroleh dengan rekonsiliasi ini. Menpora, KONI, PSSI, KPSI, PT LPIS, PT LI, klub-klub, pemain, suporter, media, hingga masyarakat luas semua sudah capek terus-menerus berkonflik. Semua orang pasti sepakat kita lebih memilih capek berkeringat untuk memajukan sepakbola Indonesia, daripada capek berantem. Mari kita semua bergandeng tangan erat memajukan sepakbola Indonesia!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun