Mohon tunggu...
Sutarno Drs
Sutarno Drs Mohon Tunggu... Guru - Arsitek Jiwa

Mengajar dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berani Berbagi di Tengah Pandemi

29 Oktober 2021   11:23 Diperbarui: 17 November 2021   13:11 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul : Berani Berbagi di Tengah Pandemi

Oleh : Sutarno

"Tuhan, untuk apa Engkau menciptakan alam semesta raya? Agar aku tahu untuk apa tujuanku diciptakan di dunia ini " (Albert Einstein)

Pernahkah anda berpikir, apakah tujuan hidup anda di dunia ini? Apakah anda ingin kaya raya, hidup bahagia, dan ketika mati masuk sorga? Atau sampai hari ini anda belum memiliki tujuan hidup? Kalau itu benar berarti anda masih berada pada tahap hanya sekedar hidup, atau hanya ingin numpang hidup, sekedar hidup, lebih celakanya pura-pura hidup. Sungguh menyedihkan jika kita masih belum memiliki kepastian dalam hal tujuan hidup di dunia.

Memang harus diakui bahwa banyak alasan orang ingin hidup tetapi sedikit yang benar-benar memiliki tujuan dalam hidup.  Ada yang ingin sukses, kaya raya dengan banyak harta melimpah. Dunia memang menawarkan banyak kesuksesan bagi yang mencarinya. Tetapi benarkah, kesuksesan dan kekayaan adalah segala-galanya dalam hidup manusia?  Jika demikian, artinya ketika manusia sudah berhasil mencapai kesuksesan dan kekayaan maka tidak ada lagi tujuan hidup manusia di dunia yang harus dikejar karena semuanya sudah tercapai. Manusia yang berpikir seperti ini, dia termasuk manusia celaka, egois dan tidak menyadari bagaimana sang Pencipta memuliakan ciptaanNya dengan memberikan pikiran, perasaan, dan hati nurani untuk mengetahui bahwa segala makluk yang diciptaNya di dunia ini pasti ada tujuannya. Apakah itu ?

Semua agama mengajarkan tentang kebaikan, kita dicipta untuk memuliakan Dia, bermanfaat bagi  lingkungan dan orang-orang di sekitar. Hidup harus berdampak bagi orang lain, itu kata orang bijak. Itulah buah. Bukankah pohon dikenal dari buahnya? Ketika kita menyadari tujuan hidup secara jelas maka banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengisi setiap detik usia yang tersisa dalam hidup dengan berbuat kebaikan bagi sesama. Bahkan kejahatan sekalipun hanya bisa dikalahkan dengan kebaikan.

Berbuat baik itu seperti nafas yang bisa dilakukan di manapun, kapanpun dan oleh siapapun selama kesempatan itu ada. Ini sebuah visi yang harus dihidupi oleh setiap manusia. Bukankah hidup itu hanya sekali? Setelah itu mati. Apakah kita akan dikenang sebagai pribadi yang berdampak dan bermanfaat bagi orang lain atau sebaliknya. " Oleh sebab itu bergeraklah, berkegiatanlah dan manfaatkan kesempatan yang ada, karena setiap kesempatan ada masanya dan setiap masa ada kesempatannya" (Makna motto : Hidup Sekali Hiduplah yang Berarti, DR.H.Y.Suyoto Arif,M.S.I). Ini suatu pilihan hidup, hidup yang bisa menghidupi orang di sekitarnya. Menjadi pelita yang menerangi kegelapan di tengah malam. Perbuatan baik tanpa pamrih adalah cahaya yang tidak hanya semata-mata membantu orang yang menerima. Lebih dari itu, berbuat baik memberikan segudang manfaat untuk kesehatan (Psikolog Lisa Damour). Ternyata kesehatan berbanding lurus dengan kebaikan.

Indonesia sedang "menangis" karena sedang berada dalam situasi ketidakpastian, dalam sektor pendidikan, kesehatan, dan sosial ekonomi akibat wabah pandemi covid-19.  Banyak sektor kehidupan yang berhubungan  secara langsung dengan masyarakat sangat terganggu keberlangsungannya. Covid 19 telah menjadi penyebab utama merosotnya aktivitas kehidupan masyarakat Indonesia. Bahkan perekonomian Indonesia sedang mengalami tekanan dan ujian yang serius.

Banyak perusahaan terpaksa tutup, PHK  (Pemutusan Hubungan Kerja) terjadi di beberapa tempat akibat menurunnya jumlah produksi dan penjualan, usaha kecil dan menengah mengalami kerugian akibat daya beli masyarakat yang terus menurun. Pertanyaannya, sampai kapan ini berlangsung? Sampai seberapa kuat masyarakat kita bisa bertahan? Belum lagi angka penularan covid 19 masih cukup tinggi.

Pada saat yang sama pemerintah memberlakukan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) dengan tujuan membatasi mobilitas dan kerumunan sehingga dapat mencegah ataupun mengurangi faktor rIsiko penularan covid 19 di tengah masyarakat. Suatu pilihan yang sangat sulit baik bagi pemerintah maupun masyarakat yaitu antara menyelamatan nyawa manusia atau menyelamatkan ekonomi masyarakat. Dengan kebijakan PPKM ini, masyarakat terpaksa banyak yang tinggal di rumah tanpa pekerjaan dan penghasilan yang pasti akibatnya ekonomi masyarakat merosot, pendapatan terganggu. Masyarakat menjadi kesulitan dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Lengkap sudah penderitaan masyarakat kelas menengah ke bawah akibat pandemi.

Adalah fakta, bahwa pemerintah  tidak tinggal diam dalam situasi sulit. Pemerintah berjuang keras untuk mempercepat vaksinasi dengan program gerakan sejuta vaksin setiap hari. Hal ini dilakukan untuk mempercepat terciptanya "herd community" sehingga masyarakat menjadi kebal terhadap virus dan perekonomian bisa bergerak maju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun