Mohon tunggu...
Sutardjo Jo
Sutardjo Jo Mohon Tunggu... Konsultan - Penggiat dan Pemerhati Desa dan Kawasan Perdesaan

Penggiat dan Pemerhati Desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bertanya tentang Desa, Siapakah Anda?

17 Agustus 2022   15:15 Diperbarui: 17 Agustus 2022   15:21 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini merupakan sebuah kegundahan dalam bentuk pertanyaan ngawur seorang penggila Desa.  Perang narasi " sindir sampir" atas bahasan/narasi tentang desa yang tak akan pernah usang, sebab perbincangan akan dinamis dan masing-masing desa berangkat dari titik kondisi yang berbeda, punya sejarah yang berbeda, desa sangat beragam dengan nilai-nilai yang masing-masing mengalami transformasi tersendiri tergantung pakuning bumi di desa. Pakuning bumi adalah nilai asli yang tetap terjaga dalam dinamisasi nilai yang berubah oleh jaman. NilAI asli yang kuat dan terjaga tetap kuat dalam nilai kehidupan masyarakat desa jika pakuning bumi terjaga, pakuning bumi di desa adalah tiang atau pilar tegaknya nilai-nilai asli sebagai bentuk penghambaan atas alam dan penciptanya.  Pakuning Bumi akan kita kupas pada tulisan berikutnya.

Tulisan ini sekedar refleksi diri.  Kalau ada kata "Anda" berarti di maksud adalah dibaca : Saya ( sebab sulit rasanya menulis dgn kata Kita)

Mengapa masih saja anda sibuk menyerukan desa? mengapa anda begitu sibuk  mengkonstruksi Desa dgn instrument yang alhasil membuka keran-keran intervensi yang akan semakin membelenggu ruang kedaulatan Desa (Membunuh Desa).  Membangun Desa dan Membunuh Desa sungguh berbeda sangat tipis, kepleset 1 mm dalam pikiran dan niat atau jebakan kepentingan, tidak mustahil upaya baik yg anda rancang justru menghancurkan DESA yang anda berulangkali terucap menjadi narasi anda.

Anda tidak sadar, keikhlasan mu untuk memperkuat desa malah melemahkan DESA.

Pikirkan apakah anda  hanya sebagai bagian kelompok kepentingan yang mendorong watak populis developmentalis ke Desa, dengan abai terhadap peran-peran penguatan politik dalam tata kelola desa. Apakah Kepala Desa musuh anda?

Mengapa anda masih bersikap apolitis di Desa?, Pikirmu politik itu apa? Tak sadarkah anda hanya menjadi pemudah cara membangun kepentingan yg mengembalikan desa menjadi pundi-pundi proyek, merancang rente baru, menjadikan obyek "pipanisasi" saluran program instrumental yg melanggengkan peran elite-elite dlm akses pembangunan dan memobilisi partisipasi menjadi semu, sehingga sejatinya warga hanya menjadi penonton pertunjukan ritual "habituasi pembanguan" di Desa dgn bakaran kemenyan "Dana Desa".  

Pada Akhirnya Warga Desa masih saja menjadi Penonton Musyawarah Desa, Penonton pelaksanaan kegiatan proyek di Desa, penonton pengawasan, serta parahnya menikmati drama politik elite dalam perebutan "lomba panjat pinang" di Desa serta bersorak manakala salah seorangnya jatuh dlm lumpur dan licinnya oli hukum.

Kapan anda memulai bekerja memperkuat politik di Desa dengan membangun berkembangnya ruang-ruang kelompok kepentingan di Desa utk memperkuat tata kelola desa dalam pembangunan desa yg berkeadilan, berkelanjutan serta mengarusutamakan perdamaian (Pasal 78 UU Desa )?

Mengapa anda tidak yakin dengan konstruksi ideal UU Desa, hanya karena realitas "kenakalan-kenakalan" "retensi dan resistensi pemahaman rezim desa masa lalu" serta provokasi kelompok-kelompok yg ingin mereduksi spirit UU Desa.

Siapa yang akan mendorong peran-peran aktif warga desa, menjadi kekuatan politik membangun di Desa? Wahai Para penggiat Developmentalis Desa saatnya anda dobrak pikiranmu, berhentilah mengkonstruksi Desa menurut pikiramu.

#MaafkanUUDesa #JebakanSupraDesa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun