Bantul DIY- Wakil Bupati Bantul, Joko B. Purnomo merasa tertarik dengan buku kumpulan geguritan karya Sutanto, warga Celep RT.07 Pedukuhan 02 Ceme Srigading Sanden Bantul. Wabup mengaku, sebagai orang Jawa dirinya adalah suka hal-hal yang berbau tradisi termasuk karya sastra geguritan.
"Karya Pak Tanto ini sangat menarik, karena penulis geguritan tak sebanyak penulis puisi. Apa yang dia lakukan termasuk suatu upaya turut melestarikan nilai-nilai tradisi dalam sebuah tulisan. Saya akan pilih nanti beberapa geguritan dan akan saya baca saat Hari Jadi kabupaten Bantul," janji Wabup saat menerima buku geguritan disela-sela pengambilan gambar Saba Desa di Bank Sampah Alam Lestari RT.05 Ceme, Senin (27/6/2022)
Lelaki yang akrab disapa Pak Joko ini, akan berupaya melobi Disdikpora untuk bisa memfasilitasi terbitnya geguritan, dan meminta Sutanto untuk nantinya bersedia menulis geguritan dengan sasaran pembaca anak-anak.
Menanggapi harapan Wabup tersebut, Sutanto menyatakan kesanggupannya. Baginya menulis adalah hal yang sudah mendarangdaging dalam dirinya. Bagi guru Seni Budaya di MTsN 3 Bantul tersebut, tiada hari tanpa menulis, baik karya sastra maupun berupa berita.
Sutanto menambahkan, buku yang disampaikan kepada Wabup tersebut merupakan buku solo yang ke-12 berjudul Gurit 54. Buku tersebut merupakan kumpulan 100 geguritan (puisi berbahasa Jawa) sebagi upaya turut melestarikan budaya Jawa khususnya sastra tulis. Judul "Gurit Lima Papat" dipilih untuk pengingat usianya yang telah memasuki usia 54 tahun di tahun 2022 ini
"Di buku ini saya berkreasi dengan membuat pola yang seragam, bait pertama terdiri 5 baris dan bait kedua 4 baris. Untuk bahasa yang digunakan, penulis memilih jawa ngoko maupun krama dengan harapan bisa diterima kalangan muda maupun tua. Saya berupaya menangkap fenomena yang terjadi di masyarakat tentang berbagai hal tidak dibatasi tema tertentu, sehingga isi geguritan cukup bervariasi," terangnya.
Selain kepada Wakil Bupati, Sutanto juga memberikan buku karyanya kepada Angger Sukisno. Dipilihnya pranata cara ternama dari Bugisan tersebut, agar karyanya bisa lebih dikenal luas masyarakat. Sebagai publik figur yang banyak bersentuhan dengan tradisi Jawa, Angger Sukisno sangat pas dipilih.
"Saya berterimakasih kepada pak Sutanto yang telah memberikan cinderamata sebuah buku. Ini menjadi sebuah kado menarik dan menambah perbendaharaan buku saya," tutur Angger.
Adapun  sebelas buku yang telah ditulis Sutanto sebelumnya adalah : buku ke-1, Anggrek Vanda untuk Bunda (kumpulan 10 cerita anak), buku ke-2, Nada-nada Cinta (kumpulan 52 puisi), buku ke-3, Pahlawan Ketapel (kumpulan 15 cerita anak), buku ke-4, Rangkaian Kata Sarat Makna (kumpulan 333 pantun), buku ke-5, Burung Berhati Emas (kumpulan fabel), buku ke-6, Untaian Kata Penuh Makna (kumpulan 222 pantun), buku ke-7, Pak RT Menjadi OTG (True Story), buku ke-8, Gurit 53 (Kumpulan Geguritan), buku ke-9, Menebar Rasa (kumpulan 111 puisi), buku ke-10, Rinonce Sekar Melati (Kumpulan 100 geguritan), buku ke-11, Menebar Manfaat (kumpulan puisi akrostik 100 pahlawan).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H