Mohon tunggu...
Sutan Hartanto
Sutan Hartanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang pendidik yang belajar menulis. Pemilik dan pengelola situs : http://www.kisah-cinta.com Pendiri dan pengembang situs sekolah: http://www.pelangi-indonesia.net

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Tegak di Antara Puing-Puing (21)

23 April 2015   22:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:44 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1428337288984585240

Ternyata pesan itu dari Landung, temannya di Komunitas.

"Pagi, Mas. Apa kabar Mas Darma dan keluarga, apakah baik-baik? Rumah Mas tidak apa-apa kan? Saya baik-baik di sini. Rumah juga aman, hanya retak sedikit. Tadi saya sms Made dan Bima, mereka juga selamat, hanya kaget katanya."

"Saya baik-baik, terimakasih," balas Darma. "Syukurlah kalian semua selamat. Benar-benar guncangan yang keras ya?"

"Tapi kakek saya di Klaten rumahnya rusak, Mas. Sebagian atapnya rubuh."

"Waduh, terus bagaimana? Tapi kakekmu tidak apa-apa kan? Klaten-nya di mana?"

"Di Gantiwarno, Mas. Iya Kakek, Nenek dan Paman selamat."

"Syukurlah.... Yang penting mereka selamat. Rumah bisa diperbaiki. Terus rencanamu bagaimana?"

"Aku mau ke sana pagi ini, Mas. Made dan Bima ikut juga, siapa tahu ada yang bisa dibantu, katanya. Mas mau ikut?"

Darma menimbang-nimbang. Mungkinkah ini jawaban atas kegundahannya tadi? Bukankah ia ingin berbuat sesuatu? Membantu Kakek Landung membenahi rumahnya mungkin awal yang baik. Tapi bagaimana dengan kantornya? Bagaimana dengan meter-meter listrik di wilayahnya yang harus dibaca?

Darma jadi bimbang. Diletakkannya ponselnya di meja. Diraihnya koran lokal di meja dan dibuka-bukanya kembali. Tidak ada yang baru. Semua berita tentang gempa bumi kemarin di koran itu rasanya sudah dibacanya. Bantul merupakan daerah yang paling parah terkena dampak gempa yang getarannya terasa sampai ke Blitar, Madiun dan Surabaya itu. Dan di Bantul, kerusakan fisik paling parah serba korban jiwa terbanyak menimpa Kecamatan Sewon, Jetis, Pleret, Imogiri, dan Pundong. Mungkin karena letak daerah-daerah itu yang sangat dekat dengan pusat gempa.

Sewon.... ya, Sewon adalah wilayah kerjanya. Dan benar-benar wilayah itu telah luluh lantak. Ia sudah menyaksikannya sendiri kemarin. Hanya sedikit meter listrik yang masih menempel di tempatnya. Kebanyakan pasti telah ringsek tertimpa bongkah-bongkah tembok atau kayu, mungkin telah tertimbun reruntuhan entah di mana. Dan Darma tidak tahu, apakah masih ada gunanya membaca satu dua meter listrik yang masih utuh itu. Dan lagi, tidak ada satu pun pesan dari kantor masuk ke ponselnya, menanyakan ketidakhadirannya. Mungkin memang tidak ada pembaca meter yang ke kantor kemarin, dan pagi ini....

Darma mengembalikan koran ke meja dan meraih ponselnya. "OK, Landung. Aku ikut. Kita kumpul di mana?"

(bersambung)

Cerita ini fiktif belaka. Apabila ada kesamaan nama, tempat, dan peristiwa, hanyalah kebetulan belaka dan bukan merupakan kesengajaan.

© Sutan Hartanto

Hak cipta dilindungi undang-undang. All Rights Reserved

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun