Aku dikenal sebagai pemburu non perawan. Di kotaku rekan sejawat memanggilku Hunter, sang pemburu. Ini adalah nama yang kusuka. Sama dengan sukanya seorang jenderal melihat bintang di pundak seragam yang dipakainya. Sebagai pemburu, maka aku tidak menyusahkan buruan yang kucari. Justru malah menyenangkan hati sang buruan. Karena aku mampu menghiburnya dengan memberikannya status yang lebih jelas: istri sah.
Ya, menjadikan buruan sebagai istri sah. Bagaimana bisa? Semua bisa diatur di tanah air ini. Semua dinikahi dengan memakai jasa para pemberi jasa yang berkompeten dengan urusan pernikahan. Mereka suka sekali menolongku dengan alasan tugasku menikahi perempuan yang non perawan atau tidak perawan lagi merupakan langkah mulia. Dikatakan mulia, karena telah memberi mereka status yang jelas, istri dari....
Siapa saja yang kunikahi? Mereka adalah perempuan yang telah positif hamil, namun sang lelaki tidak mau bertanggung jawab, sudah mengambil keperawanan perempuan tersebut namun dengan alasan macam-macam maka lari atau menghilang dari hadapan sang kekasihnya. Nah, perempuan malang inilah yang menjadi tugasku menikahinya.
Sudah berapa jumlah mereka yang kunikahi? Belum banyak, baru saja 66 orang. Targetku adalah 666 orang sebelum ajal menjemputku. Namun, mungkinkah itu? Karena tidak semua orang mencariku meski mereka adalah korban pelaku lelaki tidak bertanggung-jawab. Lagi pula usiaku tidak muda lagi, sudah 50, dan ternyata profesiku sudah mulai banyak yang mencontoh bak followers di twitter saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H