Usai menyaksikan tampilan Chrisye dengan Sophia Latjuba dalam konser Kidung Abadi di Planery JCC Hall, SP merasakan kesamaan acara yang menyedot perhatian penggemar Chrisye dengan kondisi politik di tanah air. [caption id="attachment_170585" align="alignright" width="300" caption="sophia latjuba"][/caption] Lihat saja, pemirsa merasakan seperti melihat Chrisye hidup kembali dengan teknik pencahayaan dan audio yang sangat sempurna. Padahal Chrisye sudah meninggal sejak 5 tahun lalu dan tidak bisa terjamah oleh manusia. Sama dengan kondisi politik di tanah air. Rakyat seakan tidak bisa menjamah presidennya dari dekat. Hal itu terlihat, bagaimana bila sang presiden berlalu di jalan raya, ribuan meter sebelum sang penguasa di negeri ini lewat, rakyat sudah "disingkirkan" melalui alat yang dipakai dalam bentuk polisi-polisi yang mengatur kelancaran jalan sang presiden. Menurut Saurip Kadi, "jongos lewat, namun tuan yang menyingkir"--dalam kesaksian SP di berbagai daerah di Jawa Timur saat mengikuti bedah buku "Pilpres Abal-abal, Republik Amburadul". [caption id="attachment_170586" align="alignright" width="300" caption="Chrisye (dalam bayang hologram)"]
[/caption] Calon Gubernur Fauzi Bowo, mestinya berkaca pada demonsrtran yang merobohkan pagar di depan gedung DPR pada Jumat (30/3) karena menolak kenaikan harga BBM yang akan disetujui dalam sidang paripurna DPR kala itu. Hal itu karena rakyat di DPR tidak bisa berkomunikasi dengan para wakilnya. Kita tahu, bahwa konstituen tidak bisa menjamah para wakil rakyat. Padahal demikian pula, bila kelak 6 bulan lagi kan ada kejadian serupa sepeerti itu. Fauzi Bowo harus belajar dari peristiwa demonstrasi di depan gedung DPR yang merupakan cerminan Hologram
Politik di tanah air, yaitu rakyat tidak bisa menyentuh ranah anggota dewan meski aspirasi telah disampaikan dalam menolak kenaikan harga BBM. Fauzi Bowo harus mau turun ke gang-gang menyalami orang di kolong jembatan atau termajimalisasi oleh kondisi sosial ekonomiu. Kedua, Fauzi harus rubah ruang pembatas antara dirinya sebagai Gubernur dan rakyat konstituen warga Jakarta. Walaupun manuver di atas tampaknya seperti sudah dilakukan oleh para calon gubernur, seperti Faisal Basri yang mau menghampiri komunitas warga yang ada di rel keretapi. Atau Alex Nurdin yang mendatangi pasar kue di Proyek Senen, Jakarta Pusat serta calon gubernur lain Jokowi dengan aktivitas membuminya. Namun, Fauzi hendaknya jangan mau kalah. Ia harus lebih aktif lagi dari calon gubernur yang lainnya. Karena ia telah membuktikan mampu memimpin Jakarta 2007-2012. [caption id="attachment_170587" align="alignright" width="300" caption="Fauzi Bowo: Saya dekat dan berkerja untuk anda sekalian, wahai seluruh lapisan warga Jakarta"]
[/caption] Dalam dunia digital, dimana seolah ada sosok muncul di hadapan kita, padahal maya. Namun, di sinilah kesempatan bagi Fauzi Bowo untuk mengkonkretkan sosok dirinya itu. Program harus membumi dan dirasakan konkret oleh warga Jakarta. Bila dua langkah ini dilakukan oleh Fauzi Bowo dan benar-benar direalisasikan, maka tak heran bial ia akan terpilih untuk keduakalinya menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Politik Selengkapnya