Menjelang kejatuhan pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY), ribuan titik perlawanan terjadi di mana-mana. Masyarakat yang marah mulai melakukan perlawanan melalui berbagai gerakan perlawanan dan indikasi yang ada di berbagai wilayah tanah air. Hal itu ditunjukan semisal adanya keberanian rakyat dalam melawan aparat pemerintahan daerah, protes yang anarkis dalam pelaksanaan Pilkada hingga melakukan aneka pengrusakan dimana-mana karena ketidakpuasan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan penegakan hukum. [caption id="attachment_133569" align="alignnone" width="614" caption="Mas Pong, artis yang coret Gedung DPR,kini siap"][/caption] Ini merupakan indikasi kekesalan terhadap ketidaktegasan pemerintahan dalam memberantas korupsi, yang seolah menjadi tugas hakim dan jaksa semata. Padahal kedua elemen pemerintahan itu di bawah kendali kekuasaan puncak Eksekutif, yaitu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Rencananya, Senin (3/10) ribuan massa akan ngluruk ke Istana Merdeka dalam rangka mendukung sebuah upaya pemberantasan kemiskinan dan kebodohan di tanah air. Mereka mendesak pemerintah untuk serius menangani pemberantasan korupsi secepat mungkin. Karena selama tujuh tahun SBY memegang kekuasaan, tidak ada hasil signifikan dalam mengurangi tingkat korupsi di tanah air. Rencana di atas merupakan guliran aksi yang mendesak Presiden SBY turun , Rabu(28/9) di TIM, Jakarta Pusat karena dinilai sudah tidak pantas memerintah, dengan bukti tidak berhasil memberantas korupsi di dalam pemerintahan, bahkan di tubuh partai yang mendukung SBY, Partai Demokrat juga melakukan tindakan tercela yang dilakukan oleh Johni Allen, Nazaruddin dan lainnya. Seniman Parwan Parikesit yang turut menyemangati "pemakzulan" terhadap SBY saat diwawancarai media online dari Surabaya Hadir sebagai pembahas diskusi publik bertema "Mengapa Gerakan Massa Selalu Gagal" antara lain Sri Bintang Pamungkas, Hariman Siregar, Indro, Hatta Taliwang, Haris Motti, Parwan Parikesit. Mereka membahas bagaimana cara memakzulkan pemerintahan SBY dengan aksi demonstrasi. Sebagian pembicara di depan diskusi publik "Mengapa Aksi Massa Selalu Gagal?" Menurut Chris dari Petisi 50, bahwa kepercayaan rakyat yang diberikan kepada presiden terpilih dalam pemilu sekalipun bukanlah blanko kosong. Sehingga rakyat berhak menarik kembali kepercayaan yang diberikan meski dengan cara apapun, termasuk aksi demonstrasi sekalipun. Itu terlihat pada saat sejumlah tokoh ulama menyatakan SBY melakukan kebohongan publik di dalam berbagai hal, merupakan indikasi adanya koreksi terhadap pemerintahan. Ia berharap ada sejumlah upaya ahli hukum untuk melakukan tuntutan terhadap eksistensi presiden yang dinilainya sudah melenceng dari sumpah jabatannya. Beator Suryadi mengatakan, bahwa untuk melakukan aksi gerakan perlu logistik yang kuat selain konsolidasi semangat yang dipompakan. Ia menyatakan telah terjadi revolusi di daerah dengan adanya fenomena pembakaran kantor KPUD dimana-mana, namun di Jakarta meski terjadi pelanggaran miliaran bahkan triliunan rupiah, namun kemarahan rakyat tidak sehebat yang dilakukan oleh rakyat di daerah. Proses gerakan sangat perlu, sehingga jangan putus asa meski keberhasilan hanya kecil atau sedikit diperoleh. Eks Anggota DPR dari PAN,Hatta Taliwang sebagai moderator Diskusi Publik "Mengapa Aksi Massa Selalu Gagal" Rencana, Beator dengan massanya akan estafet jalan kaki dari Monas dan Bunderan HI menuju Istana Merdeka dalam rangka menggalang doa sehubungan Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober yang dirayakan mereka pada Senin 3 Oktober 2011. Doa yang bertemakan hapuskan korupsi dari muka bumi nusantara ini, dan sejahterakan rakyat dengan memberantas kemiskinan dan kebodohan adalah menjadi daya tarik tersendiri. ))))) diringkas menjadi http://adf.ly/3DQZ0
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H