[caption id="attachment_150361" align="aligncenter" width="240" caption="Pendonor darah "][/caption] "Maaf Zus, pelan-pelan nyuntikkan jarum donor darahnya ya?" "Kenapa, Pak?" Tanya petugas donor darah. "Bukan begitu, darahku adalah darah tawa. Nanti kalau terlalu kuat dan berlubang besar, ia akan muncrat ke lantai." Kataku enteng. [caption id="attachment_150362" align="aligncenter" width="320" caption="Suster muda dan manis penuh senyum membantu "][/caption] Kami tertawa berdua. Kulihat wajah ceria petugas donor darah yang terbilang muda ini menikmati pekerjaannya "menghisap" darah donatur paling lucu, Rabu (21/12) siang di PMI DKI Jakarta. Kemudian zuster Hana menjelaskan, bahwa suntikan sangat standar dan tidak menyakitkan. Ia menjelaskan seolah aku baru pertama kali berurusan dengan Palang Merah Indonesia. [caption id="attachment_150363" align="aligncenter" width="320" caption="Simpan struk lunch,vitamin, pin O"][/caption] Selama proses "pemindahan" darah dari tubuhku ke kantong plastik ukuran 350 cc kubawa aroma dalam ruangan dengan senda gurau dengan suster muda, yang juga melayani pendonor di sebelah kananku. [caption id="attachment_150364" align="aligncenter" width="240" caption="Nikmati yang terindah siang ini: mie rebus dan telor,susu coklat,dan vitamin serta air putih"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H