Mohon tunggu...
Sutan Pangeran
Sutan Pangeran Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bersahabat

WhatsApp 0817145093

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

YAPPIKA: “Ayo Bantu 5,3 Juta Ibu Indonesia Belajar Membaca”

22 April 2011   14:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:31 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap tanggal 21 April di tanah air selalu memperingati hari bersejarah bagi perempuan Indonesia, dimana pada tanggal itu dilahirkan RA Kartini yang kemudia dikenal sebagaipelopor kebangkitan pribumi dalam memberantas kebuta-aksaraan bagi perempuan dalam sebuah gerakan penting dalam keadilan dan kesetaraan terhadap pendidikan bagi perempuan dan laki-laki sebagai hak.

Ironisnya, hingga kini masih saja terdapat 8,3 juta penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami buta aksara, 64% atau sekitar 5,3 juta di antaranya adalah perempuan (Kemendiknas, 2010). Sedangkan di DKI Jakarta, terdapat 13 ribu lebih laki-laki buta huruf dan 24 ribu lebih perempuan buta huruf. (Diknas 2009).

Menurut Siska, Humas YAPPIKA, bertepatan dengan Peringatan Hari Kartini sekaligus Hari Buku Sedunia, YAPPIKA bersama Forum Indonesia Membaca hendak mengadakan dialog publik bertema “Pendidikan bagi Perempuan dan Refleksi Hari Kartini” untuk menegaskan kembali betapa isu buta huruf dikalangan perempuan, adalah kemendesakan yang harus segera diatasi. Seperti kita ketahui, sebagian besar dari perempuan yang buta huruf berasal dari keluarga miskin di kawasan pinggiran kota besar atau daerah terpencil. Mereka umumnya mengalami kesulitan dalam urusan administrasi dan rawan ditipu. Masalah ini menjadi sangat penting karena dengan ketidakmampuan ini, mereka banyak menemui kendala mengakses pelayanan publik, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, maupun administrasi kependudukan.

Sebagai respon terhadap masalah tersebut, YAPPIKA – organisasi yang bergiat mengkampanyekan isu pelayanan publik – berinisiatif mengembangkan program Keaksaraan Fungsional (KF) dengan nama. Program pembelajaran KF ini ditujukan bagi para ibu buta huruf di kawasan miskin kota di Jakarta Utara. Pembelajaran KF yang dilakukan, bukan sekedar baca-tulis-hitung, namun memuat substansi hak-hak dasar warga negara terkait pelayanan publik, seperti jaminan pelayanan kesehatan bagi warga miskin (GAKIN), Jamkesmas, Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), serta prosedur klaim terhadap pelayanan tersebut. Seluruh sumber pembiayaan program berasal dari donasi publik.

Program ini tidak hanya melandaskan pada kepedulian dan partisipasi publik dalam berdonasi, melainkan pula menerapkan skema volunterisme di kalangan anak muda (mahasiswa) dan warga lokal. Para tutor relawan (pendamping ibu belajar) tak lain adalah para relawan Yappika (mahasiswa Fak. Pendidikan, UNJ) yang mempunyai keahlian sebagai fasilitator pembelajaran KF dan relawan lokal (para ibu kader). Saat ini, telah satu tahun lebih program berjalan. Kami telah berhasil mendirikan 10 kelompok belajar di Kel. Marunda dan Kel. Sukapura, Jakarta Utara. Proses pembelajaran dilakukan dalam kelompok dan pertemuan tatap muka, 2 kali dalam seminggu, tiap kelompok terdiri dari 10-15 warga ibu belajar, selama 6 bulan berturut-turut. Untuk itulahYAPPIKA mengadakan sebuah dialog publikdengan tema:

PENDIDIKAN BAGI PEREMPUAN DAN REFLEKSI HARI KARTINI

Museum Bank Mandiri, Jakarta

Minggu, 24 April 2011, Pukul 10.00-12.00

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun