[caption id="attachment_76325" align="alignnone" width="167" caption="Fashion Style, google.com"][/caption] Kalau kita ibaratkan, gaya tulisan adalah gaya berpakaian, maka akan kelihatanlah, mana orang yang mempunyai karakter desa, kecamatan, kabupaten, atau propinsi dan metropolis. Tapi, gaya tulisan melintasi penampilan fisik semata. Dan cara mengukur seseorang dari gaya tulisannya adalah demi mengetahui data awal siapa sebenarnya orang yang kita hadapi. Gaya tulisan anak-anak akan beda dengan gaya tulisan remaja, dan seterusnya. Gaya tulisan yang pernah dimuat dalam serial terdahuluh [ttp://filsafat.kompasiana.com/2010/11/16/gaya-penulisan-kompasianers/ ], maka kami tuntaskan kali ini dan menyatakan bahwa tulisan ini sudah diqatamkan dalam 12 zodiak gaya primata. Begini kelanjutan gaya penulis tersebut: [caption id="attachment_76288" align="alignnone" width="238" caption="Gaya 5: gaya penulisan ini laksana rombongan rapat besar atau pedagang whoseller "]
[/caption] Gaya 5: Gaya tulisan ini adalah menargetkan sebesar-besarnya keuntungan dengan sekecil-kecilnya modal. Gaya tulisan ini membuat segalanya jadi praktis. Buktinya, gerobak sawit bisa menjadi kendaraan massal bagi gaya penulisan seperti ini. [caption id="attachment_76292" align="alignnone" width="240" caption="Gaya 6: penulisan yang malas dalam menulis dalam kata lengkap,google.com"]
[/caption] Gaya6: Penulis dengan gaya ini berkarakter melanda penulis-penulis muda dengan tulisan disingkat-singkat seolah orang lain mengerti. Misalnya, ditulis "mslnya"; dengan, ditulis "dgn"; karena, ditulis "krn";dsb. Mereka ini tidak paham, bahwa bila malas menulis akan menderita rematik apabila sudah tua karena malas "berolah-raga" jemari tangannya di tuts komputer. [caption id="attachment_76318" align="alignnone" width="224" caption="gaya 7: tulisan mengikuti perkembangan kondisional, google.com"]
[/caption] Gaya 7: Gaya penulisan flexible dengan membuka jaringan luas dalam dan luar negeri. Penulis dengan gaya ini tidak ada matinya dimanapun ia berada. Satu hari tidak menyentuh alat-alat yang berhubungan dengan IT akan membuatnya laksana di hutan belantara tanpa sinyal. [caption id="attachment_76319" align="alignnone" width="264" caption="gaya 8: Gaya mengamati hingga amandel"]
[/caption] Gaya 8: Gaya mendekati pembaca dengan baik dan seksama. Penulis dengan gaya ini mengamati kebutuhan orang lain dengan seksama. Ia menjadi penulis yang menginginkan sesuatu pada tempatnya. Kalau dia dengar dari nara sumber kriteria seseorang adalah A, maka ia akan menulis A tanpa rasa kuatir apakah yang disampaikan itu akan melabrak SARA atau tidak. Bagi penulis sekelas ini SARA bukan harus dihindari, melainkan dikelola dengan baik sebagai bahan dialektika semata. [caption id="attachment_76321" align="alignnone" width="246" caption="Gaya 9: gaya komunal"]
[/caption] Gaya 9: kekuatan komunal merupakan tipe tulisan yang mewarnai penulis dengan gaya seperti ini. Ini akan terlihat saat mereka bercengkrama dalam tematik tertentu, pasti seru. Gaya penulisan ini akan memunculkan kecerian komunal yang asal rame, mangan ora mangan asal kumpul. [caption id="attachment_76322" align="alignnone" width="148" caption="Gaya 10: gaya heteroseksual"]
[/caption] Gaya 10: Gaya heteroseksual yang ikuti modernisasi jaman. Lihatlah penampilannya, ia merasa kurang keren bila tidak membuat penampilan tidak menarik. padahal tanpa aksesoris dengan membuat grafiti di wajah tidak akan mengurangi kegagahannya. Namun, karena minder ia berusaha tampil beda dengan merusak wajahnya. Demikian pula gaya tulisan ini akan selalu terlihat punky dan selalu easy going seakan dunia tidak akan pernah berhenti berputar. [caption id="attachment_76323" align="alignnone" width="259" caption="Gaya 11: Gaya mumet"]
[/caption] Gaya 11: Gaya mumet, hanya dimilki oleh Mimin Mumet. Tulisannya enak dibaca, garing dan spontan seperti tanpa beban. Kepolosan gaya tulisan ini mencerminkan diri yang tidak mumet sebenarnya, tapi dia perlihatkan seolah-olah mumet dengan tampilannya saja. Begitu keluar tulisannya: PLONG, pembaca akan merasa segar! [caption id="attachment_76324" align="alignnone" width="210" caption="Gaya 12: Gaya gaul ala Barat"]
[/caption] Gaya 12: Wah, gaya yang satu ini agak gaul Barat, penuh dengan bahasa asing yang kadang tidak diterjemahkan sehingga orang lain terpaksa agak lama menerjemahkannya. he he he
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Pendidikan Selengkapnya