Mohon tunggu...
Sutan Pangeran
Sutan Pangeran Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bersahabat

WhatsApp 0817145093

Selanjutnya

Tutup

Puisi

SP: Marzuki, Bilo La Ang ka Cadiak?

29 Oktober 2010   15:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:59 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12897201001517060702

[caption id="attachment_75177" align="alignnone" width="148" caption="Marzuki Alie mesem ala google.com"][/caption]

Senyum lebar Ketua DPR-RI Marzuki menyeringai menyambut SP dan tamu-tamu lain saat Open House Idul Fitri 1 Syawal 1431 H (10 September 2010) di rumah dinas kediaman Ketua DPR-RI. Terlihat gigi putihnya, clink! Itulah Marzuki Alie, mantan direksi di salah satu BUMN yang menyisakan kontroversi sehingga masuk dalam jajaran elit politik setelah bergabung dengan Partai Demokrati. Wong kito galo yang satu ini menyambut tamu dengan menyumbangkan lagu dengan diiringi orgen tunggal. Bersama sang istri seakan menunjukkan keluarga bahagia….sama-sama pandai menyanyi…. Ya, Marzuki memang nampak bahagia hari ini, karena ia takut tinggal di tepi pantai di Kepulauan Mentawai.

Untuk itulah, karena trumatik masa silam yang hidup dalam kesusahan keluarga nelayan sehingga ia berani mengeluarkan pernyataan sinis terkait musibah tsunami di Mentawai. Ruhut Sitompul yang biasa mengeluarkan pernyataan controversial [ref.Ruhut Vs Gayus Lumbun)  sempat jengkel  mengetahui  pernyataan Marzuki Alie seputar bencana tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Di Jakarta, Rabu (27/10) lalu Marzuki mengatakan bahwa bencana tsunami di Mentawai adalah konsekuensi warga yang hidup di pantai. Menurut politisi Partai Demokrat ini, seharusnya warga yang takut ombak jangan tinggal di pantai, karena bila terjadi tsunami akan membuat proses evakuasi menjadi sulit. Marzuki tegaskan, siapa pun yang takut kena ombak jangan tinggal di pinggir pantai, karena menurutnya meski  penduduk tinggal di Mentawai ada peringatan dini namun  dua jam sebelumnya haruslah bersiap-siap. Tentu ini akan mengalami kesulitan waktu meninggalkan pulau. Karena itu , Marzuki menyarankan agar warga Mentawai dipindahkan saja demi menghindari bencana serupa terulang kembali di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Dengan enteng, Marzuki kepada kawan-kawan Jurnalis, "Kalau tahu berisiko pindah sajalah." Seakan mempunyai garansi, Marzuki pun mengatakan, "Kalau rentan dengan tsunami dicarikanlah tempat yang cocok, toh masih banyak kok di daratan.”

Ruhut di Jakarta, Kamis (28/10) berjanji, statement sinis Marzuki Alie  yang ditujukan kepada masyarakat  di pesisir Kepulauan Mentawai akan ia bawa untuk dibahas dalam forum rapat DPP PD untuk mempermasalahkan statement Marzuki yang selama ini sering merugikan PD. Ruhut menilai Marzuki telah meremehkan bencana tsunami di Mentawai  yang terjadi Selasa 26 Oktober 2010 dengan menyatakan bahwa musibah tersebut adalah konsekuensi warga yang hidup di pulau. Hanya Ketum Partai Demokrat Anas Urbaningrum yang seakan “melindungi” Marzuki dari serangan berbagai kalangan dengan pesannya yang mengatakan agar statemen Marzuki jangan dipotilisir. Apa yang dikatakan Marzuki sebenarnya sebuah kebenaran semata. Tentu dalam keadaan normal. Bukan di tengah musibah bencana. Bila kita ingat pepatah lama, “siapa pun yang takut kena ombak jangan tinggal di pinggir pantai”-- merupakan nasehat kuno yang berarti tanggung resiko dengan perbuatan sendiri. Namun, apakah pantas ia katakan di tengah suasana duka dirasakan bagi sebagian besar penduduk Kabupaten Mentawai? Nasehat kuno yang dilontarkan Marzuki hanya elok sebelum kejadi menimpa. Ia hendaknya bicara bagaiman mitigasi bencana yang tepat saat ini, bukan lagi menyesali apa yang telah terjadi. Marzuki, Marzuki, bilo la hang ka cadiak? Ternyata penampilan ramah dan penuh tawa kadang tidak dibarengi memiliki kesantunan bahasa lisan maupun tulisan. SP mengulang gelengan dan mengucapkan tanya pabilo Zuki ka cadiak? Marzuki menciptakan musuhnya sendiri…..

***

Ket:SP: Marzuki, bilo la ang ka cadiak? *)

(Marzuki, kapan dikau (mau) bijaksana?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun