Kasus suap yang melibatkan Hakim di PN Medan ikut menyeret nama Gubernur Sumatera Utara, Gatot Pujo Nugroho. Seperti yang diberitakan media massa nasional, ruangan Gubsu ikut digeledah KPK disusul perintah pencekalan terhadap Gubernur pengurus DPP PKS ini, termasuk dengan seorang wanita "misterius" bernama Evy Susanti. Bagi pemirsa nasional wanita ini tentu misterius, tapi tidak bagi warga kota Medan, tempat Gubernur Sumut berkantor dan berkediaman. Beberapa media massa lokal seperti Waspada juga jelas-jelas mengatakan "Istri Muda Gatot Juga dicekal KPK" (Waspada, 13 Juli 2015). Jelasnya istri muda Gubsu ini ukan lagi menjadi rahasia di kota Medan, walaupun Gatot tidak pernah mengakuinya ketika ditanya media.
Gatot selama ini beruntung, dia tidak berseberangan dengan pihak yang nyinyir, justru mereka ini, kader-kader PKS adalah laskarnya. Beristri muda adalah hak dia, tapi sebagai pejabat publik dia seharusnya memiliki etika. Apalagi dalam melaksanakan tugasnya dia bisa dikatakan gatot alias gagal total; pengungsi Sinabung terkatung-katung, krisis listrik di Sumut menjadi salah satu yang terparah di Indonesia, pariwisata Danau Toba tidak bergerak. Tidak ada kemajuan selama dia menjadi orang nomor satu di Sumut. Yang dilakukannya hanyalah menambah istri seorang gadis muda dari Bandung.
Begitulah, sudah menjadi rahasia umum tapi tidak ada orang di Medan yang nyinyir dengan kelakuannya tersebut walaupun dia seharusnya bertanggungjawab atas kemajuan Sumut.
Beda dengan kader-kader PKS, termasuk yang berada di SUmut, seluruh Indonesia tau betapa nyinyirnya mereka terhadapa Presiden RI Jokowi. Tidak terbatas pada kebijakan sebagai Presiden, tapi sampai ke ranah pribadi dan keluarga. Pernikahan anak pertama Jokowi beberapa waktu lalu menjadi bulan-bulanan kader-kader PKS ini dengan berhembusnya fitnah bahwa kedua mempelai menikah secara berbeda agama. Masya Allah. Sampai-sampai mereka menelusuri buku nikah dan bukti-bukti mualafnya menantu Jokowi.
Kader-kader PKS ini tepat sekali seperti dikatakan pepatah "semut di seberang lautan dicari-cari, gajah di pelupuk mata tidak dihiraukan." Apa mereka tidak sadar bahwa istri muda pimpinan mereka, Anis Matta, adalah seorang muallaf juga?
Begitu pula yang terjadi dengan Gatot ini. Mereka (kader-kader PKS khususnya di Sumut) begitu getol mencaci-maki Jokowi, merendahkannya, tapi lupa bhawa di depan mata mereka ada seorang Gatot yang gagal total, yang menggunakan jabatan untuk kesenangan pribadi menambah istri.
Orang-orang Sumut - minus kader-kader PKS - bukanlah orang nyinyir. Mereka tidak pernah menyebarkan kemana-mana dan menghina-hina Gatot walaupun bekerja tidak becus hanya bisa menambah istri. Namun, dengan mencuatnya kasus suap PTUN Medan dan ke tingkat nasional ini membuka mata khalayak di seluruh Indonesia perilaku dan kinerja Gatot pimpinan PKS ini, mungkin sebagai balasan Allah atas fitnah dan caci-maki terhadap Presiden RI.
Sebagaimana kata AA Gym, "Sesungguhnya kita dianggap orang mulia bukan karena kita memang mulia, tapi karena Allah berkehendak menutupi aib kita". Nampaknya, dibukanya mata rakyat Indonesia terhadap kinerja dan perilaku Gatot sekaligus perilaku PKS adalah balasan Allah atas kebiasaan mereka untuk mencari-cari aib orang lain. Allahu A'lam bisshawab.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H