Mohon tunggu...
Sutan Banuara
Sutan Banuara Mohon Tunggu... -

Pemerhati Publik

Selanjutnya

Tutup

Politik

BOUNDED RATIONALITY DALAM KAMPANYE PILPRES

27 Mei 2014   20:01 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:03 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh menyedihkan kalau seseorang menyatakan jangan menggunakan alasan Ketuhanan untuk menyatakan sesuatu, karena hanya dengan memahami Tuhan kita mengenal kebenaran yang sejati.  Seluruh aspek kehidupan dalam berpikir, bertutur dan berperilaku kita tidak boleh lepas dari alasan Ketuhanan karena itulah ibadah yang sejati, bukan hanya pada saat kita melakukan ritual ibadah setiap hari.

Banyak orang menganggap dirinya paling benar dengan penafsirannya masing-masing. Ditangan manusia kebenaran menjadi banyak versinya, kebenaran yang kita yakini belum tentu benar menurut penafsiran orang lain. Kebenaran manusia menjadi relatif karena 'bounded rationality' yang dimiliki mengakibatkan ketidaksempurnaan dalam menilai, tapi sang pelaku menganggap ia paling benar.

Kebenaran Tuhan adalah kebenaran absolut karena Ia sempurna, Ia mengetahui segalanya 'unbounded rationality' sehingga kebenaranNya melingkupi semua aspek yang tidak terpikirkan oleh manusia.  Jadi kalau ada manusia yang merasa paling benar atau selalu benar, cepatlah meminta ampun kepada Tuhan, sebelum Ia menganggap dirimu sombong karena mengklaim kemampuan yang hanya dimiliki Tuhan.

Kata Negative Campaign yang menyerang kelemahan dan kekurangan pihak lawan dan Black Campaign yang menyebarkan fitnah atau berita bohong tentang pihak lawan sangat populer akhir-akhir ini.

Ibarat koin mata uang, manusia menjadi bernilai ketika ia memiliki dua sisi yaitu kelemahan dan kekuatan, ketika ia memiliki kekurangan dan kelebihan sehingga ia membutuhkan orang lain, hidup setara dalam kebersamaan. Kelebihan kita menutupi kekurangan orang lain dan kekuatan orang lain melengkapi kelemahan kita. Sama halnya dengan setiap anggota tubuh manusia yang memiliki kekurangan dan kelebihan, kelemahan dan kekuatan karena memang diciptakan dengan tugas dan fungsi yang berbeda namun saling melengkapi. Begitupula manusia memiliki banyak hal yang berbeda karena diciptakan dengan tujuan berbeda namun untuk saling melengkapi.

Kesimpulannya adalah kita harus lebih fokus pada kekuatan dan kelebihan masing-masing Capres dan Cawapres yang lebih efektif dan dominan digunakan dalam konteks pembangunan Indonesia saat ini ke depan. Kekurangan dan kelemahannya harus ditutup oleh layer berikutnya yaitu para pembantu presiden alias para menteri. Dalam hal ini wacana mengumumkan Susunan Kabinet masing-masing pasangan Capres dan Cawapres sebelum tanggal 9 Juli 2014 alias sebelum pilpres menarik untuk dilakukan selain melihat peta kekuatan pengelolaan negara juga, untuk melihat apakah politik dagang sapi masih terjadi. Apakah klaim salah satu kubu Cawapres yang menyatakan koalisi tanpa syarat benar-benar terbukti. Ini akan memperluas rasionalitas rakyat dalam menentukan pilihannya.

Namun baik pemberitaan maupun diskusi dimedia cetak dan elektronik lebih mendominasi dan seru membahas Negative Campaign dan Black Campaign tanpa memikirkan dampak yang lebih besar terhadap pembentukan mental rakyat yang justru merupakan pemegang kekuasaan utama dalam demokrasi.

Salah satu penyebabnya bisa diakibatkan Rationalitas terbatas yang dimiliki para pendukung masing-masing pasangan capres dan cawapres membuat mereka merasa benar dan halal untuk melakukan black campaign. Mereka meninggalkan prinsip-prinsip kebenaran yang ingin dimiliki tetapi tidak dilakukan. Inilah realita integritas rakyat Indonesia saat ini.

Bagaimana dengan sikap calon pemimpin Indonesia? Para pemimpin dari kedua kubu sudah menyatakan dengan tegas untuk menghentikan Negative Campaign dan Black Campaign untuk lebih fokus kepada adu Visi dan Program yang lebih bermanfaat untuk membangun bangsa ke depan.

Namun sampai detik ini NCBC masih terus berjalan. Pertanyaan berikutnya: Apakah integritas pemimpin yang harus dipertanyakan karena antara apa yang dikatakan dipublik dengan arahan kepada tim sukses berbeda? Kalau pelaku NCBC adalah timses Capres dan Cawapres atau pasukan nasi bungkus atau nasi kotak sekalipun.

Atau rakyat kita yang tidak bisa diatur oleh para pemimpin karena punya pemikiran, penafsiran, keinginan dan standar nilai kebenaran masing-masing? Atau ikut terseret sebagai akibat NCBC yang dilakukan oleh timses para Capres dan Cawapres. Kalau pelaku NCBC adalah rakyat sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun