Pelataran itu setidaknya pernah di tembok. Mungkin tersisa sekitar dua meter persegi. Aura Ulang tahun kemerdekaan masih terasa di gang Kp. Baros Cipelang. Di setiap rumah masih terpasang bendera merah putih dengan berbagai ukurannya.
Diujung berkumpul anak-anak dengan keriuhan celotehnya. Mereka seolah tidak peduli dengan Kakak-kakaknya yang memandu acara.
Selesai pembukaan singkat dari Sarah sebagai Ketua Pelaksana. Acara pertama yaitu perlombaan baca cerpen perempuan. Untuk perempuan Cerpen yang dibacakan "Indung Tunggul Rahayu" karya Tisnawati Simowibowo. Sedangkan untuk laki-laki, cerpen Karya Denny Widya .
"Agak Laen emang. Acara Agustusan kali ini kami mengusung literasi. Semoga menjadi pilihan lain ditengah banyak kritik perlombaan Agustusan yang katanya warisan Penjajah dan beraroma seksis" Jawab Ferryansyah Ketua Pejuang Waktu.
Lebih dalam Yayas, Panggilan untuk Siti Sarah Nur Padilah. Ketua Pelaksana sekaligus pendamping komunitas "Semangat Belajar Cipelang" menyatakan. " Anak-anak kan belajar membaca setiap pertemuan, nah perlombaan ini untuk mengapresiasi mereka".
"Mengarusutamakan literasi sebenarnya sederhana, berikan warna pada kegiatan yang sudah ada. Mahal kalau harus selalu membuat hal baru. Banyak kegiatan lomba yang rutin tetap menjadi tradisi HUT RI. Namun patut diacungi jempol ternyata ada lomba berkaitan dengan Literasi, yaitu Lomba Membaca Cerpen dari naskah buku Ibu Bumi serta Lomba Membaca Puisi Kemerdekaan. Semoga terus digaungkan dikenalkan pembiasaan berliterasi sejak dini.” Tutur Lydia Arumi dari Komunitas Penulis 51.
Di balik kemeriahan perlombaan Agustusan, yang sesungguhnya lebih bernilai adalah proses panjang menuju hari kemerdekaan itu sendiri. Perlombaan hanyalah puncak dari sebuah gunung es. Di bawahnya, terdapat fondasi yang kokoh berupa kegiatan literasi yang dilakukan secara konsisten. Dengan kata lain, bukan perlombaan Agustusan yang perlu diperdebatkan, melainkan sejauh mana kita telah mempersiapkan generasi muda untuk menjadi warga negara yang cerdas melalui literasi. Kegiatan literasi pra-Agustusan inilah yang seharusnya menjadi fokus utama, dilaksanakan dengan perencanaan yang matang dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
Langkah-langkah penguatan Literasi yang harus dilakukan"Dalam komunitas 'Semangat Belajar Cipelang', upaya penguatan literasi dilakukan secara bertahap dan terstruktur. Selain kegiatan membaca bersama, terdapat pula:
Diskusi buku: Anak-anak diajak untuk berdiskusi tentang isi buku yang telah mereka baca. Hal ini melatih kemampuan berpikir kritis dan menganalisis.
Menulis cerita pendek: Anak-anak didorong untuk menuangkan ide-ide kreatif mereka dalam bentuk tulisan. Kegiatan ini tidak hanya melatih kemampuan menulis, tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri.
Membuat karya seni: Ilustrasi cerita, pembuatan komik, atau puisi dapat menjadi media yang menarik untuk mengeksplorasi literasi.
Mengundang penulis tamu: Mengundang penulis atau tokoh inspiratif lainnya dapat menjadi motivasi tambahan bagi anak-anak untuk terus belajar dan berkarya.
Kegiatan-kegiatan ini dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan menantang, sehingga anak-anak tidak merasa bosan dan termotivasi untuk terus belajar.Literasi adalah kunci untuk membuka pintu pengetahuan dan meraih masa depan yang lebih cerah. Dengan memberikan perhatian yang lebih besar pada kegiatan literasi pra-Agustusan, kita tidak hanya merayakan kemerdekaan, tetapi juga menanamkan benih-benih kecerdasan pada generasi muda. Mari bersama-sama menjadikan literasi sebagai bagian integral dari kehidupan kita sehari-hari. Ingatlah, sebuah bangsa yang cerdas adalah bangsa yang kuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H