Mohon tunggu...
HG Sutan Adil
HG Sutan Adil Mohon Tunggu... Sejarawan - Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute

Pemerhati dan Penulis Sejarah, Ekonomi, Sosial, Politik. Telah menulis dua buku sejarah populer berjudul Kedatuan Srivijaya Bukan Kerajaan Sriwijaya dan PERANG BENTENG, Perang Maritim Terbesar Abad 17 dan 19 di Palembang. (Kontak 08159376987)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perang Benteng, Perang Maritim Terbesar Abad 17 dan 19 di Palembang (Bagian Ketiga/Habis)

7 Oktober 2024   07:15 Diperbarui: 7 Oktober 2024   07:29 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan Benteng Tambak Bayo atau Bamagangain // Sumber : Sutanadil Adil Institute

Cerita sejarah ini juga tercatat dalam naskah kuno “Hikayat Palembang”

Ceirta lengkapnya dapat dibaca di Link berikut : https://www.kompasiana.com/sutanadilinstitute9042/653f2e14ee794a4cbd7c3ef2/benteng-ujung-tanjung-muara-rawas-benteng-kedua-kesultanan-palembang-darussalam-di-musi-banyuasin

    13.  Benteng Kurungan Nyawa

Kembali berdasarkan naskah catatan kuno Hikayat Palembang (Cod.Or.2276C) dan Buku “Perang Benteng, Perang Maritim Terbesar Abad 17 dan 19 Di Palembang”, karya HG SutanAdil, menyebutkan bahwa setelah banyak membuat Benteng Pertahan di Wilayah Kota Palembang dan Sekitarnya, Sultan Mahmud Badaruddin II juga membangun beberapa Benteng Pertahanan di wilayah Uluan, termasuk salah satunya di Ulu Sungai Komering untuk menahan laju milirnya serangan dari wilayah selatan atau Lampung.

Di Benteng Pertahanan Kesultanan Palembang Darussalam inilah sering sekali terjadi serangan Belanda dari wilayah Lampung dan umumnya dapat dikalahkan oleh Prajurit Benteng Kurungan Nyawo yang juga dibantu penduduk lokal disini. Berdasarkan pengamatan penulis saat berkunjung ke wilayah ini, terlihat memang banyak sekali kuburan tua pribumi dan orang asing disana.

Menurut keterangan Bp. Aris, salah seorang penduduk di wilayah ini, menuturkan bahwa di Lahan Kebun mereka di seberang sungai, memang ada tanda2 adanya sebuah Benteng Pertahanan berbentuk Pagar Tanah dan beberapa kuburan keramat disana. Beliau menuturkan juga bahwa wilayah tersebut dahulunya sebelum adanya Kolonialis, juga menjadi tempat perang antar penduduk dari wilayah Lampung yang ingin merebut wilayah mereka.

Selengkapnya dapat dibaca di Ling berikut : https://www.kompasiana.com/sutanadilinstitute9042/6544b4cfedff7661d1084d23/benteng-kurungan-nyawo-benteng-pertahanan-kesultanan-palembang-darussalam-di-oku-timur

Sebaran Lokasi Benteng Pertahanan yang tercatat dalam Perang Benteng // Sumber : Sutanadil Institute
Sebaran Lokasi Benteng Pertahanan yang tercatat dalam Perang Benteng // Sumber : Sutanadil Institute

Dari beberapa Benteng Pertahanan yang di sebut dalam Peta diatas, sangat disayangkan bahwa hanya Benteng Kuto Besak (Nomor 9) dan Benteng Kuto Lamo (Nomor 10) yang meninggalkan jejaknya karna memang terbuat dari Batu dan Beton yang kuat.

Selain daripada dua Benteng Pertahanan diatas, semua dari 11 benteng pertahanan lainnya tidak ada jejaknya lagi hingga sekarang ini, karena memang semuanya diperkirakan terbuat dari Batang Kayu, Bambu dan Bahan alamiah lainnya yang habis termakan usia. Hal ini terungkap sebagaimana apa yang diceritakan oleh Major William Thorn, seorang perwira militer Inggris yang ikut serta dalam penyerangan ke Palembang tahun 1812 dan ditulis dan gambarkan dalam bukunya yang berjudul “The Conquest of Java”,  Halaman 159.

Untuk itu diperlukan adanya upaya nyata dari stake holder terkait di Palembang untuk mulai meneliti dan me-revitalisasi keberadaan Benteng-benteng Pertahahan yang telah diungkap diatas. Keberadaan Benteng-benteng tersebut diatas sudah mendesak untuk dilakukan inventarisir ulang atas keberadaannya.

Buku
Buku "Perang Benteng, Perang Maritim Terbesar Abad 17 dan 19 di Palembang" Karya HG Sutan Adil // Sumber : Sutanadil Institute

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun