Di Pulau Kemaro ini tercatat ada 2 Benteng di daratan dan 1 Benteng Rakit atau Benteng Terapung. Benteng Pulau Kembara tercatat dalam Perang Benteng Pertama yang bersumber dari Sketsa Komander John Vander Laen dan Buku Johan Nieuhof serta Naskah Kuno Hikayat Palembang. Sedangkan Benteng Manguntama banyak diulas di Naskah Kuno Hikayat Palembang yang pada saat Perang Benteng Kelima dipimpin oleh Pangeran Keramadilaga dibantu oleh para menteri.
Benteng Manguntama adalah Benteng pertahan yang baru dibuat saat terjadi Perang Benteng Kelima dimana posisinya berada disisi Timur dari Pulau Kemaro dan pimpin oleh Pangeran Wirasentika.
7. Benteng Terapung atau Benteng Rakit
Benteng ini merupakan Benteng Pertahanan yang dibuat agak menjorok ke Sungai Musi dari Pulau Kemaro yang merupakan Benteng pantau untuk mengetahui musuh yang masuk ke Kota Palembang. keberadaan Benteng ini tercatat oleh Sketsa Laksamana Vander Laen dan Buku Johan Nieuhof serta Nasakah kuno Hikayat Palembang.
Benteng ini saat Kondisi Perang di bantu oleh Perahu-perahu perang yang didudukkan Maeriam ringan dan Meriam Lela didalamnya yang sandar kedua disisinya. Dalam Naskah Kuno Hikayat Palembang, Benteng ini dipimpin oleh Pangeran Ratu dari Jambi dan Pasukannya.
8. Benteng Bamagangan
Benteng ini hanya tercatat saat terjadi Perang Benteng Pertama, yaitu didasari oleh Sketsa yang dibuat oleh Laksamana Vander Laen dan buku Johan Nieuhof. Benteng ini saat terjadi Perang Benteng Ketiga, Keempat dan kelima berubah nama menjadi Benteng Tambak Bayo yang posisisnya di sudut sebelah timur dari muara Sungai Ogan yang bertemu dengan Sungai Musi. Lokasi ini sekarang sudah menjadi Komplek Penyulingan Miyak P. Pertamina.
9. Benteng Kuto Besak atau Keraton Kuto Besak
Benteng Kuto Besak (BKB) ini adalah satu2nya Benteng Peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam yang masih tersisa dan masih ada. Hali ini dikarena bentuk bangunan benteng yang terbuat dari batu dan semen yang mengeliliginya ini masih terjaga dengan baik. Namun bangunan didalamnya yang dahulunya merupakan komplek Keraton Kesultanan Palembang Darussalam dihancurkan oleh Kolonialis Belanda dan diganti sebagai Benteng Pertahanan mereka dengan bangunan baru sebagaimana terlihat sekarang ini.
Catatan mengenai sejarah Komplek Keraton Kesultanan Palembang Darussalam yang dihancurkan oleh Kolonialis Belanda ini dapat dilihat di Buku Major William Thorn dalam bukunya “The Conquest of Java”. Seorang Perwira Eat India Company (EIC) Inggris.
Catatan sejarah mengenai pengalihan fungsi Keraton Kesultanan Palembang Darussalam menjadi Benteng Pertahanan ini juga banyak di ungkap dalam naskah kuno “Hikayat Palembang”.