Pada tanggal 8 Mei 1821, Ekspedisi Belanda ke Palembang sudah dimulai dengan parade pelepasan oleh Gubernur Jenderal Belanda di Nusantara, Van Der Capellen dengan upacara kebesaran militer.
Pada tanggal 9 Mei 1821, Ekspedisi penyerangan yang dipimpin langsung oleh Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda Jenderal Mayor Hendrik Markus Baron De Kock dan Kepala Staf Angkatan laut Letnan Kolonel Bakker, serta perwira menengah lainnya berangkat dari Batavia. Fregat Van Der Werff menjadi Kapal Komando yang ditumpangi oleh de Kock dan 314 serdadu Eropa, dipersenjatai dengan 28 pucuk Meriam caliber 18 pond, 22 pucuk carronade 24 pond dan 2 Meriam dari 8 pond. Selanjutnya cerita rinci tentang Perang Benteng kelima ini dapat di baca di Buku “PERANG BENTENG, Perang Maritim Terbesar Abad 17 dan 19 di Palembang” karya HG Sutan Adil.
Diakhir Perang Benteng Kelima inilah SMB II berhasil digulingkan dan selanjuntya diasingkan ke Ternate. Sedangkan Sultan Ahamad Najamuddin Prabu Anom atau SAN IV didudukkan sebagai Sultan di Kesultanan Palembang Darussalam dan Orang Tuanya, SAN II diangkat menjadi Suhunan, yaitu Suhunan Ahmad Najamuddin.
Kelimakali ulasan tentang Perang Benteng diatas adalah kesimpulan dari hasil penelitian HG Sutan Adil dari Sutanadil Institute sejak tahun 2019 lalu dan sudah dibukukan dengan judul “Perang Benteng, Perang Maritim Terbesar Abad 17 dan 19 di Palembang” pertamakali tahun 2022 M.
Memang sangat disayangkan, adanya sejarah besar Perang Maritim yang besar di Palembang sebagaimana tersebut diatas, selama ini tidak terpublikasi dan tidak menjadi memori kolektif di masyarakat sebagaimana mestinya sebagai sebuah perjuangan anak bangsa yang heroik dan yang harusnya bisa menjadi tauladan untuk pembentukan karakter bangsa. Untuk itulah diperlukan banyak peneliti dan penulis sejarah agar Bangsa ini dan khsusnya stake holder terkait di Palembang bisa menyadari dan memahami sejarah besar anak bangsa nya di Palembang.
Sumber :
Buku “Perang Benteng, Perang Maritim Terbesar Abad 17 dan 19 di Palembang” oleh HG Sutanadil
*) Penulis adalah Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute
Bogor, 04 Oktober 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H