Mohon tunggu...
HG Sutan Adil
HG Sutan Adil Mohon Tunggu... Sejarawan - Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute

Pemerhati dan Penulis Sejarah, Ekonomi, Sosial, Politik. Telah menulis dua buku sejarah populer berjudul Kedatuan Srivijaya Bukan Kerajaan Sriwijaya dan PERANG BENTENG, Perang Maritim Terbesar Abad 17 dan 19 di Palembang. (Kontak 08159376987)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perang Benteng, Perang Maritim Terbesar Abad 17 dan 19 di Palembang (Bagian Kedua)

4 Oktober 2024   08:00 Diperbarui: 4 Oktober 2024   08:11 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Perang Benteng Kelima di Palembang // Sumber : Sutanadil Institute

Dengan strategi mengandalkan benteng-benteng pertahanan di Pulau Kemaro dan Sekitarnya, maka Armada laut Kerajaan Belanda ini kembali mengalami kegagalan, dan kembali ke Batavia dengan kekalahan yang memalukan. 

   5.  Perang Benteng V (Kelima)

Pengalaman pahit atas kegagalan pada Perang Benteng Ketiga dan Keempat atau duakali percobaan menguasai Palembang diatas, mendorong pihak Belanda untuk tidak lagi menganggap enteng Pertahanan Palembang dan selajutnya mengevaluasi secara detail segala kekuatan dan mencari kelemahan di pihak Palembang selama perang itu. Kekalahan tersebut juga membuat geram petinggi-petinggi di Batavia dan akhirnya Wolterbeck diturunkan dari jabatan panglima perang di Palembang.

Bagi pihak Kerajaan Belanda, Palembang ini sudah dianggap “to be or not to be” yang artinya mau hidup terus atau mati sekalian, dan untuk itu dengan segala daya dan kemampuan yang ada, Sultan Mahmud Badaruddin II atau SMB II harus dilenyapkan dari Bumi Palembang. Segalanya upaya dipertaruhkan oleh Kerajaan Belanda untuk menghadapinya dan persiapan harus betul betul sempurna dan matang dengan segala cara, agar pengalaman pahit dalam dua kali peperangan terdahulu tidak terulang kembali.

Ilustrasi Perang Benteng Kelima di Palembang // Sumber : Sutanadil Institute
Ilustrasi Perang Benteng Kelima di Palembang // Sumber : Sutanadil Institute

Saat itu adalah kesempatan baik bagi Kerajaan Belanda, karena tidak adanya pergolakan yang berarti lagi di Nusantara, sehingga konsentrasi pikiran dan tenaga mereka dapat dipusatkan pada masalah Penggulingan kekuasaan SMB II di Palembang. Untuk peperangan kali ini, Kerajaan Belanda mempersiapkan secara besar-besaran keperluan perangnya di Palembang. Persiapan perang ini dilakukan selama 2 tahun, dari tahun 1820 M sampai 1821 M.

Untuk memperkuat armada tempurnya, Kerajaan Belanda memesan kapal-kapal langsung dari Amsterdam, seperti; Kapal khusus pencabut tiang/cerucup (Kliericher) untuk menerobos pagar Sungai Musi. Juga dipersiapkan armada kapal perang kelas Sedang dan Kecil, perahu2 meriam, perahu2 pendarat pasukan juga yang menengah dan kecil, yang total nya berjumlah 39 kapal. Belanda juga membawa 414 pucuk meriam berat, sedang dan kecil. Selain itu, Belanda juga mendatangkan pasukan Eropa yang merupakan veteran pada masa perang Napoleon sebanyak 2.785 orang dan 1.474 orang dari pasukan lokal disamping mempersiap kekuatan berkali lipat dari serang pertama dan kedua di tahun 1819 M.

Sketsa Perang Benteng Kelima dan Pengasingan SMB II dan Keluarga ke Ternate
Sketsa Perang Benteng Kelima dan Pengasingan SMB II dan Keluarga ke Ternate

Batavia juga memepersiapkan serangan mental yang licik, yaitu memecah-belah kesatuan dan persatuan di Palembang dengan cara sebagai berikut:

  • Mantan Sultan Husin Diauddin atau SAN II dibujuk dan digarap dengan menjanjikan kedudukan Sultan buat anak tertuanya, Prabu Anom, dengan gelar Sultan Ahmad Najamuddin IV. Dan selanjutnya Husin Diauddin diangkat menjadi Susuhunan serta keluarga yang diasingkan di Cianjur di balikkan kembali ke Palembang.
  • Menyogok Pangeran Ratu dari Jambi sebesar 2.000 uang Spanyol untuk berbelok ke Belanda (Tetapi hal ini ditolak mentah2 oleh Pangeran Ratu Jambi).
  • Menugaskan Pangeran Syarif Muhammad untuk membujuk keturunan Arab lainnya agar berpihak kepada Belanda. Demikian juga terhadap orang orang Cina yang dijanjikan keuntungan-keuntungan.
  • Memperkuat dan mengamankan kekuasaan di Pulau Bangka Belitung untuk meningkatkan keuntungan dengan menabah kekuatan 1.000 pasukan lagi, karena SMB II masih menguasai perdagangan timah secara de facto. Untuk itu meminta bantuan 1.000 pasukan dan Kapal Peronda dari Raja Akil dari Siak untuk pengawasan di sekitar Pulau Bangka dan Pangeran Prang Wedono dari Jawa Timur untuk membantu penumpasan pemberontakan di Pulau Bangka.

Dari kubu Kesultanan Palembang sendiri, setelah mendapatkan kemenangan untuk yang kedua kalinya pada Perang Benteng Keempat, tanggal 21 Oktober 1819, Sultan Mahmud Badaruddin II atau SMB II  mengadakan perombakan besar besaran di jajaran pemerintahan Kesultanan Palembang Darussalam di bulan Desember 1819. Beliau lalu mengangkat anaknya, Pangeran Ratu, menjadi Sultan di Kesultanan Palembang dengan gelar Sultan Ahmad Najamuddin lll atau SAN III. Hal ini dilakukan karena Sultan Mahmud Badaruddin II ingin tetap fokus melawan Belanda dan mengusirnya dari tanah Palembang. Maka komando perang masih tetap dipimpin oleh SMB II yang selanjutnya bergelar Suhunan Mahmud Badaruddin.

Sultan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu (SAN III) anak dari SMB II yg diangkat disaat mengahadapi Perang Benteng Kelima // Sumber : Sutanadil Institute
Sultan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu (SAN III) anak dari SMB II yg diangkat disaat mengahadapi Perang Benteng Kelima // Sumber : Sutanadil Institute

Perombakan pimpinan pasukan juga dilakukan untuk merotasi dan penyegaran di Benteng-benteng pertahanan, antara lain:

  • Benteng Tambakbayo di Plaju, dialih terimakan dari Pangeran Kramadiraja karena sakit kepada menantunya, Pangeran Kramajaya.
  • Benteng Martapura tetap di pimpin Sultan Ahmad Najamuddin III (SAN III) dan saudaranya Pangeran Bupati serta dibantu orang2 Arab dan pembesar lainnya.
  • Benteng Pulau Kemaro, dialihkan dari Pangeran Suradilaga kepada Pangeran Kramadilaga.
  • Benteng Mangun Nama/Manguntama (Benteng tambahan yang terletak di Pulau Kemaro, tapi agak ke ilir) tetap dipimpin oleh Pangeran Wirasentika.
  • Benteng Paling Ujung Pulau Kemaro yang mengapung di Sungai Musi dipimpin oleh Pangeran Ratu dari Jambi.
  • Benteng yang terbuat dari rakit dan beberapa perahu, sebagai Benteng Terapung, yang terletak dibalik pagar cerucup ditempati oleh Cik Nauk, Kepala suku Bugis dari Lingga.
  • Setiap Benteng dibantu sepenuhnya kepala kepala dari pedalaman bersama rakyatnya, juga tidak ketinggalan keturunan dari Arab dan Cina penduduk kota Palembang.
    Letak lokasi Benteng-benteng Pertahanan Kesultanan Palembang Darussalam // Sumber : Sutanadil Institute
    Letak lokasi Benteng-benteng Pertahanan Kesultanan Palembang Darussalam // Sumber : Sutanadil Institute

Jumlah Pasukan Palembang disiapkan sekitar sekitar 7.000 sampai 8.000 orang yang disuplai dari para Pageran dan Bangsawan lainnya yang telah mempunya pasukan yang siap siaga setiap waktu diperlukan sebelumnya dan disamping pasukan regular mereka.

Selanjutnya, dengan leluasa Sultan bisa memasang meriam-meriam, dan peluru-peluru (dari Sungsang sampai Pulau Kemaro, disiapkan 60 lobang tembakan), menyiapkan rakit-rakit yang mudah dibakar, rakit-rakit inilah yang akan menghantam Armada Belanda, membuat benteng pertahanan di Sungsang (dua kubu dengan luas bangunan berkisar 15.24 meter sampai 22.86 meter), benteng di Pulau Keramat, Pulau Salanama, Pulau Gombora (Kembara atau Kemaro, di bagian tenggara pulau ini disiapkan 12 lobang tembakan), Plaju dan Benteng di pulau buatan di tengah Sungai Musi (benteng ini dilengkapi tiga lobang tembakan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun