Akhir dari Perang Benteng Pertama ini adalah VOC berhasil diusir Oleh Kyai Mas Hindi yang merupakan adik dari Pangeran Sido Ing Rajek pada awal Desember 1659 M. Selanjutnya Kyai mas Hindi, mendirikan Wangsa Pemerintahan baru di Palembang dengan nama Kesultanan Palembang Darussalam dan beliau diangkat menjadi Sultan pertamanya dengan gelar Sultan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayyidul Imam.
2. Perang Benteng Kedua
Dengan populernya Pulau Bangka Belitung yang merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Palembang Darussalam sebagai pusat pertambangan timah dan termasuk penghasil timah terbesar di dunia diabad 18 M dan Awal abad 19 M, telah menarik banyak perhatian negara Eropa dan dunia lainnya. Hal ini juga tidak terkecuali EIC (East India Company) sebuah perusahaan dagang milik Kerajaan Inggris, tidak hanya tertarik dengan komoditi timah sebagai komoditi perdagangan saja, tetapi sejak Sir Thomas Stamford Bingley Raffles atau Rafles ditugaskan di Pulau Penang, Malaka saat itu, maka keinginan untuk menguasai Pulau Bangka Belitung dengan cara pendekatan kepada Penguasa Kesultanan Palembang Darussalam adalah target utamanya. Hal ini diperkirakan adalah karena adanya kandungan timah yang sangat besar tersebut.
Di lain pihak, belum sempat sewindu (10 Tahun) menduduki kekuasaannya, Sultan ke-7 dari Kesultanan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin Raden Hasan atau lebih dikenal sekarang dengan nama Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II), sudah mendapatkan percobaan penyerangan oleh East India Company (EIC) milik Kerajaan Inggris. Sebelumnya Rafles memang sudah seringkali berkirim surat dan membujuk SMB II untuk bekerjasama dalam upaya mengusir Gudang atau Loji Belanda dari Palembang dan EIC Inggris bersedia untuk membantu serta bekerjasama dikemudian hari. Namun usaha Rafles ini di tolak oleh SMB II sehingga Rafles dengan alasan yang dibuat2 tentang kekacauan di Loji Belanda, akhirnya Rafles mengirim armada lautnya ke Palembang.
Sejak Rafless dan pasukannya berhasil mengusir Perancis dari Batavia, maka upaya Rafles untuk menguasai Pulau Bangka Belitung dilakukannya dengan mengirim ekspedisi pasukannya ke Palembang tanggal 20 Maret 1812, dengan alasan untuk membebaskan sisa loji (Gudang) Belanda yang ada di Palembang dan menganggap SMB II telah melanggar kesepatan “waktu” untuk membersihkan Loji Belanda tersebut. Cerita lengkap pertempuran Perang Benteng Kedua ini dapat dibaca selengkap di Buku Perang Benteng, Perang maritime Terbesar Abad 17 dan 19 di Palembang, karya HG Sutan adil.
Namun sepertinya, pengiriman pasukan ini hanyalah siasat Rafles saja untuk mengambil alih Pulau Bangka Belitung dengan menunjukkan kekuatannya, karena disaat Perang Benteng Kedua tersebut, “diperkirakan” justru Rafles melalui komandan perangnya saat itu, Kolonel Robert Rollo Gillespie, diperintahkan untuk “Melakukan Tugas Rahasia” mendekati adik SMB II yaitu Pangeran Adipati yang menjadi Komandan Perang Sultan saat perang itu di Benteng Borang yang terletak di Pulau Borang. Gillespie selanjutnya melakukan penawaran dan kesepakatan agar Pangeran Adipati menyerah saja dan nanti setelah Inggris masuk ke Palembang, maka SMB II akan diturunkan dari tahta Kesultanan Palembang Darussalam serta selanjutnya Pangeran Adipati lah yang akan menggantikannya sebagai Sultan.
Atas kesepakatan ini maka selanjutnya Perang Benteng Kedua ini dihentikan, dan sesuai kesepakatan sebagaimana tertulis diatas, maka Inggris berhasil menurunkan SMB II dari kekuasaan di Kesultanan Palembang Darussalam dan selanjutnya mengangkat Pangeran Adipati menjadi Sultan Kesultanan Palembang yang baru dengan gelar Sultan Ahmad Najamuddin Raden Husin Diahuddin atau Sultan Ahmad Najamuddin II (SAN II). (Bersambung)
Sumber : Buku “Perang Benteng, Perang Maritim Terbesar Abad 17 dan 19 di Palembang”, karya HG Sutan Adil
*) Penulis adalah Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute
Bogor, 30 September 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H