Mohon tunggu...
HG Sutan Adil
HG Sutan Adil Mohon Tunggu... Sejarawan - Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute

Pemerhati dan Penulis Sejarah, Ekonomi, Sosial, Politik. Telah menulis dua buku sejarah populer berjudul Kedatuan Srivijaya Bukan Kerajaan Sriwijaya dan PERANG BENTENG, Perang Maritim Terbesar Abad 17 dan 19 di Palembang. (Kontak 08159376987)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anomali Syair Perang Palembang (Syair Perang Menteng)

16 Mei 2024   15:00 Diperbarui: 16 Mei 2024   15:11 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halaman Pertaman & Kedua Naskah Kuno "Syair Perang Palembang" // Sumber : Sutanadil Institute

"Seperti telah jelas diterangkan di atas, bahwa Menteng adalah ucapan orang-orang kita untuk menyebut Muntinghe, yaitu salah seorang anggota Raad Van med. Indie (Dewan Hindia) yang diserahi jabatan Komisaris Pemerintah Kolonial untuk wilayah Palembang dan Bangka. Ia diserahi jabatan itu mulai tanggal 27 Oktober 1817. Dalam usahanya untuk menanamkan kekuasaan kolonial di Palembang mengalami kegagalan. Ia kembali ke Betawi pada bulan Juni 1819 M. tidak secara terhormat, ia melarikan diri dengan maksud minta bantuan. Biasanya judul sesuatu karangan, apalagi jika mengenai pertempuran atau perkelahian, yang keluar sebagai pemenang adalah yang namanya menjadi terkenal dan patut dikemukakan. Karena untuk sementara yang unggul dalam peperangan adalah Palembang, maka sudah sepantasnya jika syair tersebut diganti menjadi syair perang Palembang"

Untuk itu, penulis mengajak kepada Sejarawan dan Budayawan Lokal Palembang termasuk Nasional, untuk mulai mengkaji kembali nomenklatur atau labeling nama syair ini untuk juga menjadi penyemangat generasi sekarang dan berikutnya, bahwa di Palembang ini juga banyak terdapat hasil karya satra besar di masa Kesultanan Palembang Darussalam dan mulailah meneliti serta menulis kembali sejarah besar Palembang. Kebesaran sejarah suatu bangsa itu tergantung kepada bangsa itu sendiri, bukan hanya mengandalkan hasil karya Sejarawan Asing, apalagi Sejarawan Kolonial.

Berikut pesan Drs. Atja yang diungkapkan dalam bukunya "Syair Perang Palembang", sebagai berikut :

"Pelajaran yang dapat kita ambil sesudah menelaah peristiwa jatuhnya Palembang ke tangan Kolonialis Belanda, adalah sebagai berikut: "Palembang ditaklukkan oleh kaum kolonialis, bukan karena rakyat Palembang tidak gigih dan tidak mampu menghadapi serangan-serangan musuh, melainkan kesalahan para pemimpinya yang tidak berwatak teguh. Mereka terlalu keburu oleh kedudukan dan kemuliaan lahir, meskipun dengan mengorbankan saudaranya sendiri sekalipun, apalagi rakyatnya, yang baginya hanyalah berupa alat belaka""

*) Penulis adalah Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute

Bogor, 17 Mei 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun