Mohon tunggu...
HG Sutan Adil
HG Sutan Adil Mohon Tunggu... Sejarawan - Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute

Pemerhati dan Penulis artikel Sejarah, Ekonomi, Sosial, Politik di berbagai media. Sudah menulis dua buku sejarah populer berjudul Kedatuan Srivijaya Bukan Kerajaan Sriwijaya dan PERANG BENTENG, Perang Maritim Terbesar Abad 17 dan 19 di Palembang. (Kontak 08159376987)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ternyata RH Satibi, Tokoh Pendiri Cileungsi Bogor adalah Cicit Sultan Mahmud Badaruddin II dari Palembang

6 Januari 2024   08:15 Diperbarui: 6 Januari 2024   08:22 2274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TERNYATA "HAJI SATIBI" TOKOH PENDIRI CILEUNGSI BOGOR, ADALAH CICIT SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II DARI PALEMBANG

Oleh : HG Sutan Adil

Dengan adanya perkembangan pesat kawasan pemukiman dan komersial serta kawasan industri di Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, menyebabkan banyak jalan-jalan yang dinamakan sesuai dengan nama pusat pemukiman atau perumahan yang ada disana, seperti perumahan Kota Wisata, Limus Pratama Regency, Cileungsi Hijau, Metropolitan land, Cibubur Mansion dan puluhan perumahan lainnya. Namun ada nama jalan yang sudah lama dikenal sebelum munculnya pemukiman2 baru yang ada tersebut, yaitu Jalan H. SATIBI, yang terletak disamping (Utara) Jembatan Layang Jalan Alternatif Cibubur-Jonggol Atau Simpang Empat Pusat Kota Cileungsi.

Peta Jalan H. Satibi di Cileungsi // Sumber: Sutanadil Institute
Peta Jalan H. Satibi di Cileungsi // Sumber: Sutanadil Institute

Haji Satibi atau RH Satibi atau nama lengkapnya Pangeran  Raden Haji Moehammad Satibi, adalah salah satu tokoh pendiri utama dan pengagas awal berdirinya pemukiman penduduk di wilayah yang sekarang dikenal dengan nama Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Beliau adalan anak tunggal dari Pangeran Achmad Bolonson Wangsa Martaradja Wijayanegara yang merupakan anak dari Sultan ke-9 Kesultanan Palembang Darussalam di Palembang, yaitu Sultan Ahmad Najamudin III (SAN III) Pangeran Ratu atau sering juga disebut dengan Sultan Muhammad Tjing Djamaluddin Wangsa Martaradja Wijayanegara.

Sultan ke-9 Kesultanan Palembang Darussalam // Sumber: keratonpalembang.com
Sultan ke-9 Kesultanan Palembang Darussalam // Sumber: keratonpalembang.com

Sedangkan SAN III Pangeran Ratu ini sendiri adalah anak tertua dan Putra Mahkota dari Sultan Mahmud Badaruddin II, Sultan Kesultanan Palembang Darussalam ke-7 yang juga merupakan salah satu Pahlawan Nasional yang ditetapkan pada tahun 1984. Sehingga jelas disini bahwa tokoh pendiri pemukiman di Wilayah Cileungsi ini, RH. Satibi, merupakan “cicit” dari Pahlawan Nasional yang berasal dari Palembang, Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II).

Pahlawan Nasional Sultan Mahmud Badaruddin II // Sumber: Sutanadil Institute
Pahlawan Nasional Sultan Mahmud Badaruddin II // Sumber: Sutanadil Institute

Berdasarkan Tuturan dan Data yang ada pada zuriah beliau, Bp. Raden Daden Ramdani, bahwa RH. Satibi dan Pengikutnya disaat terjadi penangkapan dan pembunuhan orang tuanya oleh Kolonialis Belanda, Pangeran Achmad Bolonson ditahun 1869 M di Cibubur (Batavia), di ungsikan dan disembunyikan di hutan karet yang berada di seberang wilayah Cibubur yang dibatasi oleh sungai Cileungsi.

Di wilayah Cileungsi inilah RH. Satibi bersama pengikutnya mendirikan pemukiman baru dan seterusnya menjadi pemukiman bagi keturunan beliau ditambah juga dengan adanya kedatangan dari  penduduk lain dari berbagai wilayah di sekitar Bogor dan Jawa Barat lainnya. Beliau meninggal tanggal 27 Januari 1913 dan dimakamkan di Pemakaman Keluarga Gang Limus, Jalan Alterbatif Cibubur-Jonggol.

Makam RH Satibi di Gang Limus Cileungsi // Sumber: R. Daden Ramdani
Makam RH Satibi di Gang Limus Cileungsi // Sumber: R. Daden Ramdani

Untuk pemakaman anak keturuan RH. Satibi ini, juga dibuatkan komplek pemakaman tersendiri yang berada di daerah Kampung BPM, Jalan Camat Enjan dengan nama; Komplek Pemakaman Pasarean. Komplek Pemakaman Pasarean ini hanya diperuntukan untuk pemakaman anak keturunan dan keluarga besar Raden Haji Satibi. Hal ini dikarenakan sudah banyak sekali anak keturunan beliau dari Delapan (8) Istri2nya yang mendiami sekitar perkampungan yang juga sering disebut dengan Kampung Kaum dan juga yang sudah berdiaspora ke daerah lain.

Kompleks Makam Pasarean // Sumber : R. Daden Ramdani
Kompleks Makam Pasarean // Sumber : R. Daden Ramdani

Salah satu anak perempuan RH. Satibi dari istri pertamanya yang bernama Moernitjah menikah dengan Haji Mansyur atau lebih dikenal dengan nama Syekh Mansyur, seorang tokoh penyebar agama Islam di Wilayah Bogor dan Cileungsi khususnya sehingga menjadikan masyarakat Bogor mayoritas memeluk agama Islam. Selain Perjalanan syiar dengan berdakwa, dimasanya beliau juga berjuang untuk kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu peninggalan Syekh Mansyur adalah Musholah Keluarga dan Alun-alun di Kampaung Kaum yang sekarang dibangun menjadi Masjid Besar Kecamatan Cileungsi bernama Masjid Besar Al-Manshurunal Muqorrobun Cileungsi, di Jalan Alternatif Cibubur-Jonggol.

Makam Syekh Mansyur // Sumber : R. Daden Ramdani
Makam Syekh Mansyur // Sumber : R. Daden Ramdani

Masjid Besar Al-Manshurunal Maqorrobun Cileungsi // Sumber: Sutanadil Institute
Masjid Besar Al-Manshurunal Maqorrobun Cileungsi // Sumber: Sutanadil Institute

Namun sangat disayangkan, makam Tokoh2 Pendiri Wilayah Cileungsi ini tidak dikenal oleh masyakarat Cileungsi itu sendiri dan Bogor umumya, karena memang sejarah tentang pendiri Cileungsi ini tidak banyak yang tahu dan kemungkinan juga pemerintahan kecamatan Cileungsi dan Bogor juga belum mengetahui atas keberadaan makam bersejarah ini.

Untuk itulah kedepannya makam RH. Satibi ini sudah harus masuk dalam Situs Cagar Budaya Kabupaten Bogor, karena situs Cagar Budaya ini diperkirakan akan bisa menjadi salah satu tempat bersejarah yang munpunyai prospek untuk Kawasan Cagar Budaya Wisata Sejarah, baik Wisata Umum maupun Wisata Keagamaan, dan bagi Kecamatan Cileungsi sendiri juga bisa menjadi salah satu Simbol Wilayah dan tentu saja akan menjadi tambahan Penghasilan Asli Daerah.

*) Penulis adalah Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute

Bogor, 6 Januari 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun