Mohon tunggu...
HG Sutan Adil
HG Sutan Adil Mohon Tunggu... Sejarawan - Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute

Pemerhati dan Penulis Sejarah, Ekonomi, Sosial, Politik. Telah menulis dua buku sejarah populer berjudul Kedatuan Srivijaya Bukan Kerajaan Sriwijaya dan PERANG BENTENG, Perang Maritim Terbesar Abad 17 dan 19 di Palembang. (Kontak 08159376987)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Singkat Kesultanan Palembang Darussalam

15 Desember 2023   08:47 Diperbarui: 16 Desember 2023   17:55 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lambang Kesultanan Palembang Darussalam // Sumber: RHM Akib

Sebelum wafat pada tahun 1707 M, Kiai Mas Hindi ini menobatkan seorang puteranya anak dari Ratu Agung sebagai Sultan Palembang Darussalam yang kedua dengan gelar Sultan Muhammad (Ratu) Mansur Jayo Ing Lago, yang berkuasa mulai dari tahun 1706 M sampai dengan tahun 1714 M. Dalam tahun 1709 M, Sultan Muhammad Mansur telah menobatkan juga putera sulungnya Raden Abubakar menjadi Pangeran Ratu Purboyo. Pewaris mahkota ini tidak sempat menjadi raja karena wafat, sehingga sesuai wasiatnya, Sultan Muhammad (Ratu) Mansur digantikan oleh adiknya bemama Raden Uju yang kemudian dinobatkan menjadi Sultan Palembang Darussalam yang ketiga dengan gelar Sultan Agung Komaruddin Sri Truno dan berkuasa sejak tahun 1714 M sampai tahun 1724 M. Kemudian beliau digantikan oleh kemenakannya Pangeran Ratu Jayo Wikramo dengan gelar Sultan Mahmud Badaruddin  Jayo Wikramo atau Sultan Mahmud Badaruddin I (SMB I) yang merupakan  Sultan Palembang Darussalam yang keempat memerintah dari tahun 1724 M sampai dengan tahun 1758 M.

Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo // Sumber : keratonpalembang.com 
Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo // Sumber : keratonpalembang.com 

Sultan Palembang Darussalam yang kelima adalah Pangeran Adikesumo, Putra kedua dari Sultan Mahmud Badaruddin I, adik dari Raden Jailani Pangeran Ratu yang wafat terlebih dahulu, dengan gelar Sultan Ahmad Najamuddin I dan memerintah dari tahun 1758 M sampai dengan tahun 1776 M. Sultan Ahmad Najamuddin I digantikan oleh putera mahkota yang setelah dinobatkan menjadi Sultan Palembang Darussalam bergelar Sultan Muhammad Bahauddin. Sultan ini memerintah dari tahun 1776 M sampai dengan tahun 1803 M. Sultan yang keenam ini wafat pada tanggal 3 April 1803 M. Sultan Muhammad Bahauddin digantikan oleh putera sulungnya Raden Hasan Pangeran Ratu dengan gelar Sultan Mahmud Badaruddin II,  sebagai Sultan Palembang Darussalam yang ketujuh dan memerintah dari tahun 1803 M sampai dengan tahun 1821 M.

Belum sewindu memegang tampuk pemerintahan, datanglah Inggris ke Palembang pada tahun 1812, yang berniat mengambil alih kekuasaan Belanda dengan pasukan lengkap dan selanjutnya terjadilah Perang Benteng Kedua (2). Tetapi untuk menghindari pertumbahan darah yang lebih besar dan menjaga keamanan rakyatnya, Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II) melakukan strategi mundur ke kepedalaman untuk meneruskan perang gerilya yang sebelumnya mewakilkan pemerintahan Kesultanan kepada adiknya, Pangeran Adipati, dengan gelar Sultan Mudo.

Perang Benteng Kedua dengan Inggris // Sumber : Sutanadil Institute
Perang Benteng Kedua dengan Inggris // Sumber : Sutanadil Institute

Dengan politik adu-domba ala kolonialis, oleh lnggeris Pangeran Adipati "diakui" sebagai Sultan Palembang dengan gelar Sultan Ahmad Najamuddin II yang sempat memerintah dari tahun 1812 M sampai dengan tahun 1819 M yang dipotong bergantian dengan SMB II. Setelah kondisi kondusif, dalam tahun 1813 M, Sultan Mahmud Badaruddin II kembali ke Palembang memegang tampuk pemerintahan Kesultanan mulai tahun 1813 sampai tahun 1819.

Dalam kondisi tidak kondusif akibat terhadinya masalah internal di Kesultanan pada saat itu, Sultan Mahmud Badaruddin II menobatkan putera sulungnya menjadi raja dengan gelar Sultan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu (1819 - 1821), dan selanjutnya Sultan Mahmud Badaruddin bergelar Susuhunan. Untuk lebih jelasnya mengenai Sejarah Kesultanan Palembang Darussalam dan Perang Benteng, dapat dibaca langsung di Buku “Perang Benteng, Perang Maritim Terbesar Abad 17 dan 19 di Palembang” Karya HG Sutan Adil.

Buku Perang Benteng // Sumber : Sutanadil Institute
Buku Perang Benteng // Sumber : Sutanadil Institute

Setelah terjadi beberapa kali perang maritim besar dengan Belanda, yaitu Perang Benteng Ke-3, Ke-4 dan Ke-5, Akhirnya kekuasaan Sultan Mahmud Badaruddin II dan Pangeran Ratu digantikan oleh Keponakannya Pangeran Prabu Anom yang bergelar Sultan Ahmad Najamuddin (IV), yang merupakan putera sulung Sultan Ahmad Najamuddin II dari tahun 1821 sampai tanggal 7 Oktober 1823 yang merupakan Sultan Resmi dan Sultan penutup Kesultanan Palembang Darussalam. Setelah di kuasai Kolonialis Belanda, posisi sultan ditiadakan tetapi tetap menunjuk salah seorang Bangsawan Kesultanan Palembang untuk mengelola pemerintahaan secara terbatas di Kesultanan Palembang Darussalam.

Pahlawan Nasional asal Palembang // Sumber : Sutanadil Institute
Pahlawan Nasional asal Palembang // Sumber : Sutanadil Institute

Atas jasa besar Sultan Mahmud Badaruddin Raden Hasan atau Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II) dalam berjuang melawan Kolonialis Inggris dan Belanda diatas, maka pada tanggal 29 Oktober 1984 beliau tetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Selain ada museum Sultan Mahmud Badaruddin II, nama beliau juga dikenal dan sematkan untuk Bandara Internasional di Palembang, yaitu Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun