Mohon tunggu...
HG Sutan Adil
HG Sutan Adil Mohon Tunggu... Sejarawan - Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute

Pemerhati dan Penulis artikel Sejarah, Ekonomi, Sosial, Politik di berbagai media. Sudah menulis dua buku sejarah populer berjudul Kedatuan Srivijaya Bukan Kerajaan Sriwijaya dan PERANG BENTENG, Perang Maritim Terbesar Abad 17 dan 19 di Palembang. (Kontak 08159376987)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Terlupakan! Benteng Manguntama, Benteng Pertahanan Kesultanan Palembang Darussalam di Pulau Kemaro

1 Desember 2023   09:00 Diperbarui: 28 April 2024   20:34 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pahlawan Nasional Sultan Mahmud Badaruddin (SMB II), Sumber : Sutanadil Institute

Lukisan Sketsa Kota Palimbang oleh Joan Van der Laen, Sumber : Sutanadil Institute
Lukisan Sketsa Kota Palimbang oleh Joan Van der Laen, Sumber : Sutanadil Institute

Terlihat juga diantara kedua Benteng Pertahanan yang berseberangan ini membentangkan cerucuk kayu atau tonggak2 kayu dan ditambah rantai besi, mulai dari Pos dibelakang Benteng Manguntama sampai keseberangnya yaitu Benteng Martapuro di Bagus Kuning/Plaju.

Benteng Manguntama di Pulau Kemaro Sumbser : Joan Nieuhof
Benteng Manguntama di Pulau Kemaro Sumbser : Joan Nieuhof

Keberadaan Benteng Manguntama ini juga tercatat dalam Buku dan Lukisan Perang Benteng Pertama di tahun 1659 M, oleh seorang pengelana VOC bernama Johan Nieuhof dalam bukunya “Voyages and Travels to the East Indies 1653-1670” dan selanjutnya oleh suadaranya Hendriks, serta dibantu oleh kartografer Belanda bernama Pieter Van de Aa, melukis ulang lukisan Johan Nieuhof tersebut dengan menambahkan beberapa tulisan penjelasan dan menambahkan lukisan tambahan yang menceritakan Perang Benteng Pertama tersebut dan dengan jelas mengambarkan adanya Benteng Manguntama di Pulau Kemaro.

Perang Benteng Pertama (I), Sumber : Pieter van de Aa
Perang Benteng Pertama (I), Sumber : Pieter van de Aa

Lukisan la Villa de Palimbang dans I’ile de Sumatera ini terlihat sekali menggambarkan betapa dahsyatnya Perang Benteng Pertama ini dan juga disertai ilustrasi banyaknya Kapal Perang Angkatan Laut Belanda yang terlibat dan juga dengan jelas menggambarkan terbakarnya Keraton Kuto Gawang milik Kerajaan Palembang.

Sangat disayang juga bahwa Benteng Pertahanan Manguntama ini tidak ada bekasnya sampai sekarang, sebagaimana juga Benteng Tambak Bayo dan Benteng Martopuro di seberangnya. Hal ini dikarenakan material yang digunakan untuk membuat bangunan benteng bukan dari bahan yang tahan lama seperti batu dan semen sebagaimana Benteng Kuto Besak dan Benteng Kuto Kecik/Tengkuruk, tetapi terbuat dari bahan2 alamiah seperti Kayu Unglen/Ter, Kayu Kelapa, Bambu, Rotan dan lainnya, termasuk batu2 kali yang diratakan dengan tanah liat yang dipakai sebagai pondasi benteng dan tempat meletakkan meriam2nya.

Kondisi ini diperparah dengan pembakaran dan pembumihangusan Benteng Manguntama ini yang dilakukan kolonialis Belanda saat penyerangan terakhir di Perang Benteng Kelima, dimana semua Benteng Pertahanan Kesultanan Palembang Darussalam dibakar habis oleh mereka, sebagaimana seperti Keraton Kuto Gawang yang juga tidak berbekas itu.

Buku The Conquest of Jawa, karya Major Willian Thorn, Sumber: Sutanadil Institute
Buku The Conquest of Jawa, karya Major Willian Thorn, Sumber: Sutanadil Institute

Penjelasan tentang material yang dipakai oleh Benteng Pertahanan Manguntama ini dapat di lihat dalam Buku “The Conquest Of Jawa, Nineteenth-century Java seen through the eyes of a soldier of the British Empire” hal. 147-193, karya Major William Thorn, seorang perwira Inggris saat menyerang Palembang tahun 1812 M. Dalam buku ini, Perwira Inggris ini juga menceritakan betapa strategisnya fungsi Benteng Manguntama yang dimasa itu yang disebut oleh Inggris dengan nama Benteng Pulau Borang dan Komandan Benteng Pertahanan Pulau Borang saat itu adalah Pangeran Adipati yang merupakan adik dari Sultan Mahmud Badaruddin II.

Dalam buku “PERANG BENTENG. Perang Maritim Terbesar Abad 17 dan 19 di Palembang” karya dari HG Sutan Adil, juga telah dijelaskan adanya pertempuran besar disekitar Pulau Kemaro ini dan membaginya menjadi 5 kali Perang Benteng dengan mengandalkan Benteng-benteng Pertahanan disepanjang sungai musi, mulai dari muaranya di daerah Selat Bangka sampai ke daerah uluannya di Muara Rawas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun