Mohon tunggu...
HG Sutan Adil
HG Sutan Adil Mohon Tunggu... Sejarawan - Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute

Pemerhati dan Penulis Sejarah, Ekonomi, Sosial, Politik. Telah menulis dua buku sejarah populer berjudul Kedatuan Srivijaya Bukan Kerajaan Sriwijaya dan PERANG BENTENG, Perang Maritim Terbesar Abad 17 dan 19 di Palembang. (Kontak 08159376987)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Fifa Arogan

30 Maret 2023   17:12 Diperbarui: 30 Maret 2023   17:17 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

#FIFA AROGAN

Oleh : HG Sutan Adil

Pembatalan menjadi tuan rumah acara olahraga sepak bola dunia usia 20 tahun pada Indonesia adalah sebuah sikap Ambigu dan Arogan yang dimiliki FIFA sebagai sebuah organisasi olahraga. FIFA sebagai organisasi sepakbola satu-satunnya di muka Bumi ini sudah menunjukkan jati diri mereka sebagai Globalis olahraga sepakbola yang berkuasa tanpa bisa dihalangi satu Negara yang berdaulat pun.

Benar FIFA sebagai sebuah organisasi semacam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) tingkat dunia atau Non Geverment Organization (NGO)  mempunyai aturan dan sistem sendiri yang sering disebut Statuta FIFA, namun Indonesia sebagai Negara berdaulat, juga mempunyai Konstitusi atau UUD 45 dan Pancasila sendiri yang menjadi acuan dalam kehidupan politik berbangsa dan bernegara.

Harunya semua pihak dalam hal ini harus menyadari kondisi dan posisi masing untuk mencari solusi terbaik agar dunia olahraga khususnya sepakbola ini dapat berkembang dan bisa menjadi pemersatu masyarakat baik nasional maupun inernasional.

FIFA harusnya menghargai statuta atau konstitusi Negara Indonesia yang sangat mencela invansi dan penjajahan sebuah Negara atas Negara lain. Dimana dalam kasus ini harusnya FIFA tidak serta merta membatalkan sepihak sebuah acara sepakbola yang sudah di konsep dan datur selama beberapa tahun ini.

Pembatalan inipun hanya dengan dasar adanya desakan dari Ormas Lokal dan Pejabat Lokal, bukan di ungkap secara resmi oleh Pemerintah Pusat yang bertanggung penuh dalam pengelolaan Negara Indonesia. Dari sinilah harusnya FIFA harus melakukan komunikasi ulang atau Pemerintah Indonesia dari awal melakukan komunikasi ulang lagi atas adanya Negara Penjajah (Israel) yang akan ikut berperan dalam acara kompetisi ini.

FIFA sendiri sebagai LSM global juga sudah menpunyai pengalaman dalam dunia sepakbola dengan mencampur adukkan urusan politik dan Olahraga. Misalnya dengan melarang Kesebelasan Rusia untuk bertanding di Eropa dan melarang Penduduk Rusia untuk melakukan aktivitas olehraga sepakbola di Eropa khususnya yang dibawah naungan FIFA. Hal ini dikarenakan Rusia saat itu menginvasi dan menjajah Ukraina yang merupakan Negara anggota persemakmuran Eropa.

Kita mungkin setuju jika pembatalan yang ada ini diakibatkan adanya adanya kesalahan manajemen dari organisasi lokal FIFA di Indonesia seperti PSSI atau adanya campur tangan langsung pemerintah dalam tubuh PSSI sebagaimana yang pernah terjadi beberapa tahun lalu yang mengakibatkan Indonesia di bekukan keanggotaan FIFA nya.

Tapi jika ini sudah menyangkut harga diri Bangsa dan yang mau mengobok-obok konstitusi Negara, seharusnya pemerintah harus bertindak tegas juga. Pembinaan di bidang olahraga memang perlu dan agar tercipta profesionalitas dalam pengelolaan pembinaan olahraga kita memang perlu belajar kepada LSM olahraga professional sepanjang tidak mengkebiri Konstitusi Negara.

Disinilah diperlukan ketegasan Pemerintah dalam menjaga marwah bangsa dan kehidupan antar Negara untuk menjelaskan konstitutsi Negara kita dan mencari solusi bagaimana bila terjadi kondisi seperti di olahraga sepakbola ini agar tidak berimbas kepada cabang olahraga lainnya.

FIFA memang sebuah LSM yang Arogan dan Bermuka dua dalam mengelola organisanya tanpa memahami konstitusi sebuah Negara lain.

Apalagi jika memang FIFA jadi melakukan pembekuan keanggota PSSI, Negara Indonesia harus menolak tegas kebijakan tersebut dan menyatakan bahwa Konstitusi Indonesia adalah lebih penting dari Statuta FIFA.

#FIFA AROGAN 

#FIFA AMBIGU

*) Penulis adalah Pemerhati Politik dari Sutanadil Institute

Bogor, 30 Maret 2023  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun