Mohon tunggu...
HG Sutan Adil
HG Sutan Adil Mohon Tunggu... Sejarawan - Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute

Pemerhati dan Penulis Sejarah, Ekonomi, Sosial, Politik. Telah menulis dua buku sejarah populer berjudul Kedatuan Srivijaya Bukan Kerajaan Sriwijaya dan PERANG BENTENG, Perang Maritim Terbesar Abad 17 dan 19 di Palembang. (Kontak 08159376987)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bukit Seguntang Ulu Melayu dan Naskah Sulalatus Salatin

19 Maret 2023   07:20 Diperbarui: 9 Februari 2024   14:48 2412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukit Seguntang di Kota Palembang// Dok. Sutanadil Institute

BUKIT SEGUNTANG ULU MELAYU DAN NASKAH SULALATUS SALATIN
Oleh : HG Sutan Adil

Sengaja penulis buat judul artikel ini dengan judul Bukit Seguntang Ulu Melayu, sebagaimana judul sebuah lagu khas Palembang berirama Melayu yang diciptakan oleh Bp. Fir Azwar, seorang Guru dan juga sebagai Kepala Sekolah SMA Negeri 6 Palembang, yang memang masih banyak masyarakat di Palembang maupun tigkat nasional, yang belum memahami sejarah Bukit Seguntang ini.

Sejarah Bukit Seguntang lebih banyak dipahami dan diketahui oleh masyarakat di Negeri Jiran atau tentangga kita, seperti Malaysia dan Singapura.

Di sana sejarah Melayu memang sudah banyak dipelajari dan menjadi pelajaran sejarah wajib di sekolah-sekolah melaui naskah-naskah melayu yang didasari dari naskah sejarah Melayu atau Naskah Sulalatus Salatin.

Naskah-naskah ini dianggap penting karena menggambarkan Budaya, kerajaan, silsilah raja, dan sejarah Kerajaan Melayu di negara-negara Asia Tenggara, khususnya Indonesia, Malaysia, Singapore, dan Brunei Darussalam, yang kental dengan budaya Melayunya dan boleh dikatakan menyerupai konsep sejarah yang benar (Veritable History), yang mencatat sejarah kerajaaan melayu sebelumnya.

Contoh Naskah Sulalatus Salatin // Dok. Sutanadil Institute
Contoh Naskah Sulalatus Salatin // Dok. Sutanadil Institute

Kitab Sulalatus Salatin atau Sejarah Malayu adalah harta karun Cagar Budaya Sejarah tentang sejarah Melayu di abad pertengahan.

Ini adalah silsilah raja-raja Melayu yang ditulis mulai abad 13 yang cakupannya berkisar dari invasi Raja Iskankar Zulkarnaen ke India (327 SM), pendirian Singapura (1299 M), kelahiran kesultanan Malaka (1400 M) hingga kejatuhannya ke tangan Portugis pada tahun 1511 M.

Naskah asli Sejarah Melayu dibuat terpisah-pisah dalam beberapa manuskrip, beberapa fragmen, beberapa salinan, bahkan salinan atas salinan.

Umumnya naskah-naskah melayu ini tercatat dengan baik sejak tahun 1612 M, dimana Yang di-Pertuan Di Hilir Raja Abdullah dari Johor, menugaskan untuk melakukan kompilasi yang sekarang dikenal dengan judul Sulalatus Salatin (Silsilah Para Raja) dan ditulis oleh “Tun Seri Lanang”, atau karya sastra tersebut lebih dikenal dengan judul “Sejarah Melayu”.

Naskah Sulalatu'l-Salatin atau Sulalatus Salatin merupakan karya sastra dalam Bahasa Melayu dan menggunakan Abjad Jawi.

Karya tulis ini memiliki sekurang-kurangnya 29 versi atau manuskrip yang tersebar di antara lain di Inggris (10 di London, 1 di Manchester), Belanda (11 di Leiden, 1 di Amsterdam), Indonesia (5 di Jakarta), dan 1 di Rusia (di Leningrad).

Ada beberapa versi yang sudah banyak ditulis tentang naskah Sulalatus Salatin ini, namun secara garis besarnya, naskah-naskah tersebut dapat dikelompokan atas:

1. Versi suntingan Raffles, yang diterjemahkan pertama kali oleh John Leyden dalam Bahasa Inggris tahun 1821.
2. Versi suntingan dari Abdullah bin Abdulkadir Munsyi tahun 1831.
3. Versi suntingan dari Edouard Dulaurier tahun 1849.
4. Versi terjemahan kepada Bahasa Prancis tahun 1896.
5. Versi suntingan William Shellabear tahun 1915.
6. Versi dari Raffles 18, yang dipublikasikan oleh Richard Olaf Winstedt tahun 1938.
7. Versi suntingan Aman Datuk Madjoindo, dicetak di Jakarta tahun 1959.

Pada tahun 2001, Kitab Sejarah Melayu yang ditulis oleh Tun Seri Lanang ini sudah ditambahkan ke Daftar Internasional Program Memori Dunia oleh UNESCO.

Dari semua versi Hikayat Melayu di atas, hampir semuanya menyebutkan peradaban awal sejarah raja-raja di Melayu berawal atas kedatangan Sangsapurba keturunan Iskandar Zulkarnain di sebuah bukit di Kota Palembang saat ini, yaitu Bukit Seguntang.

Taman Bukit Seguntang // Dok. Sutanadil Institute
Taman Bukit Seguntang // Dok. Sutanadil Institute

Selanjutnya terdapat kisah salah seorang putra Sang Sapurba dari perkawinannya dengan Wan Sundariah, putri Demang Lebar Daun, penguasa Palembang, yang bernama Sang Nila Utama bergelar Sri Tri Buana mendirikan Singapura dan putranya yang lain, Sang Mutiara disebutkan menjadi raja di Tanjungpura.

Sementara gelar Sang Nila Utama tersebut mirip dengan gelar Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa dalam Prasasti Padang Roco yang bertarikh 1286

Dalam kitab Sulalatus Salatin juga menceritakan tentang adanya serangan raja Jawa di kawasan Melayu serta adanya seorang ratu Kerajaan Majapahit yang menikah dengan putra Raja Tanjungpura.

Secara rinci Sulalatus Salatin juga memberikan urutan nama-nama raja di Malaka, kemudian terdapat berita kedatangan Afonso de Albuquerque dari Goa atas perintah Raja Portugal untuk menaklukan Malaka tahun 1511 pada masa Sultan Mahmud Syah.

Perang melawan penaklukan Portugal ini membuat Sultan Malaka terpaksa berpindah pindah, mulai dari Bintan terus ke Kampar di Pulau Sumatera.

Kitab ini juga mengisahkan kedatangan Islam di Pasai yang memberikan gambaran tentang awal dakwah Islam di kawasan Melayu.

Kemudian dilanjutkan dengan cerita hubungan perkawinan antara putri Raja Pasai dengan Raja Malaka, yang menandakan Islam juga telah tersebar ke Malaka.

Hubungan Pasai dan Malaka ini terus berlanjut dimana pada masa berikutnya Sultan Malaka disebutkan turut membantu memadamkan pemberontakan yang terjadi di Pasai.

Dari berbagai Kitab yang banyak di kompilasi sampai sekarang, Kitab atau Buku “The Malay Annals” yang ditulis oleh Dr. John Leyden dalam Bahasa Inggris yang terdiri dari dari 30 bab dan lebih dari 300 halaman, merupakan kitab yang paling tua yang di tulis tahun 1831 M, dan disunting oleh Thomas Stamford Raffles.

Cover Buku
Cover Buku "Malay Annals" // Dok. Sutanadil Institute

John Leydens, Penulis Buku
John Leydens, Penulis Buku "The Malay Annals" / / Dok. Sutanadil Institute
Buku ini sangat detail menjelaskan asal mula Raja-raja melayu yang berasal dari Gunung Sagantang Mahameru atau Bukit Seguntang di Negeri Andalas bernama Paralembang yang kini bernama Palembang. Bichitram Shah atau Sangsapurba keturunan Raja Iskandar Zulkarnain dan putra Raja Suran dan Putri Gangga dari Asia Selatan muncul disebuah bukit di Paralembang dan singkat cerita menikah dengan Wan Sundariah, putri penguasa di Palembang saat itu, Fajar Damang Lebar.

Banyak Cerita dan Data yang disebutkan dalam Kitab Sulalatus Salatin ini yang merujuk kepada Bukit Seguntang sebagai Asalnya Raja-raja Melayu saat ini, sehingga sangat dibutuhkan sekali Penelitian lebih lanjut dan literasi untuk menarasikan Sejarah Melayu ini kepada masyarakat Palembang dan Indonesia umumnya, agar keberadaan Bukit Seguntang sebagai "Ulu Melayu" bisa dipahami oleh Masyarakat Palembang dan Indonesia Umumnya.

*) Penulis adalah Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute

Bogor, 19 Maret 2023

Blog: https://www.kompasiana.com/sutanadilinstitute9042
Email: gustav.acommerce98@gmail.com
FB: https://www.facebook.com/sutan.adil
Youtube: https://www.youtube.com/@truebackhistoryofficial4204

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun