Mohon tunggu...
HG Sutan Adil
HG Sutan Adil Mohon Tunggu... Sejarawan - Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute

Pemerhati dan Penulis Sejarah, Ekonomi, Sosial, Politik. Telah menulis dua buku sejarah populer berjudul Kedatuan Srivijaya Bukan Kerajaan Sriwijaya dan PERANG BENTENG, Perang Maritim Terbesar Abad 17 dan 19 di Palembang. (Kontak 08159376987)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Benarkah Benteng Kuto Besak (BKB) Dahulunya adalah Keraton?

25 Februari 2023   08:23 Diperbarui: 25 Februari 2023   10:53 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Sutanadil Institute

BENARKAH... BENTENG KUTO BESAK DAHULUNYA ADALAH KERATON..?

Oleh : HG Sutan Adil

Pertanyaa diatas timbul disaat ada diskusi mengenai hari jadinya Benteng Kuto Besak (BKB) disebuah grup WA yang dianggag oleh seorang anggotanya bahwa tanggal 21 Peberuari 1797 adalah hari jadinya Benteng tersebut yang merupakan "Benteng" yang dibangun oleh pribumi dan bukan dibangun oleh kolonial Belanda.

Saat itu penulis memberikan sedikit koreksi bahwa sebenarnya BKB itu dulunya adalah sebuah "Keraton" milik Kesultanan Palembang Darussalam yang dibangun oleh Sultan Palembang dan diresmikan pada tanggal 23 Syakban 1211 Hijriah dan jika dikonversi ke penanggalan masehi menjadi hari Senin, tanggal 20 Pebruari 1797, sehingga hari senin tanggl 20 Pebruari 2023 lalu, menjadikan Keraton tersebut sudah berumur 226 tahun.

Sangat disayangkan memang penjelasan penulis saat itu ditanggapi "Sinis" oleh seorang anggota WA tersebut, dengan menyebut bahwa jika ingin paham tentang Kuto Besak silahkan bertanya kepada dia atau kepada ahli arkeolog yang telah dia sebutkannya dan jika tidak puas akan disalurkan ke narsum yang lebih berkompeten.

Sepertinya Anggota WA tersebut merasa paling paham dan mungkin karna dia merasa seorang koordinator komunitas "Pencinta" cagar budaya di Palembang, sehingga merapa paling paham dan merasa orang lain tidak lebih paham dari dia. Tindakan pelecehan ini bukanlah tindakan pertama kali yang dilakukan oleh seorang anggota WA ini, dan kembali menyebut yang dia merasa paling paham sejarah Palembang.

Penulis saat itu sebenarnya hanya mau memberikan sedikit koreksi dan sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh admin grup WA tersebut atas usahanya yang telah membuat sebuah ucapan selamat ke 226 atas berdirinya BKB ini. Untuk selanjutnya diharapkkan semua pihak dapat memahami sejarah BKB dengan apa adanya dan selanjutnya mengapa keraton disebut Benteng.

Berdasarkan literasi yang ada bahwa disaat Kesultanan Palembang Darussalam berkuasa, yang dipakai dalam pencatatan kalender adalah berdasarkan Kalender Hijriah dalam banyak literasi yang dibuat dan dalam tulisan Arab Melayu, sehingga hal inilah yang menjadikan seringkali terjadi kekeliruan dalam mengkonversinya menjadi Kalender Masehi saat penulisan sejarah saat ini. Seharusnya hal ini tidak perlu juga dijadikan permasalahan dan harusnya dilakukan penelusuran ulang saja.

William Thorn, seorang serdadu Kerajaan Inggris, telah membuat sketsa peta jantung Kota Palembang pada 1812, dan dicatat dalam bukunya   "The Conquest of Java" yang terbit pada tahun 1815. Dalam buku tersebut Thorn juga membuat denah lengkap dan detail keraton Kesultanan Palembang.

Dokumen Sutanadil Institute
Dokumen Sutanadil Institute

Dari catatan Torn ini, jelas beliau menyebutkan sebagai Istana Sultan atau Keraton untuk tempat tinggal sultan ini. Dan tidak pernah menyebutkannya sebagai sebuah Benteng. William Torn jelas merinci detailnya lokasi beberapa bangunan yang ada didalam Keraton ini, sepert keberadaan; Istana Sultan, Kepuntren, Gerbang Utama, Pasebahan dan ruang tempat menerima tamu.

Djohan Hanafiah, seorang Sejarawan Palembang yang menulis" buku Kuto Besak, Upaya Kesultanan Palembang Menegakkan Kemerdekaan" juga mengungkapkan tentang adanya keberadaan Istana Sultan dari Kesultanan Palembang Darussalam ini dan malah menyebutkan adanya dua Keraton kembar saat itu, yaitu adanya keberadaan Keraton Kuto Besak dan Keraton Kuto Kecik atau Keraton Tengkuruk. Dan mencerikan peruhan fungsi Keraton menjadi benteng oleh Kolonialis Belanda, juga dalam buku lainnya.

Dari uraian singkat diatas jelas sekali bahwa Benteng Kuto Besak (BKB) dahulunya adalah sebuah Keraton dari Kesultanan Palembang Darussalam dan diresmikan pada tanggal 23 Syakban 1211 Hijriah (Sumber; GIWANG SUMSEL - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan) dan jika dikonversi ke penanggalan masehi menjadi hari Senin, tanggal 20 Pebruari 1797, sehingga hari Senin kemarin, tanggl 20 Pebruari 2023 lalu, menjadikan Keraton tersebut sudah berumur 226 tahun.

Dokumen Sutanadil Institute
Dokumen Sutanadil Institute

Untuk lebih jelasnya tentang keberadaan Keraton atau sekarang disebut Benteng Kuto Besak (BKB) ini dan Sejarah Umum lainnya tentang Kerajaan Palembang dan Kesultanan Palembang Darussalam, dapat dibaca di buku "Perang Benteng, Perang Maritim Terbesar abad 17 dan 19 di Palembang" karya HG Sutan Adil atau beberapa Video di Channel Youtube, True Back History Official.

Selanjutnya penulis berharap agar semua pihak dan sejarawan Palembang termasuk "Pencinta" sejarah cagar budaya di Palembang ini untuk bersatu dan saling mendukung saja, dalam mengangkat sejarah Palembang yang selama ini masih banyak yang tenggelam dan bersama-sama untuk mengangkat kembali sejarah Palembang yang besar ini.

Dengan demikian, kembali diharapkan agar semua pihak untuk dapat memahami cagar budaya Benteng Kuto Besak ini sesuai dengan apa adanya sejarah, agar cagar budaya sebagai sumber daya budaya dan pariwisata bagi kepentingan yang luas dapat termanfaatkan dengan baik.

*) Penulis adalah Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute

Bogor, 25 Peberuari 2023

Blog        :  https://www.kompasiana.com/sutanadilinstitute9042

Email      :  gustav.acommerce98@gmail.com

FB           :  https://www.facebook.com/sutan.adil

Youtube :  https://www.youtube.com/@truebackhistoryofficial4204

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun