Desas desus (cinta mati)
Dia terlihat peal" ucap perempuan berbaju putih.
"Tapi dia benar-benar tampan" kata wanita berbaju biru menimpali.
"Kabarnya dia masih single lho??" Ujar wanita yang memakai blus merah.
"Kebanyakan baca buku kali makanya belum dapat pacar" sahut wanita berbaju coklat. "Dia dokter yang jenius. Tapi kenapa dia malah bekerja di bagian otopsi kamar mayat? Hoh, padahal aku mau saja sakit tiap hari hanya untuk bertemu dia."
Keempat wanita itu tertawa cekikikan. Pandangan mereka tidak ingin lepas daro sosok lelaki berbaju putih yang duduk sendiri menikmati makanannya di cafetaria rumah sakit. Saling berkomentar mengagumi wajah innocent Dokter Gunawan.
***
Setelah dua minggu bekerja di rumah sakit, baru kali ini dia diberikan tanggung jawab sendiri untuk memeriksa mayat seorang perempuan berusia 27 tahun yang diperkirakan meninggal karena penganiayaan.
Gunawan memandangi wajah wanita yang pipi sebelah kirinya lebam. Wanita itu terbaring dengan wajah pucat yang tidak mengurangi kecantikannya. Hati Gunawan berdesir halus. Dia belum melakukan tugasnya. Dia hanya berdiri di samping yang telanjang dan hanya ditutupi kain putih hingga ke dadanya.
Tanpa menggunakan sarung tangannya, Gunawan mulai membelai pipi wanita itu. Menyusuri dengan jemarinya lekuk-lekuk wajah wanita itu. Membelai rambutnya. Terus menyusuri ke leher, ke dadanya yang terbuka. Memegang payudaranya yang dingin. Gunawan merasakan ada aliran hangat yang dingin menyusuri tubuhnya. Membuatnya menggeliat. Menggerakkan sesuatu di balik celananya.
Ruang mayat sudah sepi dari orang-orang. Dia bekerja dimalam hari.
Ketika banyak wanita yang berusaha menarik perhatiannya, mengagumi dirinya, dia menarik diri ke tempat ini. Dia bosan berada di dekat-dekat wanita yang selalu berusaha untuk berada di sekelilingnya. Tempat ini. Kamar mayat ini, adalah tempat yang aman baginya.
Wanita begitu mengerikan baginya. Tapi dia juga sangat memuja wanita. Dia mengagumi penciptaan wanita. Hanya saja dia merasa wanita lebih banyak berbahaya baginya. Ketika wanita hidup, selalu saja ada rasa sakit yang ditinggalkan wanita. Dan dia membenci rasa sakit itu.
Dia hanya menginginkan wanita yang bisa memberinya rasa aman, nyaman dan tanpa ketakutakan.
Gunawan menunduk. Mengecup bibir kaku wanita itu. Mulai menjalarkan jemarinya membelai tubuh wanita itu...
Nafasnya seketika memburu tidak teratur...
***end***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H