Mohon tunggu...
Aisha Fathi
Aisha Fathi Mohon Tunggu... -

just simple

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Desas-desus (Cinta Mati)

26 Januari 2016   00:07 Diperbarui: 26 Januari 2016   00:32 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desas desus (cinta mati)

Dia terlihat peal" ucap perempuan berbaju putih.

"Tapi dia benar-benar tampan" kata wanita berbaju biru menimpali.

"Kabarnya dia masih single lho??" Ujar wanita yang memakai blus merah.

"Kebanyakan baca buku kali makanya belum dapat pacar" sahut wanita berbaju coklat. "Dia dokter yang jenius. Tapi kenapa dia malah bekerja di bagian otopsi kamar mayat? Hoh, padahal aku mau saja sakit tiap hari hanya untuk bertemu dia."

Keempat wanita itu tertawa cekikikan. Pandangan mereka tidak ingin lepas daro sosok lelaki berbaju putih yang duduk sendiri menikmati makanannya di cafetaria rumah sakit. Saling berkomentar mengagumi wajah innocent Dokter Gunawan.

***

Setelah dua minggu bekerja di rumah sakit, baru kali ini dia diberikan tanggung jawab sendiri untuk memeriksa mayat seorang perempuan berusia 27 tahun yang diperkirakan meninggal karena penganiayaan.

Gunawan memandangi wajah wanita yang pipi sebelah kirinya lebam. Wanita itu terbaring dengan wajah pucat yang tidak mengurangi kecantikannya. Hati Gunawan berdesir halus. Dia belum melakukan tugasnya. Dia hanya berdiri di samping yang telanjang dan hanya ditutupi kain putih hingga ke dadanya.

Tanpa menggunakan sarung tangannya, Gunawan mulai membelai pipi wanita itu. Menyusuri dengan jemarinya lekuk-lekuk wajah wanita itu. Membelai rambutnya. Terus menyusuri ke leher, ke dadanya yang terbuka. Memegang payudaranya yang dingin. Gunawan merasakan ada aliran hangat yang dingin menyusuri tubuhnya. Membuatnya menggeliat. Menggerakkan sesuatu di balik celananya.

Ruang mayat sudah sepi dari orang-orang. Dia bekerja dimalam hari.

Ketika banyak wanita yang berusaha menarik perhatiannya, mengagumi dirinya, dia menarik diri ke tempat ini. Dia bosan berada di dekat-dekat wanita yang selalu berusaha untuk berada di sekelilingnya. Tempat ini. Kamar mayat ini, adalah tempat yang aman baginya.

Wanita begitu mengerikan baginya. Tapi dia juga sangat memuja wanita. Dia mengagumi penciptaan wanita. Hanya saja dia merasa wanita lebih banyak berbahaya baginya. Ketika wanita hidup, selalu saja ada rasa sakit yang ditinggalkan wanita. Dan dia membenci rasa sakit itu.

Dia hanya menginginkan wanita yang bisa memberinya rasa aman, nyaman dan tanpa ketakutakan.

Gunawan menunduk. Mengecup bibir kaku wanita itu. Mulai menjalarkan jemarinya membelai tubuh wanita itu...

Nafasnya seketika memburu tidak teratur...

***end***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun