Mohon tunggu...
Susi Qory Utami
Susi Qory Utami Mohon Tunggu... Lainnya - squ1702

"Dia tahu aku mencintainya,tapi aku mencintainya lebih dari yang dia ketahui.” -Rumah Sufi- Mahasiswa UIN Khas Jember (ProgramDoc)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rasa yang Bercerita

13 Maret 2023   05:08 Diperbarui: 15 Maret 2023   05:39 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mentari enggan muncul dan rintik hujan membasahi pagi ini. Isha sudah berangkat ke sekolah menggunakan payung bermotif bunga tulip. Dia gadis remaja berumur 17 tahun dengan perawakan tinggi, berkulit sawo matang dan rambut terurai panjang. Dia tinggal bersama nenek Minah dan kakaknya bernama Nata. Dia lelaki tinggi berumur 20 tahun. Berbeda dengan Isha, dia kurus, berkulit kuning dan rambut pendek model "Oppa Korea". Dia masih berkuliah semester tiga di jurusan Teknik Informatika. Orang tuanya berada di luar kota. Mereka pulang hanya sekali dalam setahun. Terkadang juga tidak pulang karena urusan pekerjaan. Isha dan Nata sudah terbiasa akan ketidakhadiran orang tuanya, mereka lebih banyak bersama dengan neneknya. Nenek Minah menghabiskan masa pensiun dan lansianya dengan merawat koleksi tanaman.

Perjalanan menuju sekolah, Isha menikmati dengan menyusuri jalan yang basah dan memikirkan sosok rupa yang ada di dalam mimpinya. Sesosok laki-laki yang selalu duduk di hadapannya, berpakaian biru bersama Nata. Beberapa kali dia mimpi bertemu dengan orang yang sama. Namun dia tidak mengenali siapa sosok itu. Sesampainya di sekolah, Isha langsung menuju kelas. Hanya beberapa siswa terlihat berangkat pagi, mungkin mereka tidak mau datang terlambat hanya karena hujan. Isha duduk dibangku, meletakkan tas dan membuka buku. Dia mencoba menggambarkan sosok lelaki yang ada di dalam mimpinya dengan pensil. Isha, siswa yang sering mengikuti lomba melukis dari sekolah dasar dulu hingga menengah atas.

Isha menggambarkan dengan detail bagaimana sosok lelaki yang selalu duduk dihadapannya. Dia tidak menghiraukan teman-temannya banyak yang berdatangan. Teman sebangkunya, Alena diam-diam melihat Isha yang sedang menggambar. Dia tidak berani menegur dan memilih menunggu Isha sadar bahwa dirinya sudah duduk disebelahnya. Tetapi Isha malah tidak sadar Alena sudah duduk lebih dari 15 menit lamanya.

"Isha, kamu asyik sekali menggambar", tegur Alena yang tak sabar menunggu.

"Eh, Alena. Maaf ya,sudah lama kamu datang?", kaget Isha sambil cepat menutup bukunya.

"Lebih dari 15 menit aku melihatmu menggambar sketsa seorang lelaki. Siapa dia, Isha?", tanya Alena dengan menatap tajam Isha.

"Aku tidak mengenalnya. Dia selalu datang di mimpiku dengan duduk dihadapanku. Dia bersama Nata. Dia tersenyum sambil menatapku", jawab Isha.

 "Wah. . Secret Admirer-mu, Isha. Kalau dia bersama Nata, coba tanyakan. Kemungkinan dia teman kuliahnya", bantu Alena.

Bel masuk sekolah berbunyi, percakapan mereka berakhir tanpa ada kelanjutan dari Isha karena Guru Kimia sudah memasuki kelas. Pelajaran pertama sampai akhir, Isha tidak dapat berkonsentrasi dengan maksimal. Dia masih terbayang sosok laki-laki yang ada dalam mimpinya. Sepulang sekolah, Isha memberanikan diri bertanya kepada Nata. Hari itu, Nata sedang tidak ada kuliah.

"Kak, beberapa hari ini aku bermimpi ada sosok laki-laki dan dia bersamamu. Aku tidak mengenalnya", kata Isha

Mendengar adiknya berkata tentang hal itu, dia langsung menuju kamar dan mengambil seupucuk surat yang telah lama ia simpan dari Evan teman kuliahnya.

"Evan, teman kuliahku menyukaimu. Dia melihat kita saat ke toko buku. Dia terus bertanya perihal tentangmu dan menitipkan surat ini", Nata memberikan surat kepada Isha.

Isha membuka surat dengan kertas berwarna merah jambu. Dia membaca sebuah syair dari Kahlil Gibran yang Evan tulis untuknya.

Jatuh Cinta Padamu

Oleh: Kahlil Gibran

Mempesonanya kamu

Menyungging senyummu

Menghiasi raut wajahmu

Mendiamkan detak jantungku

Mataku jadi pencuri senyummu

Yang menghantam jantungku

Bingung tak menentu

Dengan kehadiranmu

Mungkinkah menerimaku

Kutakut kehilanganmu

Bila kau tahu perasaanku

Yang jatuh cinta padamu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun