Mentari enggan muncul dan rintik hujan membasahi pagi ini. Isha sudah berangkat ke sekolah menggunakan payung bermotif bunga tulip. Dia gadis remaja berumur 17 tahun dengan perawakan tinggi, berkulit sawo matang dan rambut terurai panjang. Dia tinggal bersama nenek Minah dan kakaknya bernama Nata. Dia lelaki tinggi berumur 20 tahun. Berbeda dengan Isha, dia kurus, berkulit kuning dan rambut pendek model "Oppa Korea". Dia masih berkuliah semester tiga di jurusan Teknik Informatika. Orang tuanya berada di luar kota. Mereka pulang hanya sekali dalam setahun. Terkadang juga tidak pulang karena urusan pekerjaan. Isha dan Nata sudah terbiasa akan ketidakhadiran orang tuanya, mereka lebih banyak bersama dengan neneknya. Nenek Minah menghabiskan masa pensiun dan lansianya dengan merawat koleksi tanaman.
Perjalanan menuju sekolah, Isha menikmati dengan menyusuri jalan yang basah dan memikirkan sosok rupa yang ada di dalam mimpinya. Sesosok laki-laki yang selalu duduk di hadapannya, berpakaian biru bersama Nata. Beberapa kali dia mimpi bertemu dengan orang yang sama. Namun dia tidak mengenali siapa sosok itu. Sesampainya di sekolah, Isha langsung menuju kelas. Hanya beberapa siswa terlihat berangkat pagi, mungkin mereka tidak mau datang terlambat hanya karena hujan. Isha duduk dibangku, meletakkan tas dan membuka buku. Dia mencoba menggambarkan sosok lelaki yang ada di dalam mimpinya dengan pensil. Isha, siswa yang sering mengikuti lomba melukis dari sekolah dasar dulu hingga menengah atas.
Isha menggambarkan dengan detail bagaimana sosok lelaki yang selalu duduk dihadapannya. Dia tidak menghiraukan teman-temannya banyak yang berdatangan. Teman sebangkunya, Alena diam-diam melihat Isha yang sedang menggambar. Dia tidak berani menegur dan memilih menunggu Isha sadar bahwa dirinya sudah duduk disebelahnya. Tetapi Isha malah tidak sadar Alena sudah duduk lebih dari 15 menit lamanya.
"Isha, kamu asyik sekali menggambar", tegur Alena yang tak sabar menunggu.
"Eh, Alena. Maaf ya,sudah lama kamu datang?", kaget Isha sambil cepat menutup bukunya.
"Lebih dari 15 menit aku melihatmu menggambar sketsa seorang lelaki. Siapa dia, Isha?", tanya Alena dengan menatap tajam Isha.
"Aku tidak mengenalnya. Dia selalu datang di mimpiku dengan duduk dihadapanku. Dia bersama Nata. Dia tersenyum sambil menatapku", jawab Isha.
"Wah. . Secret Admirer-mu, Isha. Kalau dia bersama Nata, coba tanyakan. Kemungkinan dia teman kuliahnya", bantu Alena.
Bel masuk sekolah berbunyi, percakapan mereka berakhir tanpa ada kelanjutan dari Isha karena Guru Kimia sudah memasuki kelas. Pelajaran pertama sampai akhir, Isha tidak dapat berkonsentrasi dengan maksimal. Dia masih terbayang sosok laki-laki yang ada dalam mimpinya. Sepulang sekolah, Isha memberanikan diri bertanya kepada Nata. Hari itu, Nata sedang tidak ada kuliah.
"Kak, beberapa hari ini aku bermimpi ada sosok laki-laki dan dia bersamamu. Aku tidak mengenalnya", kata Isha
Mendengar adiknya berkata tentang hal itu, dia langsung menuju kamar dan mengambil seupucuk surat yang telah lama ia simpan dari Evan teman kuliahnya.
"Evan, teman kuliahku menyukaimu. Dia melihat kita saat ke toko buku. Dia terus bertanya perihal tentangmu dan menitipkan surat ini", Nata memberikan surat kepada Isha.
Isha membuka surat dengan kertas berwarna merah jambu. Dia membaca sebuah syair dari Kahlil Gibran yang Evan tulis untuknya.
Jatuh Cinta Padamu
Oleh: Kahlil Gibran
Mempesonanya kamu
Menyungging senyummu
Menghiasi raut wajahmu
Mendiamkan detak jantungku
Mataku jadi pencuri senyummu
Yang menghantam jantungku
Bingung tak menentu
Dengan kehadiranmu
Mungkinkah menerimaku
Kutakut kehilanganmu
Bila kau tahu perasaanku
Yang jatuh cinta padamu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H