Mohon tunggu...
Susi Qory Utami
Susi Qory Utami Mohon Tunggu... Lainnya - squ1702

"Dia tahu aku mencintainya,tapi aku mencintainya lebih dari yang dia ketahui.” -Rumah Sufi- Mahasiswa UIN Khas Jember (ProgramDoc)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menulis Kerinduan di atas Air

28 Oktober 2022   12:54 Diperbarui: 28 Oktober 2022   13:13 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan lebat disertai gemuruh yang menggelegar masih menghiasi di langit sore. Asha termenung dengan merebahkan tubuh di atas kasur. Sesekali dia membuka sedikit tirai jendela dengan melihat halaman di luar yang basah.


Dia kini sudah berumur 18 tahun dan tumbuh seperti gadis pada umumnya. Dia memiliki paras manis dan berbulu mata lentik. Kulitnya kuning langsat dengan rambut setengah bahu bergelombang. Dia tinggal bersama banyak anak perempuan dari bayi hingga dewasa. Tempat tinggal yang menampung dan merawatnya milik Ibu Rose, bernama Panti Asuhan Rosemana.


Ibu Rose, perempuan berusia 58 tahun yang kini menghabiskan waktunya dengan anak-anak perempuan di Panti Asuhan. Beliau tidak mengurus sendiri keperluan panti. Ada Mak Nah dan suaminya Pak Man yang bekerja di tempat tersebut.


Asha setiap hari bersekolah tidak jauh dari Panti Asuhan. Anak-anak panti asuhan juga bersekolah dengan umur dan tingkatan mereka masing-masing. Mereka bisa  bersekolah dengan adanya bantuan dari para donatur tetap.


Tidak jarang, para donatur datang dengan memberikan hadiah dan menggelar acara bersama anak panti asuhan. Banyak anak yang sudah diadopsi oleh orang tua asuh. Hanya saja, Asha tidak pernah ada yang mengadopsi karena suatu hal yang tidak dapat disampaikan oleh Ibu Rose.


Dia juga masih bertanya tentang bagaimana dirinya bisa berada di Panti Asuhan Rosemana. Dia belum menemukan jawaban atas keberadaan orang tuanya. Dia pernah menanyakan kepada Ibu Roset tentanghal ini, tetapi beliau menjawab dengan cepat berlalu ke ruangan lain. Dia berpikir ada rahasia yang belum bisa diungkapkan tentang orang tua dan dirinya.

Dia sempat mencari tahu sendiri data dirinya saat membantu Mak Nah membersihkan Panti Asuhan dan setiap kali Ibu Rose sedang pergi menghadiri suatu acara. Namun, data tersebut tidak ketemu dan kemungkinan Ibu Rose meletakkannya berbeda dengan data diri anak yang lain.


Sepulang sekolah Asha berada di dapur mencuci piring bekas makan siang dan beberapa piring kotor lainnya. Dia mencoba bertanya kepada Mak Nah yang sedang memotong sayuran di meja dapur.


"Boleh aku bertanya kepada Mak Nah tentang suatu hal?" tanya Asha sambil membantu mencuci piring di dapur.


"Boleh, Nak. Tanya tentang apa?" Mak Nah berbalik tanya kepada Asha.


"Aku dulu di sini sejak umur berapa Mak? Pasti Mak tahu semua anak yang ada di Panti ini kan?" tanya Asha lagi sambil menulis huruf-huruf di air bak cuci piring.


"Dulu Nak Asha ke sini saat umur tiga bulan," jawab Mak Nah sekadar.


"Siapa yang membawaku ke sini Mak? Aku sudah tanya kepada Ibu Rose, tetapi beliau menjawabnya dengan segera berlalu," tanya Asha lagi sambil cepat membereskan piring yang telah dicuci dan langsung menghampiri Mak Nah duduk dekat pintu dapur Panti.


"Seorang perempuan mengantar dan menitipkanmu di sini kepada Ibu Rose. Setiap ulang tahunmu, dia selalu datang ke sini hanya sekadar menengok, menggendong, mencium, dan membawakanmu hadiah. Namun, ulang tahunmu yang keempat dia tak lagi datang. Ibu Rose menceritakan bahwa perempuan itu Ibumu dan dia meninggal ketika akan berkunjung ke ulang tahunmu yang keempat. Ibumu bekerja di luar kota dan keadaan ekonomi sulit. Ibu Rose memintaku untuk tidak memberitahukan hal ini sebelum Nak Asha berumur 18 tahun. Karena besok adalah ulang tahunmu kedelapan belas, Mak Nah menceritakan yang sebenarnya. Mak Nah tidak mau Nak Asha sampai sekarang tidak mengetahui," kata Mak Nah dengan memegang tangan Asha.


Asha mendengar jawaban Mak Nah dengan hati sesak dan air mata jatuh membasahi pipinya. Dia sama sekali tidak mengingat masa kecilnya dulu ketika setiap ulang tahun sampai tahun ketiga Ibunya berkunjung. Mak Nah menyeka air matanya  dengan tangan dan memintanya untuk kuat menghadapi jalan kehidupan ini. Mak Nah menyayangi semua anak perempuan yang ada di Panti selayak  anaknya sendiri. Dia sudah bekerja dan tinggal di Panti selama 30 tahun sejak rumahnya dilalap si jago merah.


Asha meminta Mak Nah untuk tidak menceritakan kepada Ibu Rose tentang apa yang sudah dia tanyakan kepadanya. Mak Nah berjanji tidak akan bercerita kepada Ibu Rose. Dia kembali ke kamar karena mendengar suara mobil Ibu Rose di garasi depan. Dia berjalan tertatih lesu dan tidak henti tangannya mengusap air mata yang terus mengalir.


Dia membuka handphone dan memutar lagu milik Andmesh Kamaleng yang berjudul Hanya Rindu. Dia membuka liriknya pada mesin pencari. Dia juga mendengarkan dan ikut menyanyikan lagu tersebut dengan isak tangis.

Saat kusendiri kulihat foto dan video
Bersamamu yang tlah lama kusimpan
Hancur hati ini melihat semua gambar diri
Yang tak bisa kuulang kembali
Kuingin saat ini engkau ada di sini
Tertawa bersamaku seperti dulu lagi
Walau hanya sebentar Tuhan tolong kabulkanlah
Bukannya diri ini tak terima kenyataan
Hati ini hanya rindu
Segala cara telah kucoba
Agar aku bisa tanpa dirimu, oh
Namun semua berbeda
Sulitku menghapus kenangan bersamamu
Kuingin saat ini engkau ada di sini
Tertawa bersamaku seperti dulu lagi
Walau hanya sebentar Tuhan tolong kabulkanlah
Bukannya diri ini tak terima kenyataan
Hati ini hanya rindu, oh
Hati ini hanya rindu, hm
Kurindu senyummu, Ibu


Asha mendengarkan lagu dengan berulang-ulang dengan menuliskan luapan perasaan pada Diary walaupun bukunya sedikit basah karena air mata yang masih saja menetes tidak berhenti.


Dear Diary,
Kehidupan ini memang sangatlah indah
Tetapi kenyataan menjadikannya pahit
Berusaha mencari Ibu yang telah melahirkanku
Namun takdir-Nya telah memisahkanku
Sedikit cerita tentangnya yang bisa aku dengarkan
Sampai saat ini hanya anganku menggambarkan
Bagaimana wajahnya?
Bagaimana suara lembutnya?
Bagaimana kehangatan pelukannya?
Hanya satu pintaku Tuhan
Jaga dia dengan penjagaan-Mu
Peluk dia dengan kelembutan-Mu
Sayangi dia seperti dia menyayangiku sejak kecil
Walaupun aku tidak tahu keberadaan pusaramu
Doa dan rinduku hanya untukmu, Ibu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun