Mohon tunggu...
Susi Qory Utami
Susi Qory Utami Mohon Tunggu... Lainnya - squ1702

"Dia tahu aku mencintainya,tapi aku mencintainya lebih dari yang dia ketahui.” -Rumah Sufi- Mahasiswa UIN Khas Jember (ProgramDoc)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan Itu, Ibuku

30 Juni 2021   23:22 Diperbarui: 30 Juni 2021   23:48 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siti Widowati, S.H.  merupakan anak kedua dari berempat saudara. Beliau dilahirkan dari Alm. Sapari dan Almh. Siti Mumpuni. Siti Widowati mempunya nama kecil, Titik panggilannya. Beliau di didik dalam keluarga Jawa yang sangat kental. Adat dan norma sangat di junjung tinggi dalam kehidupan sehari-hari. 

Masa Penjajahan Belanda membuat keluarga besar berpindah kota dan menyebar ke seluruh kota di Jawa Timur. Hanya karena Tentara Belanda mencari semua anak beserta cucu dari salah satu Pahlawan Indonesia. Ada yang menetap di Surabaya, Madiun, Mojokerto, Sidoarjo dan Jember. Keluarga Alm. Sapari yang menetap di kota paling timur, Jember sampai saat ini. Gelar Raden Ajeng tidak di pergunakan di kota yang baru.

Titik di masa kecil mengenyam pendidikan dari sekolah dasar sampai kuliah. Titik juga sering berpindah kota karena pekerjaan dari Akung sebagai Kepala Dinas Tenaga Kerja di Banyuwangi, Jember dan Malang. Namun, Titik tidak setuju berpindah lagi ke Malang karena akan menghambat pendidikannya. 

Titik tumbuh sebagai perempuan tangguh dan tegas. Beliau mempunyai prinsip saat sekolah,  harus menjadi wanita karir dan selektif dalam memilih pasangan. Saat kuliah beliau mengambil jurusan Hukum di Universitas Muhammadiyah Jember. Beliau bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah di Jember sampai menjadi Pegawai Negeri Sipil dan pensiun tahun 2020 kemarin.

Tahun 1991, Titik di persunting oleh lelaki asal Pamekasan, Madura bernama M.Hosen. Mereka di anugerahi seorang putri. Dua orang putri mengalami keguguran saat usia kehamilan 3 bulan. Saat hamil anak pertama, kondisi kehamilan sangat lemah. Namun dengan sekuat jiwa dan raga, Titik bisa melewatinya dan dipanggil Ibu. 

Beliau membesarkan putri semata wayang bersama suaminya. Mereka menyekolahkan dari Taman Kanak-kanak sampai pendidikan Pascasarjana. Pendidikan sangat diutamakan, karena untuk bekal putri tunggalnya nanti. Beliau mengajarkan kepada putrinya menjadi seorang anak yang tangguh, tegas, percaya diri dan pemberani. Tidak boleh lemah dan cengeng. Berjiwa kuat dan pantang menyerah. Semua harus di hadapi dengan usaha dan berdoa.

Saat putri semata wayangnya kuliah Strata 1, dia mempunyai teman dekat. Putrinya memperkenalkan Ibu kepada teman dekatnya. Beliau memberi tahu untuk berhati-hati karena teman dekatnya bukan teman yang baik. Namun, putrinya tidak percaya peringatan dari Ibu. Ibu mempunyai tekanan batin yang sangat kuat jika ada sesuatu hal yang berbeda dengan hatinya. Terjadilah kecelakaan bersama teman dekatnya,  menyebabkan putri semata wayangnya mengalami pembekuan darah di otak dengan melakukan CT-Scan sebulan setelah kejadian. Ibu sangat menyayangkan apa yang telah dialami oleh anak semata wayangnya.

Jam 00.30 dini hari, putrinya mengalami sakit kepala yang sangat sakit sekali. Ibu dan Bapak membawanya ke Unit Gawat Darurat Rumah Sakit. Tidak sampai opname, hanya rawat jalan. Sesampainya di rumah, Ibu menanyakan kepada putrinya.

"Awakmu kenopo sebenere?", tanya Ibu.


"Arek iku ngelarani aku lo, Bu", jawab putrinya sambil terisak tangis.


"Wis. Awakmu ora usah karo arek kuwi maneh. Ibu wis ngandani toh, awakmu ra nggatekne. Ibu iki wis keroso, arek kuwi kurang apik", kata Ibu dengan nada kesal.

Ibu tidak terima dengan apa yang telah di lakukan teman dekat putrinya, tidak hanya sekali namun berkali-kali.  Setelah kejadian tersebut, beberapa hari kemudian Teman dekatnya menemui Ibunya dan ingin meminta maaf.


"Bu, dalem nyuwun ngapunten kaleh Panjenengan. Kulo nggadah salah dateng putri Ibu", dengan suara lirih dan meminta maaf.


"Iyo Dek, aku nyepurani. Tapi ora usah karo anakku maneh yo. Aku duwe anak mung siji, lha kok dilarani karo wong liyo. Aku eman-aman ora tau tak gawe nangis opo maneh tak larani. Ojok dikiro keluarga iki keluarga ora nggenah lo Dek. Iso-isone ngelarani anakku", jelas Ibu.


"Inggih, Bu. Nyuwun ngapunten maleh. Dalem mboten maleh kados sakniki. Dalem nyuwun pangestu maleh kaleh putri Ibu. Dalem janji, menawi mangke wonten maleh kados niki, dalem mboten dateng mriki", pintanya.


"Ojok janji karo aku, Dek. Janji ning awakmu dewe ae. Mengko menowo dilanggar, kedaden ning awakmu dewe lo ya", jawab Ibu.


"Injih Bu. Dalem janji dateng dalem piyambak", janjinya.


Tanpa berselang waktu yang lama, teman dekat putrinya mengalami sakit dan meninggal dunia. Ibu dan keluarga datang takziah dan sampai saat ini masih menjalin persaudaraan dengan tidak mengingat apa yang telah terjadi. Semua dijadikan pembelajaran  hidup.

Tahun 2020, Ibu telah ditinggal oleh lelaki setelah 29 tahun membersamainya. Kesedihan tidak dapat di halang dan sembunyi. Hidup hanya berdua dalam satu rumah dengan putri semata wayangnya. Beliau raganya nampak kurus termakan oleh kesedihan. Namun, kehidupan masih harus berlanjut sampai akhir nanti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun