Bagi penyuka hiking, ada 2 candi di atas bukit yang dapat dikunjungi. Candi Bubrah dan Candi Angin. Keduanya berada di jalur yang sama. Kedua candi ini sudah diberi jalan setapak bersemen sehingga mudah dilalui. Jarak tempuhnya sekitar 2 jam jalan kaki. Jalanan menuju ke sana sangat indah dan melewati beberapa kebun kopi warga. Wangi bunga kopi yang lembut dan suara berisik belalang membuat wisatawan sangat menikmati perjalanan. Perjalanan pertama akan sampai di candi Bubrah terlebih dahulu. Candi Angin dapat dicapai dengan mendaki 30 menit lagi.
6. Sumur Batu Tua juga menjadi daya tarik tersendiri . Di dukuh Duplak (naik 3 km dari desa Tempur) terdapat sebuah sumur tua yang bentuknya mirip batu dengan 2 lubang. Sumur tua ini dipercaya sebagai lesung peninggalan Dewi Nawangwulan . Masyarakat percaya bahwa dahulunya di desa mereka tinggal bidadari bernama Dewi Nawangwulan yang kisahnya kita kenal.
Itulah 6 jenis wisata yang pernah saya nikmati di desa Tempur. Sebenarnya masih ada bumi perkemahan, kolam pemancingan serta kolam Nawangwulan. Padahal dalam 3 bulan ini, saya sudah ke sana 3 kali. Namun karena saya belum pernah mencobanya, saya tak dapat menuliskannya di sini. Semoga lain kali saya dapat ke desa ini lagi. Saya menyukai alam dan kehidupan desa yang tenang. Apalagi di sini keinginan saya menengok media sosial, grup whatsapp atau bermain game online langsung sirna karena tak ada akses internet. Adakalanya sinyal edge tertangkap, cukuplah untuk melihat chat whatsapp, namun godaan memegang smartphone kecuali tidur bisa sirna. Saya memang sudah kecanduan gadget sehingga hampir sulit melepas ponsel pintar saya barang sebentar jika senggang.
Desa tempur berada di tengah-tengah pegunungan Muria. Sebagian besar peneliti menyimpulkan bahwa desa ini merupakan kaldera gunung Muria Purba yang berukuran cukup besar. Sejak ledakan terakhir, gunung ini seakan tertidur dan membentuk beberapa gunung kecil. Desa Tempur berada ditengah-tengah barisan 7 gunung kecil yang termasuk dalam pegunungan Muria. Adapun 7 gunung (atau bukit?) yang sekaligus menjadi pembatas desa adalah Gunung Ngaringan, Gunung Tugel, Gunung Gajah Mungkur (utara), Gunung Kukusan (timur), Gunung Tunggangan, Gunung Sapto Renggo (nama lainnya Puncak 29 – Puncak Songo Likur) dan Gunung Candi Angin (Barat).
Sejauh yang saya ketahui, di desa ini hanya ada 1 menara milik Indosat. Saya yang menjadi pemakai setia Telkomsel sebagai komunikasi harus pasrah tanpa sinyal sama sekali. Bahkan paket internet indosat saya juga tak terjangkau sinyal karena saya lebih sering tinggal di dukuh Duplak (3 KM di atas desa Tempur). Tetapi saya justru sangat menikmati ketiadaan sinyal ini dan lebih menikmati liburan.
Ayo… kita ke wisata alam Tempur agar bisa merasakan sensasi bebas gadget. Seperti saya yang dalam 3 bulan sudah ke sana 3 kali karena sering kangen. Hehehe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H