Majelis Rutin Kajian Kitab 'Al-Khusyu' fi-Shalat' setiap Selasa malam Rabu Wage (selapanan) bersama ust. Zubaitul Ulum, S.Pd (Pembina Yayasan Shalat Center Tulungagung) merupakan kegiatan rutin yang dinantikan oleh Jamaah Masjid Nurul Hidayah Dukuh Klagen, Dusun Tanjung RT 03 RW 02 Desa Tanjungsari Kecamatan Karangrejo Tulungagung. Majelis episode kali ini (21 Januari 2025) bertepatan dengan tanggal 20 Rajab 1446 H, sehingga sengaja Takmir Masjid memadukan niatkan dengan Peringatan Isra' Mi'raj.
Sebagai pembuka majelis Gus Im (panggilan Gus Imam Rosyidi) memaparkan bahwa rutinan kali ini merupakan kegiatan spesial karena berada dalam bulan dimana Nabi Muhammad dikaruniai hadiah istimewa dari Allah SWT. Bulan dimana terjadinya peristiwa luar biasa, bulan diturunkannya kunci pembuka kebahagiaan dan keselamatan di dunia hingga akhirat, sebagai bagian dari mu'jizat terhebat dari Nabi kita. Setelah memberikan prolog, Gus Im selanjutnya menyerahkan majelis kepada Ustadz Ulum.Â
Ada beberapa Ibrah yang bisa kami petik pada majelis ini. Dimulai ketika Ustadz mengarahkan fokus perhatian semua jamaah, dengan menyampaikan bila bicara tentang kisah Isra' Mi'raj yakin semua telah mengetahui, sejak kita masih kecil, kisah itu seringkali kita dengarkan. Kesempatan kajian ini beliau akan memaparkan bagaimana praktiknya Isra' Mi'raj dalam kehidupan sehari-hari dalam hal ini sambungan erat dengan shalat dan secara khusus terkait erat dengan kitab yang dikaji rutin selama ini.
Berikutnya mempertajam dengan pertanyaan pemantik dari Ustadz, 'Mengapa setiap tahun dilaksanakan peringatan Isra' Mi'raj?' Kalau dari sisi nasionalisme, 'Mengapa tiap tahun diperingati HUT-RI?' Semua itu karena ada suatu hal penting, bahkan sangat penting, ada kejadian istimewa, kejadian luar biasa yang perlu terus diingat, jangan sampai terlupakan, dan di dalamnya banyak nilai tarbiyah yang bisa kita ambil.Â
Kajian malam ini tak hanya memperdalam pengkokohan iman atas kejadian luar biasa, dari sudut pandang logika diluar nalar, namun dari sisi spiritual semua adalah menggambarkan bahwa Tuhan berkuasa atas segalanya. Allah yang maha suci memperjalankan hamba pilihan, dan terkasih-Nya, dalam sekejab dengan menempuh jarak yang teramat jauh. Jarak antara Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho kurang lebih 1.500 Km, jika berjalan kaki dibutuhkan waktu 40 hari, sedangkan bila menggunakan mobil butuh waktu kurang lebih 15 jam. Sementara Nabi hanya butuh waktu satu malam, lebih menakjubkan lagi dengan waktu sesingkat itu Nabi juga telah sampai ke Sidratul Muntaha dan kembali ke tempat tinggal Beliau.
Sebagaimana firman Allah yang artinya"Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sungguh Dia Maha Mendengar, Maha Melihat" (QS Al Isra ayat 1).
Nah, inilah mengapa kami mengambil sebuah pelajaran bahwa 'Kejadian luar biasa (Isra' Mi'raj) sebagai pembuka gerbang hidup yang istimewa?' Pertama, Isra' Mi'raj merupakan kejadian ajaib, luar biasa, sangat hebat, dimana tak ada yang menandingi anugerah kehebatannya diantara hamba Allah lainnya. Dalam kejadian ini Allah hendak menunjukkan bahwa Shalat adalah amal ibadah yang luar biasa pula. Betapa tidak, bagi hamba yang menegakkan shalat Allah anugerahkan keutamaan yang tak diberikan pada ibadah yang lain.
Kedua, perjalanan dari rumah kita masing-masing menuju ke masjid untuk berjamaah shalat sangat identik dengan peristiwa Isra', dimana Allah menganugerahi setiap langkah kaki hamba dengan keberkahan, berupa ampunan dan rahmad (kasih sayang-Nya).Â
Ketiga, Isra' Mi'raj memberikan teladan untuk menjaga kesucian jasmani maupun hati sebagaimana dicontohkan Nabi ketika hendak Mi'raj dibersihkan oleh Malaikat Jibril. Kotoran jasmani lebih mudah membersihkannya cukup dengan wudhu, mandi, kotoran pada pakaian dengan mencucinya, sedangkan kotoran dalam hati tak tampak dan sering kita abaikan saat kita menghadap kepada Allah (shalat). Seperti iri, dengki, perseteruan, rasa tidak suka kepada saudara, dan lainnya. Semua kotoran tersebut menjadi penghambat perjalanan kita menuju Allah.