Mohon tunggu...
PAK Shoes
PAK Shoes Mohon Tunggu... Lainnya - Ringan, Relevan, dan Refresh

Turut berperan aktif dalam berbagai kegiatan penyuluhan antikorupsi, menulis artikel ringan, berita-berita relevan, dan merefresh berbagai keadaan untuk memunculkan lebih banyak lagi valuenya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Harlah ke 102 Nahdlatul Ulama di MWCNU Karangrejo

18 Januari 2025   09:57 Diperbarui: 18 Januari 2025   10:04 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peringatan Hari Lahir (Harlah) ke 102 Nahdlatul Ulama diselenggarakan secara serempak mulai dari Pengurus Besar, Wilayah, Cabang, Majelis Wakil Cabang hingga ke Ranting-ranting. Peringatan dimaksud tak hanya sekedar mengingat kembali peristiwa penting berdirinya ormas terbesar tersebut, namun lebih dari itu adalah mengambil intisari pembelajaran dari para Pendiri dan pejuang organisasi.

Kegiatan senada, di wilayah dakwah MWCNU Karangrejo dilaksanakan pada Hari Jum'at tanggal 17 Januari 2025 di Gedung MWCNU Karangrejo. Hadir sebagai undangan kehormatan adalah Forkopimcam Karangrejo (Bapak Camat, Bapak Danramil, dan Ibu Kapolsek Karangrejo), Kepala KUA Karangrejo, Kepala MTsN 6 Tulungagung, Kepala Desa se-Kecamatan Karangrejo, Pengurus Ranting NU, Lembaga dan Banom, dan tentu segenap Pengurus MWCNU Karangrejo. 

Acara dimulai dengan 'Khotmil Qur'an' yang dimulai pukul 18.30 WIB hingga selesai. Selanjutnya diteruskan dengan sambutan-sambutan mulai dari Ketua MWCNU Karangrejo Bapak Drs. H. Muhammad jauhari, M.Ag, sambutan selanjutnya dari Syuriah NU yang dalam hal ini diwakili oleh Bapak H. Asrori, M.Pd.I (Katib Syuriah). Acara puncak peringatan adalah memanjatkan doa bersama untuk para Muasis, para pejuang tegaknya akidah ahlussunnah waljamaah an-nahdliyah, dan semua leluhur kita. Agenda puncak ini dipimpin oleh Kyai sepuh kharismatik Romo KH. Abdul Mujib Ghozali (jajaran syuriah MWCNU Karangrejo).

Peserta menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan Mars Syubanul Wathon
Peserta menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan Mars Syubanul Wathon

Mengutip penyataan Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengajak Nahdliyin untuk membayangkan detik-detik lahirnya NU pada 16 Rajab 1344 Hijriah. Mengingat, momen itu saat keterbatasan penunjang dan akses untuk melahirkan sebuah organisasi. "Tentu jika tidak ada sikap zuhud, jihad, niat, kesungguhan yang prima, amanah. Maka saat ini kita tidak akan bisa merasakan kebesaran NU," katanya saat menyampaikan Taujihat pada Kick Off Hari Lahir (Harlah) ke-102 NU di Aula KH M Hasyim Asy'ari, lantai 3 Kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, Kota Surabaya, Kamis (16/01/2026).

Dari penjelasan Beliau kita dapat memetik pelajaran bahwa untuk mempertahankan dan terus melestarikan perjuangan dan cita-cita berdirinya NU tentu harus dengan tetap mempertahakan sikap-sikap istimewa sebagaimana di atas. Sikap tersebut telah terbukti 'ampuh' sehingga NU masih terus bisa eksis hingga diusia 102 tahun ini. Jika masing-masing warga nahdliyin, baik pengurus maupun bukan, mereka mau mempertahankannya, maka dimasa yang akan datang akan kembali menjadi bukti bahwa sikap tersebut adalah benar-benar menjadi modal inti sebuah perjuangan.

Seluruh peserta antusias mengikuti rangkaian acara hingga tuntas
Seluruh peserta antusias mengikuti rangkaian acara hingga tuntas

Dalam tulisannya, KH Ma'ruf Khozin (PWNU Jatim) menjelaskan, "Di buku-buku tersebut banyak sekali menyebut sosok Syekh Ibnu Taimiyah. Namun alhamdulillah, Allah mempertemukan saya dengan para ulama yang berhadapan dengan Syekh Ibnu Taimiyah di masanya seperti Imam As-Subki, maupun para ulama ahli hadis sesudahnya yang berpihak pada Imam As-Subki, seperti Al-Hafidz Ibnu Hajar. Maka di situlah tertanam keyakinan yang lebih kuat bahwa jalur yang sudah ditempuh oleh para ulama yang mengikuti 4 Mazhab Fikih dan Akidah Asyari adalah jalan yang benar, bukan sekedar diikuti oleh mayoritas Muslim tetapi sudah berjalan ribuan tahun".

Inilah (Nahdlatul Ulama) yang saya yakini sebagai As-Sawad Al-A'dzam, golongan mayoritas Umat Islam yang tersebar banyak dalam sabda-sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Di antaranya, "Umatku tidak akan berkumpul di atas kesesatan. Jika kalian melihat perbedaan, maka ikutilah mayoritas umat Islam" (HR Ibnu Majah). Dalam sabdanya yang lain, "Bani Israil pecah menjadi 71 gologan. Umat ini akan bertambah jumlah golongannya. Semua masuk neraka, kecuali kelompok mayoritas" (HR Thabrani, para perawinya terpercaya).

Melalui tulisan singkatnya KH Ma'ruf Khozin memberikan pemahaman dan keyakinan bahwa NU adalah kelompok mayoritas sebagaimana ditunjukkan oleh Nabi melalui sabdanya tersebut. Penjelasan tersebut di atas juga menjadi sebuah penegasan identitas baik pribadi (warga nahdliyin) maupun organisasi tempat mereka belajar dan mempertahankan diri dalam akidah yang lurus. Yang selama ini kita ikuti adalah sudah benar, bahwa yang dimaksud 'AS-Sawad Al-A'dham' itu NU.

Melalui Harlah ke 102 Nahdlatul Ulama meneguhkan komitmennya "Bekerja Bersama Umat untuk Indonesia Maslahat", semoga Allah meridhoi perjuangan ini, aamiin...

KH Abdul Mujib Ghozali (jas hitam) bersama Pengurus MWCNU Karangrejo
KH Abdul Mujib Ghozali (jas hitam) bersama Pengurus MWCNU Karangrejo
Foto selengkapnya
Foto selengkapnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun