Tertipu?
Dalam muhasabah mungkin kita menemukan hal sebagaimana diingatkan dalam kitab Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah: "Diantara orang-orang yang tertipu adalah dia yang menduga ketaatannya lebih banyak daripada kemaksiatannya." Waspalah jangan-jangan kita masuk trap tipuan nafsu dan setan!?
Tipuan tersebut begitu halus, dalam evaluasi diri tersaji dengan argumentasi bahwa kita sudah banyak membaca wirid, dzikir, mengagungkan nama Allah dan lain kebaikan yang kita rasakan. Pada slide lain memaparkan berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk membicarakan keburukan orang lain, menyakiti sesama bahkan orang tua, dan melakukan berbagai tindakan buruk lainnya. Dari sini awal tertipunya, jika kita menyimpulkan bahwa paparan kedua masih lebih sedikit dibanding pertama.Â
Karena itu, dalam bermuhasabah, kita harus benar-benar memperhatikan setiap detail yang kita lakukan, sekecil apapun secara jujur, proporsional, dan semata dipandang serta mengharap ridho Allah. Inilah sebagai pengkal dari tipuan.
Linier dengan perkataan Sayyidina Umar bin Khattab, "Hisablah kalian sebelum kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk menghadapi penyingkapan yang besar. Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia."
Apa yang diungkapkan oleh Khalifah Umar di atas dapat kita pahami bersama bahwa semakin sering kita melakukan muhasabah, maka akan terus beban beratnya hisab di akhirat. Jika kita kembali mengingat pesan bijak dari leluhur kita di atas, sepertinya sangat identik dengan sabda Nabi dan perkataan Sayyidina Umar tersebut.Â
Semoga bermanfaat, dan selamat menyongsong harapan baru yang lebih baik.
*) Anggota SPK Tulungagung, Paksi Jatimpak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H