Mohon tunggu...
PAK Shoes
PAK Shoes Mohon Tunggu... Lainnya - Ringan, Relevan, dan Refresh

Turut berperan aktif dalam berbagai kegiatan penyuluhan antikorupsi, menulis artikel ringan, berita-berita relevan, dan merefresh berbagai keadaan untuk memunculkan lebih banyak lagi valuenya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Heran

25 Desember 2024   07:02 Diperbarui: 25 Desember 2024   07:06 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang itu kira-kira jam 12.3o WIB, Heranto segera memutar roda kendaraannya, dan bergegas menuju titik lokasi dimana Si Bos menunggu. Sampai dilokasi penjemputan, ia segera turun dari mobil dan membuka pintu samping seraya mempersilahkan dengan menunduk, kode jari jempol diiringi senyum khasnya. 

"Her, kita cari warung dulu ya. Udah laper banget nih..." Instruksi Si Bos setelah masuk dan nyaman duduknya.

"Iya Pak, siap. Mau makan dimana?" Jawab dan tanya Her memperjelas tugas.

"Warung makan yang terjamin halalnya Her, saya takut salah pilih disini infonya terkenal banyak warung yang menyajikan menu gak halal..." percakapan singkat tersebut sudah bisa memberi arah harus melaku kemana.

Heranto adalah sopir pribadi seorang pengusahan besar yang cukup terkenal karena kesuksesan usahanya, kekayaan hartanya, dan jaringan koneksinya yang luas. Karena baru tiga bulan bekerja, maka Heranto masih belum hafal betul akan kebiasaan Si Bos. Dalam hati Heranto bangga dengan Si Bos, beliau itu orang kaya, tapi urusan makanan selama ini memperhatikan banget jenis makanan yang dikonsumsi, sederhana,alami,  dan mempertimbangkan kehalalannya. 

Hari-hari berjalan seperti biasa, pagi sambil membersihkan kendaraan Si Bos, ia menunggu jadwal tugas akan mengantar kemana. Pulang tak tentu jamnya, karena full mengikuti kemana Si Bos saja agendanya. Begitulah rutinitas Si Her setiap hari.

"Bagaiman Pah kerja Si Her?" Tanya Istri Pak Kayana Susa.

"Bagus Mah, ia itu sopan, jujur dan disiplin..." Pak Yana memberikan penilaian atas kerja Heranto sopir barunya.

Suatu hari Heranto merasa kondisi fisiknya terasa drop, karena kecapekan, dan kondisi perabuhan iklim yang cukup drastis.  Heranto mengajukan ijin kepada Pak Yana, syukur Beliau memberikan ijin untuk memulihkan fitalitas. Heranto diberi cuti istirahat sesuai dengan surat dari dokter yang ia sodorkan kepada Pak Bos.

Selama hari cuti dan memulihkan kesehatan diri, dan untuk menusir sepi Heranto memantau perkembangan informasi dunia luar melalui HP yang setia, dan sabar ketika ditanya. Fitalitas Heranto semakin membaik dan pada hari ketiga cutinya sudah terasa pulih seperti saat sehatnya. Malam itu ia begitu semangat untuk mempersiapkan esok pagi bersama terbit mentari bisa bekerja kembali. 

Heranto menikmati malam itu dengan nonton tivi bersama keluarga. Ditengah keceriaan keluarga sederhana menyimak sinetron komedi, suasana batin Herantoi dikagetkan dengan tulisan pada runningtext di layar tivinya. 

'Telah terjadi operasi tangakap tangan oleh KPK kepada Saudara KS Pimpinan PT Kayana Susa'..... Heranto beberapa kali mengusap matanya, dan lebih tajam memelototi tivi. Istri dan anaknya pun serius memperhatikan perubahan raut muka Sang Kelapa Keluarga. 

"Ada apa sih Yah.??? Kok begitu tegang.." Heranto tak menjawab dengan sepatah katapun, iya mengisyaratkan dengan jari telunjuk agar melihat pada teks di tivi. Mereka bertigapun kembali menyimak tayangan tivi dengan lebih jeli. Betapa terkejutnya setelah teks itu muncul lagi, ketiganya saling pandang dalam tanya penasaran, kaget, dan tak menduga.

"Hape, hape, tolong nak ambilkan hape ayah!!", perintah Heranto kepada anaknya. Adi segera ke kamar dan memberikan hape dimaksud kepada Sang Ayah.

Heranto segera buka hape, dan betapa kagetnya di medsos sudah vyral memberitakan, bahwa yang dimaksud dalam runningtext adalah benar ia adalah Pak Yana, Si Bos sendiri. Dari berita itu diketahui bahwa Pak Yana terlibat kasus Gratifikasi dan Suap kepada Pejabat untuk memuluskan proyek-proyeknya selama ini.

"Kok bisa ya Yah, kalau memperhatikan cerita dari Ayah tentang Pak Yana, gak mungkin deh rasanya..???" Tanya Aini Sang Istri keheranan.

"Iya Bu, saya gak habis pikir. Beliau membeli makanan halal dengan uang yang bersumber begituan??!!..." Heranto menghentikan kalimatnya sambil memegang kepala. Ia benar-benar heran, kok bisa begitu ya.

Notes: Nama tokoh, alur, dan kejadian hanyalah fiksi semata untuk memberikan edukasi Antigratifikasi dan dampak negatif yang ditimbulkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun