Mohon tunggu...
susilo ahmadi
susilo ahmadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - sekedar menyalur hobi menulis

cuma orang biasa aja

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kami Butuh Edukasi Perawatan Lansia untuk Berbakti pada Orangtua

11 Juli 2019   11:50 Diperbarui: 11 Juli 2019   18:25 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi newoldage.blogs.nytimes.com Ed Kashi | Corbis 

Saya yakin salah satu penyebabnya adalah konsumsi antacid berlebihan dalam jangka panjang itu. Kalau saya amati biang keladi maag yang tak sembuh-sembuh itu adalah pola makan emak yang salah. 

Emak memiliki kebiasaan jelek hingga kini yaitu makan malam lewat pukul 20 bahkan kadang menjelang tidur emak masih makan berat. Kalau saya ingatkan emak selalu beralasan jika beliau tidak bisa tidur nyenyak kalau perutnya tak kenyang. Sebuah keyakinan orang-orang zaman dahulu yang sudah tidak relevan di masa kini.

Penyakit lainnya adalah nyeri-nyeri di kaki yang saya yakini merupakan salah satu gejala osteoporosis. Untuk ini emak menghantamnya dengan pil kecethit.

Kalau kehabisan pil kecethit ini dan tak sempat menyuruh saya ke warung (misal tahu saya sedang sibuk atau tak ada di rumah) maka emak selalu mengonsumsi berbagai obat pereda nyeri mulai dari Ne*ralg*n, paracetamol, ibuprofen, diklofenac, asam mefenamat, metampirone, dll. Kulkas bukan penuh oleh bahan makanan tetapi oleh kresek berisi obat-obatan emak. 

Emak sudah seperti apotek berjalan saja. Untuk mengurangi osteoporosis saya pernah anjurkan emak untuk berolahraga sebentar di pagi hari dengan jalan kaki. 

Setiap usai berolahraga beliau merasa badannya lebih bugar dan nyerinya jarang kambuh tetapi eh bertahan hanya 2 pekan dan setelah itu beliau berhenti dengan alasan sibuk, malas, tidak sempat, dll. Saya tidak mungkin memaksanya terus untuk berolahraga jadi akhirnya saya biarkan saja sampai sekarang.

Bukan cuma itu saja emak juga sangat rajin berobat ke dukun pijat. Minimal sepekan sekali beliau pergi ke sana. Masalahnya bukan pijatannya itu tetapi oleh mbah dukun emak selalu diberikan jamu.

Nah saya hanya menduga jika jamu inilah yang menjadi biang kerok serangan maag emak tak pernah berkurang.

Saya ingat benar jika salah satu dokter langganan emak pernah mewanti-wanti agar emak tidak mengonsumsi jamu. Bukan berarti saya anti jamu tetapi saya hanya melihat bahwa banyak jamu yang beredar (terutama jamu racikan homemade) tidak dibuat dengan standar farmasi herbal yang benar. 

Walaupun jamu dari bahan alam seperti tumbuh-tumbuhan bukan berarti aman 100% karena tetap saja ada risiko tersembunyi jika konsumsinya tak benar apalagi jamu abal-abal yang sudah dicampur analgesik atau antibiotik. Dulu sewaktu saya masih SD, saya ingat sekali booming daun kompring. 

Daun ini konon bisa mengobati segala penyakit (panacea). Di mana-mana orang-orang pun berburu daun kompring ini. Akan tetapi beberapa tahun kemudian entah mengapa reputasi daun kompring ini memudar. Setelah masuk kuliah baru saya mendapatkan sebuah informasi jika daun ini bisa menyebabkan kerusakan hati. Nah lho bukan berarti herbal lantas aman sepenuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun