Sumber gambar: Shutterstock.
Ada banyak sekali tokoh di dalam sejarah Islam tetapi favorit saya adalah Umar Bin Khattab ini. Kadang saya berkhayal seandainya saja beliau hidup di jaman ini di negeri kita ini.
 Yang saya sukai dari beliau adalah mampu menegakkan hukum dengan tegas tanpa pandang bulu tanpa tebang pilih. Ini relevan sekali dengan kondisi bangsa kita saat ini dimana penegakan hukum masih sangat lemah bahkan oleh negara-negara lain terkenal jika hukum kita bisa dibeli. Hampir semua persoalan yang timbul selalu berakar dari penegakan hukum ini.Â
Contohnya korupsi yang masih merajalela adalah sebuah bukti jika para pelaku itu tidak takut dan tidak peduli dengan hukum negeri ini. Kalau saya analogikan hukum seperti operating system (OS) smartphone yang membuat smartphone itu bisa berfungsi dengan baik. Tanpa OS ini sebuah smartphone tak lebih dari sebuah benda mati yang tidak ada gunanya sama sekali (mungkin masih bisa dibuat ganjal pintu kali).
 OS dibuat dengan bahasa pemrograman yang berisi ribuan atau jutaan baris atau kode perintah yang menuliskan bagaimana berbagai komponen dalam hardware bekerja dan berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Jika komponen-komponen hardware ini tidak bekerja sesuai dengan arahan OS-nya maka kita sebagai pengguna smartphone akan langsung mengatakan bila smartphone telah rusak atau error. Sama halnya jika penegakan hukum di sebuah negara tidak berjalan dengan baik maka negara cepat atau lambat akan menjadi rusak.
Tidak ada negara maju yang hukumnya tidak tegak dan sebaliknya. Jika orang semakin nyaman melakukan berbagai pelanggaran hukum maka di situlah fungsi hukum akan mandul karena hukum tak lebih dari sekedar tulisan di atas kertas atau buku.Â
Tidak perlu jauh-jauh untuk melihat pelanggaran-pelanggaran hukum di sekeliling kita. Cukup buka pintu dan saksikan jalan raya nan padat oleh kendaraan di depan rumah.Â
Tidak perlu sampai semenit kita sudah bisa menyaksikan orang naik motor tidak menggunakan helm. Kita juga akan bisa melihat pengendara dengan begitu nyamannya melewati marka tanpa putus padahal jelas itu tindakan yang sangat berbahaya.Â
Kalau malam juga kita akan bisa melihat beberapa pengendara naik dengan motor yang tidak menyala lampunya. Mungkin pelanggaran hukum lalu lintas adalah jenis pelanggaran yang kecil dan sepele tetapi dari yang kecil ini orang akan melakukan sebuah induksi pemikiran bahwa mereka akhirnya bisa melakukan pelanggaran-pelanggaran lainnya yang lebih besar.Â
Tertib berlalu lintas adalah cermin budaya bangsa. Nah kalau tidak tertib berarti budaya kita adalah budaya yang tidak mau menaati aturan alias semaunya sendiri.Â
Sekali lagi kejadian kerusahan pada 22 Mei lalu adalah buktinya. Para perusuh bisa semaunya menjarah, membakar kendaraan, melempar bom molotov, dll padahal banyak polisi berdiri di depan mereka.
Jadi teringat akan salah seorang teman dekat yang telah berjuang selama bertahun-tahun mempertahankan tanah yang dimilikinya. Saya tahu benar jika dia berada di pihak yang benar (saya tahu betul siapa dia) tetapi karena tidak tegaknya hukum di negara ini jadilah proses peradilannya berlarut-larut hingga belasan tahun dan berakhir dia menyerah.Â
Saya tidak bisa membayangkan selama belasan tahun itu sudah berapa banyak kerugian materi, waktu, tenaga, dan pikiran yang telah dideritanya. Sepertinya penegakan hukum akan tetap menjadi PR besar bagi siapapun yang sedang dan akan memimpin bangsa ini. Kita semua saat ini membutuhkan hadirnya sosok Umar Bin Khattab ini yang sayangnya hingga detik ini saya masih belum bisa melihatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H