Mohon tunggu...
Susilo Hartini
Susilo Hartini Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru SMA KRISTEN GLORIA 1 SURABAYA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Efektivitas Pembelajaran di Masa Pandemi

10 November 2020   14:25 Diperbarui: 10 November 2020   15:05 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa pandemi sudah delapan bulan berlalu. Virus Covid 19 membawa dampak luar biasa dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Tidak hanya di Indonesia, berbagai negara di belahan dunia pun mengalami hal serupa.Tidak hanya bidang ekonomi, dan sosial, pendidikan pun terdampak. Jagat Pendidikan Indonesia terguncang. Guru, orang tua bahkan peserta didik kalang kabut.

 

Kondisi seperti ini, bagi guru, hal baru dalam kancah pembelajaran, siap tidak siap harus mempersiapkan pembelajaran daring (dalam jaringan). Pembekalan terhadap cara penyampaian materi melalui daring, bahkan sampai pada pembelajaran yang menyenangkan (student wellbeing) menjadi tumpuan guru.

Hal ini pun bukan merupakan sesuatu yang menggembirakan bagi para orang tua. Pada awal pandemi orang tua  mengalami ketidaksiapan pula, karena harus mendidik anak di rumah sementara mereka pun harus bekerja atau melakukan pekerjaan rumah. Pada awalnya mereka yang  sering mengkritik cara guru mengajar, akhirnya ikut merasakan susahnya mendidik anak sendiri.

 

Berbeda halnya dengan para siswa. Hal ini membuat mereka pun stress berat karena tidak bias ke mana-mana, tidak bias bertemu kawan bahkan tidak bias keluar rumah sekalipun. Pembelajaran menghadapi benda mati, tidak bias bertanya secara langsung dengan guru, membuat mereka tidak antusias lagi bahkan cenderung bosan.

Seiring berjalannya waktu, apa yang terjadi di atas menjadi budaya baru yang harus dilakukan dan dijalani. Lambat laun guru, orang tua, dan siswa dapat menyesuaikan diri dengan kondisi ini.

 

Masa pandemi sekarang ini pembelajaran daring dilakukan dengan menggunakan jaringan internet melalui  aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran. Penelitian yang dikakukan oleh Zhang et al., (2004) menunjukkan bahwa penggunaan internet dan teknologi multimedia mampu merombak cara penyampaian pengetahuan dan dapat menjadi alternative pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelas tradisional.

Saat pelaksanaannya ,  pembelajaran daring memerlukan dukungan perangkat-perangkat elektronik seperti smartphone, laptop, komputer, tablet, dan iphone yang dapat digunakan untuk mengakses informasi kapan saja dan di mana saja.

 

Kelebihan perangkat-perangkat di atas dalam pembelajaran daring dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, serta tidak terikat ruang dan waktu. Kemampuan smartphone dan laptop dalam mengakses internet membantu siswa untuk mengikuti pembelajaran daring, selain itu juga dapat berinteraksi langsung baik kepada guru maupun kepada teman-teman.

Di balik kelebihan-kelebihan di atas, ada kendala yang dihadapi para siswa yaitu ketersediaan layanan internet. Sebagian besar siswa mengakses internet menggunakan layanan selular, dan sebagian kecil menggunakan layanan WiFi. Demikian halnya bila siswa berada di wilayah yang tidak ada jaringan internet, mereka mengalami kesulitan sinyal. Jika ada sinyal yang didapatkan sangat lemah sehingga  hal ini menjadi tantangan berat dalam penerapan pembelajaran daring.

Mengikuti  pembelajaran daring, siswa harus mengeluarkan biaya cukup mahal untuk membeli kuota data internet,  ini merupakan tantangan lain yang dihadapi yaitu kendala dalam pembiayaan pembelajaran daring. Dalam pembelajaran bentuk daring khususnya konferensi video menghabiskan banyak kuota data, sementara diskusi online melalui applikasi pesan instan tidakmembutuhkan banyak kuota.

Walaupun penggunaan perangkat elektronik di atas dapat mendukung pembelajaran daring, tetapi ada dampak negatif yang perlu mendapat perhatian dan diantisipasi yaitu penggunaannya yang berlebihan. Perlu dikhawatirkan masuknya informasi yang menyesatkan dan siswa tidak perhatian selama belajar akibat bermain media sosial. Satu hal lain yang perlu juga diwaspadai , yaitu peserta didik yang kecanduan hp  memiliki masalah akademik dan social. Peserta didik pada masa sekarang lebih mementingkankan gadget dari pada belajar dapat dipastikan memiliki masalah emosional dan perilaku.

Dalam upaya memutus matarantai penyebaran Covid-19, menggunakan aplikasi-aplikasi pembelajaran yang dapat diakses dengan jaringan internet, siswa puas dengan pembelajaran yang fleksibel. Dengan pembelajaran daring mereka dapat mengikuti pembelajaran dari rumah masing-masing maupun dari tempat di mana saja. Dengan pembelajaran daring, guru memberikan pembelajaran melalui kelas-kelas virtual yang dapat diakses di mana pun dan kapan pun tidak terikat ruang dan waktu. Fleksibilitas waktu, metode pembelajaran, dan tempat dalam pembelajaran daring berpengaruh terhadap kepuasan siswa terhadap pembelajaran.

Hal yang lebih unik adalah siswa merasa lebih nyaman dalam mengemukakan gagasan dan pertanyaan dalam pembelajaran daring. Kelas daring membuat mereka tidak merasakan tekanan psikologis dari teman sebaya yang biasa mereka alami ketika mengikuti pembelajaran tatap muka. Para siswa juga berani berekpresi dalam bertanya dan mengutarakan ide secara bebas.

Pembelajaran daring sanggup menumbuhkan kemandirian belajar (self regulated learning) karena dalam pembelajaran daring lebih bersifat berpusat pada siswa yang menyebabkan mereka mampu memunculkan tanggung jawab dan otonomi dalam belajar. Siswa mampu mempersiapkan sendiri pembelajarannya, mengevaluasi, mengatur dan secara simultan mempertahankan motiviasi dalam belajar.

Keberadaan  siswa dan guru yang terpisah membuat para siswa tidak dapat diawasi secara langsung sehingga tidak dapat diketahui dengan baik apakah siswa tersebut benar-benar mengikuti pembelajaran dengan baik atau melamun saja, hal ini merupakan tantangan khusus pembelajaran daring . Oleh karena itu sangat disarankan bila pembelajaran daring sebaiknya diselenggarakan dalam waktu tidak lama mengingat siswa tidak bias berkonsentrasi. Hal lain yang mengkhawatirkan adalah siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran yang diberikan secara daring. Para siswa menyatakan bahwa pemberian tugas tidak cukup karena perlu penjelasan secara langsung oleh guru.

Pada akhirnya yang diharapkan dari pembelajaran daring adalah pemutusan penyebaranCovid 19 yang terus menyebar. Pencegahan wabah ini dilakukan dengan menghindari interkasi langsung orang yang terinfeksi dengan orang-orang yang beresiko terpapar virus corona ini. Dengan pembelajaran daring, siswa dapat mengakses materi pembelajaran dan mengirim tugas yang diberikan guru tanpa harus bertemu secara fisik di sekolah. Tindakan ini bisa mengurangi timbulnya kerumunan massa di sekolah seperti yang terjadi pada pembelajaran tatap muka.

Pembelajaran daring efektif untuk mengatasi pembelajaran yang memungkinkan guru dan siswa ber interaksi dalam kelas virtual yang dapat diakses di mana saja dan kapan saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun