Mohon tunggu...
Susiii Laaa
Susiii Laaa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - MAHASISWA

Menggambar dan melukis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teknologi Kesehatan Presisi: Tumpuan Anak Muda Indonesia untuk SDG 3

22 Agustus 2023   11:41 Diperbarui: 22 Agustus 2023   11:46 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia Emas 2045 adalah impian besar yang mendorong anak muda Indonesia untuk melangkah maju sebagai agen perubahan dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Di tengah dinamika revolusi industri 4.0, muncul sejumlah pemuda berbakat yang mengambil peran sebagai inovator, dan Ksatria Airlangga adalah contoh gemilang. Gagasannya tentang transformasi teknologi kedokteran menjelma menjadi pemacu penting menuju prestasi SDG 3 -- "Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan" -- menggambarkan betapa anak muda Indonesia dapat membawa perubahan positif yang substansial.

Tidak dapat diabaikan bahwa tantangan kesehatan di Indonesia merupakan faktor krusial yang perlu segera diatasi dalam perjalanan menuju Indonesia Emas 2045. Ksatria Airlangga menyuarakan gagasan tentang peningkatan layanan kesehatan yang akurat dan presisi melalui teknologi kesehatan canggih. Ini berarti lebih dari sekadar inovasi; ini adalah langkah revolusioner menuju sistem kesehatan yang lebih adaptif dan tanggap.

Gagasan Ksatria Airlangga sejalan dengan perkembangan teknologi seperti Kecerdasan Buatan (AI), Pembelajaran Mesin (Machine Learning), dan Analitika Data Besar (Big Data Analytics). Teknologi ini mampu menggali wawasan mendalam dari data klinis dan medis, menghasilkan pemahaman baru dalam diagnosis, serta merumuskan pendekatan pengobatan yang lebih efektif. Melalui penggabungan ilmu kedokteran dengan kecanggihan teknologi ini, dokter dapat mengambil langkah yang lebih cerdas dan terukur, sedangkan pasien mendapat manfaat pengobatan yang lebih personal.

Lebih dari itu, Ksatria Airlangga menegaskan bahwa teknologi telemedicine memiliki potensi besar untuk merampingkan layanan kesehatan dan menjawab tantangan geografis Indonesia. Dalam sebuah negara yang luas dan terdiri dari beragam kepulauan, teknologi ini dapat menghubungkan dokter dan pasien tanpa hambatan ruang dan waktu. Inisiatif ini menjanjikan peningkatan aksesibilitas dan efisiensi dalam sistem kesehatan nasional.

Namun, seperti halnya revolusi lainnya, tantangan mengiringi peluang. Keamanan data medis, pemahaman teknologi di kalangan tenaga medis, dan kesenjangan teknologi antara wilayah perlu menjadi perhatian serius. Kolaborasi erat antara sektor pemerintahan, swasta, dan pendidikan menjadi fondasi utama dalam mewujudkan visi Ksatria Airlangga.

Dalam kesimpulannya, sumbangsih anak muda Indonesia seperti Ksatria Airlangga membuktikan bahwa visi Indonesia Emas 2045 bukanlah khayalan. Dengan mengambil langkah maju dalam pemanfaatan teknologi kesehatan presisi, mereka tidak hanya merangkul harapan sektor kesehatan yang lebih baik, tetapi juga menjadi simbol harapan bagi pencapaian SDG 3 secara keseluruhan. Dengan semangat inovasi dan kerjasama lintas sektor, Indonesia mampu memimpin dalam perubahan positif dan mengantar bangsa ini menuju masa depan yang lebih sehat dan sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun